Subordinasi Beban Kerja Identifikasi Ketidakadilan Gender terhadap PKRT Usaha Mikro dalam Komunitas

108

6.3.2. Subordinasi

Perempuan terutama PKRT usaha mikro di Desa Sekarwangi mengalami subordinasi dalam bidang usaha yang dijalaninya. Mereka dianggap sebagai peran yang aktif untuk menambah penghasilan suami dan bukan sebagai kepala rumahtangga. Perempuan yang pada saat pasangan hidupnya mengalami krisis, seperti terkena PHK, maka perannya bertambah untuk mencari nafkah bagi keluarganya. Peran tersebut akhirnya mengharuskan dirinya untuk menjadi pencari nafkah utama ditambah dengan jumlah tanggungan keluarga yang harus dihidupinya. sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak HW Informan: Tugas perempuan terutama PKRT yang mempunyai usaha mikro adalah membantu suami mencari tambahan uang. Bukan sebagai kepala rumahtangga, karena kepala rumahtangga tetap laki-laki. Kalau suami menganggur, itu karena suami kurang beruntung yaitu tidak mempunyai pekerjaan dan tidak bisa mencari nafkah. Uraian di atas memberikan pemahaman bahwa perempuan mempunyai posisi sebagai pihak yang tersubordinasi, karena dianggap sebagai pencari nafkah tambahan. Apabila keadaan tersebut terjadi kepada seorang PKRT terutama PKRT yang memiliki usaha mikro, tentu keadaan makin sulit karena kesempatan untuk memperoleh pinjaman dan program-program pemberdayaan ekonomi kurang diberikan kepada mereka.

6.3.3. Beban Kerja

PKRT yang bergerak dalam usaha mikro mengalami beban kerja berlebih, karena selain menjalankan usahanya, ia juga harus mengurusi urusan rumahtangga. Apabila pasangan hidupnya mengerti kerepotannya dan mau membantu, hal tersebut tidak menjadi masalah, tetapi apabila ternyata suaminya atau anak-anaknya tidak peduli dengan kesulitannya, maka akan menjadi masalah bagi PKRT, karena tenaga dan pikirannya akan terkuras habis untuk memikirkan biaya hidup dan urusan rumahtangganya. Hal tersebut seperti yang diutarakan oleh Ibu EL PKRT usaha mikro: Suami saya sudah lama menganggur. Dulunya kena PHK dari IPTN. Sekarang saya yang harus mencari uang, karena untuk biaya sekolah anak dan hidup sehari-hari. Saya tiap hari bangun pagi terus ngurusin anak yang mau sekolah, setelah itu buka warung sambil mengerjakan sulaman, sementara suami moyan atau bermalas-malasan sambil nonton tv dan minum kopi. Terus terang saya kewalahan dan sangat capek. Suami tiap hari merokok dan minum kopi yang saya ambil dari jualan saya, akhirnya stok habis dan saya tidak bisa jualan. 109 Uraian di atas menjelaskan bahwa seorang PKRT mengalami kesulitan dalam membagi urusan domestik rumahtangga dan mencari nafkah karena tidak mempunyai dukungan dari suaminya. Hal tersebut mengakibatkan ter jadinya ketidakadilan gender apabila ternyata tidak ada perhatian dari lingkungan sekitar untuk membantu usaha mikro yang dijalankan oleh PKRT tadi.

6.3.4. Stereotipe