Akses dan Kontrol PKRT Usaha Mikro terhadap Kelembagaan dalam Komunitas

99 Akses dan kontrol terhadap kesempatan kerja lebih dimiliki oleh laki-laki dan mereka bukan merupakan rumahtangga PKRT, karena mereka lebih mempunyai peluang untuk mengembangkan usaha mereka dengan mendapat pinjaman yang lebih besar seperti untuk usaha becak. Akses terhadap kesempatan kerja bagi perempuan terutama PKRT usaha mikro terbatas, karena adanya anggapan bahwa mereka adalah pencari nafkah tambahan. Akses dan kontrol untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan juga lebih dimiliki oleh laki-laki, karena mereka tidak terikat untuk melakukan pekerjaan reproduktif, sehingga mereka lebih leluasa untuk keluar rumah mengikuti kegiatan, sedangkan bagi perempuan harus mendapat ijin suami sebelum mengikuti pendidikan atau pelatihan, apalagi untuk pelatihan yang perlu menginap. Apabila ternyata suami tidak mengijinkan, maka perempuan tidak dapat mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan tersebut. Kekuasaan politis yaitu akses dan kontrol terhadap peningkatan status yang lebih tinggi ada pada laki -laki, karena mereka mempunyai peluang untuk mengikuti kegiatan di desa daripada perempuan apalagi bagi PKRT usaha mikro. Pemegang anggaran P2KP dan UP2K -PKK adalah para tokoh masyarakat yang sebagian besar yaitu sebanyak 14 orang atau 80 adalah laki -laki yang menjadi Ketua RW dan tokoh masyarakat, dan 3 orang atau 20 adalah perempuan yang menjadi pengurus PKK dan kerabat dari aparat desa.

