Kelembagaan dan Jejaring Sosial dalam Komunitas

54 Warga masyarakat di sini sulit menerima pendatang, walaupun mereka aktif dalam kegiatan organisasi kemasyarakatan di Desa Sekarwangi dan sudah tinggal lama di sini. Suara penduduk asli lebih didengarkan daripada suara pendatang. Mereka sering mencurigai pendatang karena mereka tidak mengetahui asal usul pendatang. Uraian di atas menjelaskan bahwa pendatang mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri di Desa Sekarwangi. Ikatan kekerabatan yang kuat diantara penduduk asli, membuat mereka agak susah mempercayai pendatang. Pendatang yang terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan juga mengalami kesulitan dalam mengajak warga untuk berperan aktif dalam kegiatan masyarakat, misalnya untuk kerja bakti. Usaha mikro yang dikelola oleh PKRT pendatang juga mengalami hambatan, karena bantuan yang diberikan kepada warga masyarakat terutama perempuan diberikan kepada penduduk asli dan jarang diberikan kepada pendatang. Pandangan masyarakat terhadap PKRT yang mengelola usaha mikro adalah mereka dianggap sebagai pencari nafkah tambahan dan membantu suami, karena pencari nafkah utama adalah laki-laki yang menjadi kepala keluarga.

4.7. Kelembagaan dan Jejaring Sosial dalam Komunitas

Lembaga Kemasyarakatan yang ada di Desa Sekarwangi terutama dalam hubungannya dengan usaha mikro tidak terlepas dari adanya kelompok- kelompok yang terbentuk yaitu: 2. Kelompok bentukan masyarakat seperti kelompok arisan. Kelompok ini merupakan inisiatif dari masyarakat untuk menabung yaitu arisan berupa barang-barang kebutuhan untuk hari Raya. 3. Kelompok bentukan pemerintah seperti LKMD dan PKK. Kelompok ini bergerak dibidang sosial kemasyarakatan dan perencanaan pembangunan Desa Sekarwangi. Kelembagaan yang ada di Desa Sekarwangi yang berhubungan dengan usaha mikro adalah sebagai berikut: 1. Lembaga ekonomi: BUMDES, Usaha mikro, rentenir, pasar. 2. Kelembagaan Kekerabatan: Keluarga Extended Family. 3. Lembaga Kesejahteraan Masyarakat: Pokja II – PKK, LKMD, BKM, KSM. 55 Masing-masing kelembagaan tersebut mempunyai sistem norma, nilai dan pola hubungan yang menjadi aturan main dari lembaga dan kelembagaan tersebut, seperti PKRT usaha mikro yang meminjam uang kepada rentenir di dalamnya ada aturan tidak tertulis tentang berapa uang yang dikembalikan per hari beserta dengan bunganya dan peminjaman dilakukan berdasarkan rasa saling percaya. Uang yang dipinjamkan oleh rentenir kepada warga dikenakan beban administrasi sebesar 10 pada saat uang tersebut diberikan ditambah bunga sebesar 20 perhari selama 10 hari. Apabila uang tidak dibayarkan dalam satu hari, maka bunganya semakin hari bertambah. Pola hubungan yang terdapat dalam PKK dengan salah satu program pokoknya yaitu pemberian bantuan modal untuk Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga UP2K-PKK. Dana tersebut boleh dipinjam oleh kader atau masyarakat yang membutuhkan. Di dalamnya terdapat aturan seperti cicilan pinjaman selama sepuluh minggu dengan uang jasa 1. Aturan yang berlaku pada dana bergulir P2KP juga sama. Warga masyarakat diberikan pinjaman dan dicicil per bulan, maksimal 12 bulan dengan bunga jasa 1,5. Kelembagaan sangat berperan untuk mendukung usaha mikro yang dijalankan oleh perempuan kepala rumahtangga di Desa Sekarwangi. Tabel 11. berikut ini merupakan lembaga formal dan informal yang ada di Desa Sekarwangi Kecamatan Katapang yang dapat meningkatkan usaha mikro bagi PKRT. Tabel 11. Peran Lembaga Formal dan Informal dalam Peningkatan Kesejahteraan PKRT Usaha Mikro