59 kekuasaan di desa dan terlibat dalam kepengurusan P2KP mendapat pinjaman
terlebih dahulu, sedangkan yang tidak dekat walaupun masuk dalam kriteria penerima bantuan bergulir dan telah didata tidak diberikan. Jumlah PKRT yang
mengelola usaha mikro di Desa Sekarwangi sebanyak 60 orang, tetapi yang menerima bantuan dana bergulir P2KP hanya 26 orang.
Hubungan jejaring ini menjadi sinergis dan masuk dalam Quadran 1 apabila terjadi peningkatan pola hubungan antar kelembagaan, terutama jejaring
sosial dengan kelembagaan di luar komunitas. Pengembangan jejaring bagi PKRT usaha mikro memungkinkan bagi mereka untuk memperoleh kredibilitas
dalam mengakses sumberdaya produktif, seperti memperoleh pinjaman modal dan kredit secara mudah untuk memajukan usaha mikro mereka.
4.8. Karakteristik Subyek Kasus PKRT Usaha Mikro
Penentuan subyek kasus dilakukan dengan langsung menunjuk pada data primer yaitu perempuan kepala rumahtangga yang mengelola usaha mikro,
baik yang telah ataupun belum menerima bantuan P2KP atau UP2K-PKK. Pertimbangannya adalah sejauhmana program tersebut dapat memberikan
manfaat dan PKRT dapat turut berpartisipasi dan mempunyai kewenangan untuk mengambil keputusan untuk mengikuti program tersebut.
Subyek kasus yang diambil adalah PKRT dari 6 RW yang ada di Desa Sekarwangi Kecamatan Katapang. Mereka berjumlah 15 orang dan 4 orang
diantaranya telah menerima bantuan P2KP dan 1 orang telah menerima bantuan UP2K-PKK. Karakteristik subyek kasus dapat dilihat dari usia, tingkat pendidikan,
status perkawinan, jumlah tanggungan, jenis usaha mikro dan permasalahan yang dialami PKRT Usaha Mikro.
4.8.1. Karakteristik Subyek Kasus Berdasarkan Usia
Usia subyek kasus perlu diketahui untuk melihat usia produktif perempuan kepala rumahtangga yang bergerak dalam usaha mikro. Karakteristik
subyek kasus berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 12. berikut ini:
60 Tabel 12. Jumlah dan Persentase Subyek Kasus Berdasarkan Usia di Desa
Sekarwangi Kecamata n Katapang Tahun 2005
No. U s i a
Jumlah orang
1. 20 – 30
5 33,34
2. 31 – 40
5 33,33
3. 41 – 50
3 20,00
4. 51 ke atas
2 13,33
JUMLAH 15
100,00
Sumber: Hasil penelitian Tahun 2005.
Data pada Tabel 12. menunjukkan bahwa sebagian besar PKRT usaha mikro yang menjadi subyek kasus berada pada usia produktif yaitu sebanyak 10
orang atau 66,66. Pada usia tersebut seorang perempuan sedang berada pada tingkat usaha dan semangat aktivitas yang tinggi. Usia yang relatif masih muda
sudah membuat mereka harus menanggung beban kehidupan dalam rumahtangga seperti membiayai sekolah anak dan makan sehari-hari. Beban
hidup mereka yang tinggi tidak didukung pemberian kesempatan untuk memperoleh penambahan modal usaha, sehingga banyak dari mereka
meminjam uang kepada rentenir. Hal yang menjadi penyebab mereka menjadi penopang perekonomian
rumahtangga adalah karena suami mereka mengganggur atau bekerja tapi tidak menentu penghasilannya. PKRT yang berusia sudah agak lanjut biasanya
bekerja penuh untuk menghidupi anggota keluarga yang menjadi tanggungan hidupnya. Pasangan hidupnya yang juga sudah berusia lanjut biasanya sulit
untuk mencari pekerjaan lain, sehingga PKRT menjadi penyangga perekonomian keluarga. Pada usia tersebut mereka ingin aktif dalam kehidupan masyarakat
selain mengurus usaha mikro, tetapi ada juga yang sudah tidak peduli terhadap kehidupan organisasi kemasyarakatan karena waktunya habis untuk mencari
nafkah.
