Cara Pengolahan dan Analisis Data Penyusunan Program Pemberdayaan Masyarakat

39

3.4. Cara Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data secara umum menurut Miles Huberman 1992 dapat dilakukan dengan cara: 1. Reduksi Data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data yang lebih kasar. Hasil wawancara, observasi dan diskusi kelompok terhadap informan dan subyek kasus dicatat dan dikumpulkan dalam catatan harian, kemudian dipilih data yang sesuai dengan tujuan penelitian. 2. Penyajian Data yaitu sekumpulan data dan informasi yang sudah tersusun rapi yang memberi kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Data yang telah dikumpulkan dan dipilih disajikan dalam bentuk Tabel dan dianalisa sesuai dengan tujuan penelitian. 3. Penarikan Kesimpulan yaitu proses menemukan makna data yang bertujuan untuk memahami tafsiran dalam konteksnya dengan masalah secara keseluruhan. Data yang telah dianalisis kemudian ditarik kesimpulan sesuai dengan masalah kajian.

3.5. Penyusunan Program Pemberdayaan Masyarakat

Cara Penyusunan Program adalah melalui PRA Participatory Rural Appraisal. PRA memungkinkan penggalian potensi, sumber dan masalah yang ada dalam komunitas secara lebih mendalam dan melalui PRA dapat dianalisa pemecahan masalah dalam bentuk penyusunan program. Dalam PRA, orang luar lebih berperan sebagai orang yang mengadakan pertemuan, katalis dan fasilitator yang memungkinkan masyarakat melakukan dan membagi penyelidikan dan analisis tentang mereka sendiri. Penyusunan Program ini menggunakan PRA karena PRA merupakan suatu pendekatan untuk mengumpulkan sumber, potensi, masalah dan kebutuhan PKRT yang mengelola usaha mikro. Desa Sekarwangi yang terletak dekat dengan pusat pemerintahan kabupaten dan masuk dalam lingkungan perkotaan memiliki kondisi kehidupan masyarakat yang masih tergolong pada pedesaan. Hal tersebut ditandai dengan kehidupan kekerabatan mereka masih erat, mudah berkumpul dan mereka tetap mempertahankan kondisi alam seperti 40 pertanian agar tidak menjadi lahan komplek perumahan, sehingga tepat bila menggunakan PRA. Proses penyusunan program pemberdayaan bagi PKRT usaha mikro secara partisipatif dilakukan melalui beberapa tahap yaitu: 1. Tahap Identifikasi Masalah dan Kebutuhan. Pada tahap ini dilakukan pemetaan masalah dengan menggunakan pohon masalah dan identifikasi kebutuhan dan tujuan pemberdayaan bagi PKRT usaha mikro. 2. Tahap Identifikasi Potensi Lokal. Pada tahap ini dianalisa sumber potensi yang terdapat di Desa Sekarwangi Kecamatan Katapang yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pemberdayaan bagi PKRT usaha mi kro. 3. Tahap Pendayagunaan Sumber-sumber Lokal. Pada tahap ini terdapat analisa stakeholder untuk mengidentifikasi kekuatan dukungan yang ada pada tiap-tiap kelembagaan untuk kegiatan pemberdayaan terhadap PKRT usaha mikro. 4. Tahap Penyusunan dan Pengusulan Rencana. Pada tahap ini dibuat rancangan program pemberdayaan bagi PKRT usaha mikro beserta dengan kegiatan-kegiatannya. Proses umum penerapan PRA untuk penjajagan kebutuhan dan perencanaan program menurut Djohani 1996 terdiri dari tahap -tahap:

1. Persiapan Pengkajian Desa selama 1 - 2 hari, terdiri dari:

a. Kunjungan persiapan dan pengakraban sosialisasi kepada masyarakat. b. Penyelesaian prosedur dan perijinan dari lembaga. c. Pembentukan Tim PRA, terdiri dari pimpinan program, petugas program serta wakil dari masyarakat. d. Pengkajian data sekunder, berupa data dari dokumen seperti topografi, jenis usaha masyarakat, terutama PKRT, sarana desa, dan sebagainya. e. Penyusunan desain PRA yang berisi latar belakang program dan gambaran lokasidesa, rumusan tujuan, rumusan metoda, jadwal pelaksanaan, penyusunan teknik PRA. f. Penyajian rancangan PRA. g. Persiapan-persiapan praktis, seperti pengaturan konsumsi, waktu dan tempat, alat-alat serta bahan yang diperlukan untuk melengkapi laporan. 41

2. Pelaksanaan Pengkajian Desa sela ma 4 – 5 hari proses diskusi, meliputi:

3. Kedatangan tim PRA ke lokasi. 4. Pembahasan kembali maksud dan tujuan. 5. Peleburan sosialisasi ulang agar PKRT dan komunitas mengetahui bahwa rencana yang dulu disampaikan akan dilaksanakan. 6. Pengumpulan informasi, melalui teknik kajian pemetaan desa dan alur sejarah desa serta menetapkan teknik dan fokus informasi yang diperlukan.

