65 tidak mampu mengakses lembaga permodalan yang dikelola oleh lembaga
formal karena dikhawatirkan tidak mampu membayar cicilan. Mereka hanya mampu mengakses dana dengan cara meminjam dari rentenir dengan
memanfaatkan ikatan ketetanggaan kekerabatan. PKRT yang mengalami masalah pemasaran adalah usaha menjahit hias
smock sebanyak 1 orang atau 6,67. Hambatan yang dialaminya adalah karena belum mengetahui teknik pemasaran produk dan persediaan barang
terbatas, sehingga barang yang akan dijual terbatas juga. Hal tersebut berkaitan erat dengan permodalan yang dimilikinya, karena keterbatasannya untuk
membeli bahan baku menyebabkan persediaan barang juga terbatas.
4.9. Evaluasi Umum
PKRT usaha mikro memperoleh kemudahan dalam mengakses pasar untuk kegiatan usahanya, karena letak Desa Sekarwangi dekat dengan jalan
protokol dan pusat pemerintahan kabupaten dengan salah satu fasilitasnya yaitu pasar. PKRT usaha mikro rata-rata berpendidikan tamat SD dan SLTP dan
mereka bergerak dalam usaha warungan, dagang masakan matang, menjahit smock , dan membuat rangginang.
PKRT usaha mikro yang menjadi subyek kasus adalah mereka yang berada pada lapisan terbawah dengan kriteria Pra KS dan KS I. Sistem nilai dan
norma yang berlaku di Desa Sekarwangi Kecamatan Katapang adalah mereka dianggap hanya sebagai pencari nafkah tambahan, sehingga berdampak pada
keterbatasan akses dan kontrol mereka terhadap sumberdaya produktif. Kelembagaan dan jejaring sosial PKRT usaha mikro masih terbatas pada
jaringan intra komunitas yang tinggi dilihat dari ketergantungan PKRT terhadap bantuan permodalan yang diperoleh dari keluarga dan rentenir. Program
pembangunan seperti P2KP dan UP2K-PKK masih terbatas diakses oleh PKRT usaha mikro. Karakteristik PKRT usaha mikro yang menjadi subyek kasus dapat
dilihat dari usia, pendidikan, status perkawinan, jumlah tanggungan, jenis usaha mikro yang dikelolanya dan permasalahan yang dihadapinya. Sebagian besar
PKRT usaha mikro masih berstatus kawin tetapi suami mereka menganggur karena terkena PHK, sehingga pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari menjadi
terhambat. Masalah yang dihadapi oleh PKRT usaha mikro adalah permodalan dan pemasaran.
BAB V EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT
Pembangunan Sosial berbasiskan komunitas merupakan pembangunan yang menitikberatkan pada pemberdayaan masyarakat dengan cara melibatkan
partisipasi masyarakat setingginya-tingginya agar mereka dapat merumuskan aspek-aspek kebutuhan yang diperlukan dalam suatu komunitas dan masalah-
masalah sosial yang perlu dilakukan penanganan segera. Pembangunan tersebut memperhatikan keterlibatan masyarakat sebagai aktor yang
bertanggung jawab secara penuh terhadap penyelenggaraan kegiatan dengan memperhatikan sektor swasta sebagai penguat dan sektor pemerintah sebagai
kontrol pembangunan. Pergeseran paradigma pembangunan dari
Production Centered Development yang menitikberatkan pada pembangunan yang bersifat
sentralistis, mobilisasi, penaklukan, eksploitasi, hubungan fungsional, nasional, ekonomi konvensional dan unsustainable tidak berkesinambungan menjadi
pembangunan yang bersifat People Centered Development yang
menitikberatkan pada desentralisasi, partisipasi, pemberday aan, pelestarian, penguatan jejaring sosial, territorial, peningkatan keswadayaan lokal dan
sustainable pembangunan yang berkelanjutan. Untuk mengetahui apa yang menjadi masalah dan kebutuhan suatu komunitas perlu adanya pendalaman dan
penelitian terhadap komunitas tersebut terhadap sumber-sumber dan potensi- potensi apa yang kiranya dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah dan
memenuhi kebutuhan yang dihadapinya, sehingga kualitas hidup masyarakat dapat dicapai.
Masalah yang terjadi saat ini adalah masyarakat sudah terlena dengan model pembangunan yang telah dilaksanakan selama tiga dekade
pembangunan. Banyaknya bantuan yang diberikan oleh terutama Pemerintah Pusat tanpa melihat kebutuhan dan masalah yang sebenarnya terjadi dalam
masyarakat menyebabkan mereka berpangku tangan terhadap uluran tangan Pemerintah, sehingga tingkat swadaya masyarakat semakin memudar. Hal
tersebut tentu bukanlah persoalan mudah untuk membangkitkan semangat kesetiakawanan dari masyarakat untuk berpartisipasi membantu orang-orang di