4.8.2. Karakteristik Subyek kasus Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan subyek kasus perlu diketahui untuk melihat sejauhmana penerimaan perempuan kepala rumahtangga yang bergerak dalam
usaha mikro terhadap program pengembangan masyarakat yang ada di Desa Sekarwangi Kecamatan Katapang. Tingkat pendidikan juga diperlukan untuk
menganalisa tingkat kreativitas usaha yang dijalankan oleh PKRT. Karakteristik subyek kasus berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 13.
berikut ini:
61 Tabel 13. Jumlah dan Persentase Subyek Kasus BerdasarkanTingkat Pendidikan
di Desa Sekarwangi Kecamatan Katapang Tahun 2005
No. Tingkat Pendidikan
Jumlah orang
1. Tamat SDsederajat
7 46,66
2. SLTPsederajat
4 26,67
3. SLTAsederajat
3 20,00
4. Diploma I, II, III
1 6,67
5. Sarjana
JUMLAH 15
100,00
Sumber: Hasil penelitian Tahun 2005.
Data pada Tabel 13. menunjukkan bahwa PKRT yang bergerak dalam usaha mikro hampir setengahnya berpendidikan tamat SDsederajat sebanyak 7
orang atau 46,67. Mereka bergerak dalam usaha warungan kecil-kecilan, dagang bakso dan lotek. Mereka berdagang di halaman rumahnya dengan
membuka kios kecil dan kadang-kadang dikelola bersama dengan suami atau anak-anaknya. PKRT yang berpendidikan di atas SD bergerak dalam usaha
rangginang, jahit hias dan usaha variasi makanansnack. PKRT yang dapat mengenyam pendidikan di atas SD dapat
menggunakan keterampilan dirinya untuk mengerjakan berbagai macam variasi usaha mikro seperti membuat rangginang atau jahit hias, tetapi yang
berpendidikan SD hanya mampu membuka usaha warungan atau dagang masakan. Hal tersebut disebabkan mereka tidak memiliki pengetahuan dan
keterampilan lain selain berdagang yang pendapatan hari-harinya digunakan untuk pemenuhan kebutuhan subsisten rumahtangga. Pendidikan yang terbatas
juga menyebabkan PKRT yang bergerak dalam usaha mikro sulit menerima penjelasan mengenai program pengembangan masyarakat sebagaimana yang
diutarakan oleh Ibu EL PKRT usaha mikro: Ibu-ibu di sini susah kalau diberi penjelasan tentang kegiatan baru, karena
rata-rata mereka berpendidikan rendah. Kalau ada informasi mengenai kegiatan, harus dijelaskan secara berulang-ulang dan rinci. Mereka juga
datang ke sini dan bertanya berulang-ulang.
Uraian tersebut menegaskan bahwa tingkat pendidikan selain berpengaruh terhadap bidang usaha yang digeluti oleh PKRT juga terhadap
penerimaan mereka atas informasi baru yang diberikan. Tingkat pendidikan yang terbatas menyebabkan PKRT usaha mikro belum mampu mengembangkan
usahanya lebih luas dan dengan kualitas yang beragam. Hal tersebut juga berpengaruh terhadap kesadaran mereka terhadap pengembalian cicilan.
Mereka mudah terpengaruh oleh teman karena tingkat pendirian mereka yang
62 lemah, seperti pada saat pembayaran cicilan P2KP. Mereka melihat temannya
tidak membayar akhirnya mereka juga ikut-ikutan tidak membayar cicilan pinjaman P2KP.
4.8.3. Karakteristik Subyek kasus Berdasarkan Status Perkawinan