di Desa Sekarwangi Kecamatan Katapang Tahun 2004 Sumber Pendukung No. Faktor Pendukung Jejaring PKRT Usaha Mikro Lembaga Informal Lembaga Formal 1. Informasi: Pasar, harga, inovasi produk. • Keluarga, teman usaha, teman arisan. • Pasar mingguan, kelompok pengajian. • Koran, radio, televisi. • Pembentukan lembaga KSM,BKM. 2. Adanya kepercayaan trust kepada PKRT Usaha Mikro Rentenir, denda. • P2KP, UP2K-PKK 3. Pemberian kredit Jaringan sanak famili, teman, rentenir,arisan, kelompok masyarakat sipil. • Bank, P2KP, UP2K- PKK 4. Perangkat publik dan sumber potensi masyarakat Kelompok arisan. • BKM, KSM. Sumber: Diadaptasi dari Bonds and Bridges: Sosial Capital and Poverty dalam Narayan, 1998. 56 Data pada Tabel 11. menunjukkan bahwa informasi usaha mikro, termasuk di dalamnya harga, produk berasal dari keluarga, teman usaha, pameran, pasar minggon radio dan televisi. Keberadaan pemimpin desa sangat mempengaruhi keberlangsungan program pembangunan yang ada di Desa Sekarwangi. Kepercayaantrust dari warga tinggi apabila personal yang mengelola dana bantuan dapat dipercaya dan dana tersebut dapat dipertanggungjawabkan, sehingga perilakunya dapat ditiru oleh warga masyarakat terutama PKRT usaha mikro seperti dengan tetap menjaga keberlangsungan pengguliran dana pinjaman. Kredit bagi PKRT dapat diperoleh melalui kelembagaan informal seperti keluarga, rentenir dan arisan. Perolehan kredit melalui lembaga formal yaitu dari perbankan. Kelo mpok masyarakat sipil merupakan kelompok pegawai pemda yang tinggal di Desa Sekarwangi. Lokasi desa yang dekat dengan pusat pemerintahan Kabupaten Bandung memungkinkan bagi pegawai pemda untuk bertempat tinggal di desa tersebut. Kelompok ini dapat dimanfaatkan untuk memberikan informasi program dan kegiatan yang bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa terutama pencarian kredit untuk PKRT usaha mikro. Perangkat publik dan sumber potensi masyarakat merupakan kelembagaan yang terbentuk atas keinginan masyarakat seperti kelompok arisan dan kelompok bentukan program pemerintah seperti Badan Keswadayaan Masyarakat BKM dan Kelompok Swadaya Masyarakat KSM. Kelembagaan tersebut dapat digunakan untuk menjadi wadah pengembangan usaha mikro yang dikelola oleh PKRT, seperti kelompok arisan uang ataupun barang dapat menggiatkan kegiatan menabung warga. BKM dan KSM dapat menjadi wadah untuk kegiatan berkelompok warga dalam mengelola usaha secara bersama-sama. Jejaring sosial dalam usaha mikro yang ada di Desa Sekarwangi tidak terlepas dari hubungannya dengan kelembagaan yang ada, seperti pasar, lembaga mikro keuangan, program pembangunan desa dalam bidang ekonomi, konsumen dan sebagainya. Gambar 4. berikut ini akan dilihat bagaimana jejaring sosial usaha mikro terutama yang dikelola oleh perempuan kepala rumahtangga di Desa Sekarwangi: 57 JARINGAN INTRA KOMUNITAS Gambar 4. Jejaring Sosial PKRT Usaha Mikro Berdasarkan Dimensi Modal Sosial di Desa Sekarwangi Tahun 2004. Keterangan: : hubungan yang sangat kuat. : hubungan timbal balik. : hubungan satu arah. : hubungan tidak erat. Besar kecilnya lingkaran menunjukkan besar kecilnya pengaruh kelembagaan terhadap PKRT usaha mikro. Gambar 4. menunjukkan pengaruh kelembagaan pada PKRT usaha mikro. Semakin besar lingkaran semakin besar pengaruhnya terhadap keberlangsungan usaha mikro yang dijalankan oleh PKRT. Jejaring usaha mikro terutama yang dikelola oleh perempuan kepala rumahtangga di Desa Sekarwangi berhubungan dengan aparat Desa, BPD dan LKMD sebagai perumus kebijakan dan program yang ada di Desa. PKK dengan program