6.1.4. Akses dan Kontrol PKRT Usaha Mikro terhadap Kelembagaan dalam Komunitas

Akses dan Kontrol PKRT usaha mikro terhadap kelembagaan formal dan informal digunakan untuk melihat bagaimana jejaring sosial PKRT usaha mikro terhadap kelembagaan tersebut dan pola hubungan yang terjadi diantara mereka. Kesempatan dan kewenangan pengambilan keputusan untuk ikut terlibat dalam kelembagaan formal dan informal dapat dilihat pada Tabel 25. berikut ini: 100 Tabel 25. Akses dan Kontrol PKRT Usaha Mikro terhadap Kelembagaan Formal dan Informal serta Faktor Pendukungnya di Desa Sekarwangi Kecamatan Katapang Tahun 2005 Lembaga Informal Lembaga Formal Keluarga Teman Kelompok arisan Pasar Media Kelompok KSM Faktor Pendukung Akses Kontrol Akses Kontrol Akses Kontrol Akses Kontrol Akses Kontrol Akses Kontrol Informasi: Pasar, harga, inovasi produk. v v v v v v Kepercayaan kepada PKRT usaha mikro v v v v Pemberian Kredit v v v v v v Perangkat publik dan sumber potensi masyarakat v v Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2005. Data pada Tabel 25. menunjukkan bahwa akses dan kontrol PKRT usaha mikro terhadap lembaga informal dan formal terdiri dari informasi tentang harga, produk dan pasar, kepercayaan terhadap PKRT, pemberian kredit dan perangkat publik atau sumber potensi masyarakat. Lembaga informal terdiri dari keluarga, teman usaha atau teman yang beperan sebagai rentenir serta kelompok arisan. Lembaga formal terdiri dari pasar, media audio visual yang dapat digunakan sebagai informasi, dan kelompok swadaya masyarakat KSM dalam program P2KP. PKRT usaha mikro mempunyai kesempatan atau akses terhadap lembaga formal dan informal, baik dalam aspek informasi, kepercayaan, kredit dan sumb er kemasyarakatan, tetapi mereka lebih banyak tidak mempunyai kewenangan mengambil keputusan terhadap aspek tadi. PKRT usaha mikro mempunyai akses terhadap informasi dari lembaga informal seperti keluarga, teman usaha dan teman arisan. Sesama teman mereka biasa mengutarakan kesulitan dan berbicara mengenai harga dan barang-barang yang dijual apabila jenisnya sama. Antara sesama PKRT usaha mikro biasanya mengetahui bagaimana jenis usaha temannya dan mengetahui berapa keuntungan yang diperoleh temannya, sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu EM PKRT usaha mikro yang mengelola dagangan asakan pada saat PRA: Usaha warungan dan dagangan asakan yang ada di Desa Sekarwangi mengalami pasang surut yang kebalikan dari masing -masing usaha tersebut. Warungan mengalami keuntungan di akhir bulan, sedangkan 101 dagang asakan mengalami keuntungan pada awal bulan. Usaha warungan memerlukan dana sebesar Rp. 200.000 sampai dengan Rp. 300.000 untuk menjalankan usahanya, sedangkan dagangan asakan seperti saya memerlukan modal sebesar Rp. 250.000 sampai Rp. 500.000. Uraian di atas menggambarkan bahwa sesama PKRT usaha mikro dapat mengetahui bagaimana kondisi usaha yang dikelola oleh temannya. Mereka saling mengetahui kapan usaha maju dan kapan merugi, sehingga mereka dapat membuat antisipasi terhadap usahanya, seperti mengurangi stok barang yang mudah basi pada saat sepi konsumen dan memperbanyak jenis barang yang dijual pada saat pembeli banyak. PKRT usaha mikro dapat mengambil keputusan untuk menentukan berapa harga jual dari barang yang dijualnya berdasarkan informasi yang diperoleh dari temannya. Informasi tentang harga dan produk yang dijual oleh PKRT usaha mikro diperolehnya dari lembaga formal seperti pasar, media dan Kelompok Swadaya Masyarakat KSM. PKRT usaha mikro dalam menjalankan usahanya mempunyai akses terhadap kepercayaan dari keluarga, mereka memperoleh dukungan dan bantuan dari keluarga seperti bantuan modal usaha. Mereka juga memperoleh kepercayaan dan dapat memutuskan untuk meminjam uang sebagai modal usaha dari temannya yang menjadi rentenir. PKRT usaha mikro juga diberikan kepercayaan untuk mengambil barang di pasar dan membayarnya di kemudian hari. Pemberian kredit untuk usaha mikro terhadap PKRT diberikan oleh keluarga, teman, kelompok arisan dan KSM. PKRT usaha mikro banyak memperoleh dukungan dari teman, seperti teman usaha dan temannya yang menjadi rentenir. Pengambilan keputusan PKRT usaha mikro untuk terlibat dalam meminjam kredit dari rentenir. Mereka lebih suka meminjam kepada rentenir, karena prosesnya mudah dan tidak rumit, serta cara penagihannyapun ramah sebagaimana yang diungkapkan oleh ibu LI PKRT usaha mikro: Saya kadang kehabisan modal untuk usaha karena hasil usaha dipakai untuk berobat anak saya yang sakit, belum lagi untuk biaya dapur dan sekolah anak. Persediaan rokok juga dihabiskan oleh suami saya. Dia menganggur. Akhirnya saya meminjam pada tante sebutan untuk rentenir. Prosesnya mudah dan cara menagihnya juga ramah. Uraian di atas menjelaskan bahwa warga masyarakat terutama PKRT dalam mengatasi masalah permodalan usaha mikro lebih banyak meminjam kepada rentenir bank keliling. Mereka mempunyai anggapan bahwa dengan 102 meminjam kepada rentenir prosesnya lebih mudah, hanya mengandalkan kepercayaan dan mereka menagihnyapun ramah, sehingga mereka lebih percaya kepada rentenir. Akses PKRT usaha mikro terhadap perangkat publik dan sumber potensi masyarakat terbatas pada teman usahanya dan KSM. Lembaga tersebut dapat digunakan oleh PKRT usaha mikro untuk memperoleh dukungan modal usaha dan berkelompok untuk mengembangkan usaha.

6.1.5. Faktor yang Berpengaruh terhadap Partisipasi PKRT Usaha Mikro