3. Penyusunan Rencana Kegiatan selama 4 hari. Penyusunan rencana

kegiatan digunakan untuk menyusun rencana program pemberdayaan PKRT terutama PKRT yang mengelola usaha mikro secara partisipatif. Kegiatan yang dilakukan meliputi: a. Persiapan bahan-bahan perencanaan, seperti kertas, spidol dan sebagainya; penyepakatan waktu, biasanya selama 2 sampai 3 hari, hari pertama untuk presentasi seluruh hasil temuan dan pengorganisasian masalah, hari kedua untuk kajian alternatif pemecahan masalah dan pilihan kegiatan, hari ketiga untuk penyusunan rencana kegiatan; persiapan teknis seperti jadwal waktu, undangan, tempat, konsumsi, alat-alat dan bahan. b. Pelaksanaan Loka Karya desa berupa penyajian seluruh hasil informasi, pengorganisasian masalah, pembahasan alternatif kegiatan, pemilihan kegiatan dan pengisian bagan rencana kegiatan.

4. Penulisan Laporan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pengkajian keadaan desa identifikasi masalah, kebutuhan dan potensi. b. Pengkajian pengaruh program terhadap keadaan masyarakat. c. Penyusunan rekomendasi kegiatan lanjutan pleno desa. d. Evaluasi kegiatan penerapan PRA oleh masyarakat pleno desa. e. Penulisan laporan. f. Penyajian laporan. Penulisan laporan dilakukan oleh fasilitaor PRA dan laporan juga dilakukan di lapangan pada saat seluruh informasi masih baru dengan bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat desa. 42

5. Evaluasi Penerapan PRA, terbagi menjadi 2 dua bagian, yaitu:

a. Evaluasi penerapan PRA bersama masyarakat dengan tujuan untuk memfasilitasi perenungan refleksi masyarakat terhadap seluruh proses terutama kesan masyarakat terhadap proses tersebut dan apa yang telah dipelajari masyarakat menurut persepsi mereka sendiri. b. Evaluasi penerapan PRA bersama dengan stakeholder bertujuan untuk melakukan perenungan refleksi terhadap seluruh proses terutama apakah PRA telah berhasil membangun proses pengalihan kemampuan keterampilan analisis masyarakat, apakah yang kita peroleh dari kegiatan tersebut, penemuan-penemuan yang diperoleh dan bagaimana menindaklanjuti kegiatan tersebut.

BAB IV PETA SOSIAL DESA SEKARWANGI

KECAMATAN KATAPANG KABUPATEN BANDUNG Peta sosial dalam komunitas perlu dikaji untuk melihat aktivitas masyarakat terutama PKRT dan dapat menjadi salah satu faktor pengembangan masyarakat. Aspek-aspek yang digunakan untuk menganalisis kondisi kehidupan masyarakat terutama PKRT usaha mikro di Desa Sekarwangi meliputi data mengenai: kependudukan, sistem ekonomi, struktur komunitas, organisasi dan kelembagaan, sumberdaya lokal, karakteristik PKRT dan jejaring sosial PKRT usaha mikro dalam komunitas.

4.1. Kondisi Geografis dan Administratif

Desa Sekarwangi merupakan desa di Kecamatan Katapang yang letaknya paling dekat dengan Ibukota Kabupaten Bandung. Luas Wilayah Desa yang merupakan dataran adalah 116 ha yang berupa lahan persawahan seluas 86 ha 74,14 dan darat seluas 30 ha 25,86 yang terbagi menjadi pemukiman umum seluas 22 ha 73,33 dari tanah darat dan selebihnya 26,67 adalah lahan untuk sarana olahraga, sekolah dan jalan. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar wilayah desa yaitu 74,14 adalah lahan persawahan yang subur dan pertanian merupakan mata pencaharian utama bagi warga desa Sekarwangi. Lahan pemukiman dan sarana lainnya tidak begitu besar menghabiskan besaran lahan yang ada di Desa Sekarwangi. Desa Sekarwangi merupakan desa yang dekat dengan pusat pemerintahan Kabupaten dan dilalui oleh jalan protokol, tetapi lahan pertanian tetap dipertahankan untuk tidak menjadi lahan pemukiman. Hal tersebut disebabkan kesuburan tanahnya yang dilintasi oleh saluran irigasi dapat menghasilkan beras unggulan, sehingga dapat menopang kehidupan warganya. Perempuan kepala rumahtangga yang menjadi buruh tani selalu berpindah tempat, apabila musim tanam dan panen telah selesai, agar mereka bisa bekerja pada para pemilik lahan. Perempuan kepala rumahtangga yang mengelola usaha mikro warungan, dagang dan konveksi memperoleh kemudahan dalam transportasi karena lokasi yang dekat dengan pusat