UP2K- PKK dapat berfungsi sebagai penggerak kegiatan usaha mikro yang dikelola oleh perempuan kepala rumahtangga. Hubungan antara kedua lembaga desa PKRT USAHA MI KRO P2KP RENTENI R PASAR WARGA MASYARAKAT UP2K - PKK BPD,Desa, LKMD Rendah Tinggi Quadran 1 Quadran 2 Quadran 3 Quadran 4: “Masyarakat desa yang Miskin” Ikatan Intra Komunitas Tinggi, Jaringan luar komunitas Rendah. KELUARGA 58 tersebut dengan PKRT usaha mikro tidak erat, karena rumusan kebijakan tentang kegiatan usaha ekonomi produktif di desa belum menyentuh kepentingan dan kebutuhan PKRT usaha mikro. PKRT dalam menjalankan usahanya selama ini terbentur pada masalah permodalan dan sebagian besar dari mereka memperolehnya dengan cara meminjam kepada rentenir. Program pembangunan masyarakat seperti P2KP dan UP2K-PKK belum sepenuhnya menjangkau usaha mereka. Hubungan PKRT yang memiliki usaha mikro sangat erat dengan warga masyarakat sebagai konsumen dan pasar yang bisa berperan sebagai konsumen ataupun produsen. Pasar di sini adalah pasar dalam bentuk aslinya yaitu tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi. PKRT yang bergerak dalam usaha warungan dan dagang makanan membeli bahan-bahan usaha mereka dari pasar dan menjualnya kepada warga masyarakat, tetapi pasar bisa menjadi tempat bagi PKRT menjual usahanya seperti rangginang. Jaringan PKRT usaha mikro di Desa Sekar wangi berada pada Quadran 4 yaitu termasuk dalam kategori “Masyarakat Desa yang Miskin”. Ikatan intra atau dalam komunitas untuk usaha mikro yang dikelola oleh PKRT tinggi, tetapi jaringan luar komunitas rendah. Usaha mikro yang dijalankan oleh PKRT masih bisa bertahan karena adanya pinjaman dari keluarga atau para rentenir untuk menambah modal usahanya. Sebagian besar PKRT usaha mikro mengalami masalah permodalan karena hasil keuntungan usaha mereka digunakan untuk memenuhi kebutuhan subsisten, sehingga dana untuk modal usaha selalu habis atau pas-pasan. Ikatan jaringan mereka di dalam komunitas tinggi dengan mengandalkan ikatan kekerabatan, tetapi untuk pemanfaatan program pembangunan terutama untuk pembangunan ekonomi produktif yang berasal dari pemerintah, mereka kurang mendapat perhatian. Hal tersebut dikarenakan dana yang turun melalui program pembangunan terlebih dahulu diberikan kepada orang-orang terdekat pemegang kekuasaan di desa walaupun jenis usahanya baru, sedangkan untuk PKRT usaha mikro diberikan sisa dana program tersebut sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu ER PKRT usaha mikro: Waktu ada dana bantuan dari P2KP yang didahulukan adalah orang- orang terdekat Pak RW, sedangkan kami sisanya. Uraian tersebut menggambarkan bahwa terjadi pembedaan dalam penerimaan dana bergulir P2KP. Orang-orang yang dekat dengan pemegang 59 kekuasaan di desa dan terlibat dalam kepengurusan P2KP mendapat pinjaman terlebih dahulu, sedangkan yang tidak dekat walaupun masuk dalam kriteria penerima bantuan bergulir dan telah didata tidak diberikan. Jumlah PKRT yang mengelola usaha mikro di Desa Sekarwangi sebanyak 60 orang, tetapi yang menerima bantuan dana bergulir P2KP hanya 26 orang. Hubungan jejaring ini menjadi sinergis dan masuk dalam Quadran 1 apabila terjadi peningkatan pola hubungan antar kelembagaan, terutama jejaring sosial dengan kelembagaan di luar komunitas. Pengembangan jejaring bagi PKRT usaha mikro memungkinkan bagi mereka untuk memperoleh kredibilitas dalam mengakses sumberdaya produktif, seperti memperoleh pinjaman modal dan kredit secara mudah untuk memajukan usaha mikro mereka.

4.8. Karakteristik Subyek Kasus PKRT Usaha Mikro