53 pengaruh dan kekuasaan untuk membangun desa di mana jumlah mereka
sebanyak 739 KK 50. Golongan yang terakhir adalah KS I dan Pra KS, di mana mereka adalah para buruh tani, buruh pabrik dan pedagang kecil yang
jumlah mereka sebanyak 563 KK 40. Posisi perempuan kepala rumahtangga yang bergerak dalam usaha mikro
berada pada lapisan tiga golongan bawah yaitu KS I dan Pra KS. Mereka rata- rata bergerak pada bidang usaha warungan dan usaha jahit rajut yang telah
dirintis sejak terjadinya krisis ekonomi Tahun 1997. Suami mereka yang mengalami PHK menyebabkan mereka yang asalnya dianggap sebagai pencari
nafkah tambahan dan hanya membantu suami akhirnya harus menjadi pencari nafkah utama. Perubahan peran tersebut menyebabkan mereka harus bisa
membagi tugasnya antara urusan rumahtangga dan sebagai pencari nafkah, sementara sebagian suami mereka ada yang mengerti dan membantu urusan
rumahtangga i strinya, tetapi ada juga yang tetap bersantai dan berleha-leha yang menyebabkan seorang PKRT harus membanting tulang untuk membiayai
sekolah anak-anaknya dan menghidupi kelangsungan hidup rumahtangganya.
4.6. Sistem Nilai dan Norma
Sistem nilai dan norma dalam masyarakat di Desa Sekarwangi Kecamatan Katapang mengacu pada adat istiadat budaya Sunda dan sistem
religi yang dianut yaitu agama Islam. Kehidupan beragama masih kuat, hal tersebut dapat dilihat dari rutinitas pengajian yang diadakan oleh warga setiap
hari dan setiap minggunya. Tiap RW di Desa Sekarwangi terdapat mesjid yang selalu diramaikan oleh warga dan terdapat pondok madrasah serta Ikatan
Remaja Mesjid IRMA yang aktif mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan. Perempuan kepala rumahtangga yang bergerak dalam usaha mikro mudah
menjangkau kehidupan keagamaan yang ada di lingkungan mereka dengan mengikuti pengajian rutin tiap minggu.
Warga masyarakat pendatang sulit diterima oleh warga masyarakat asli di Desa Sekarwangi. Mereka membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dapat
beradaptasi dan diterima oleh masyarakat asli walaupun para pendatang membawa perubahan seperti terlibat dalam kegiatan desa ataupun organisasi
kewanitaan seperti yang diungkapkan oleh Ibu TT Pengurus PKK desa:
54 Warga masyarakat di sini sulit menerima pendatang, walaupun mereka
aktif dalam kegiatan organisasi kemasyarakatan di Desa Sekarwangi dan sudah tinggal lama di sini. Suara penduduk asli lebih didengarkan
daripada suara pendatang. Mereka sering mencurigai pendatang karena mereka tidak mengetahui asal usul pendatang.
Uraian di atas menjelaskan bahwa pendatang mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri di Desa Sekarwangi. Ikatan kekerabatan yang kuat diantara
penduduk asli, membuat mereka agak susah mempercayai pendatang. Pendatang yang terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan juga mengalami
kesulitan dalam mengajak warga untuk berperan aktif dalam kegiatan masyarakat, misalnya untuk kerja bakti.
Usaha mikro yang dikelola oleh PKRT pendatang juga mengalami hambatan, karena bantuan yang diberikan kepada warga masyarakat terutama
perempuan diberikan kepada penduduk asli dan jarang diberikan kepada pendatang. Pandangan masyarakat terhadap PKRT yang mengelola usaha
mikro adalah mereka dianggap sebagai pencari nafkah tambahan dan membantu suami, karena pencari nafkah utama adalah laki-laki yang menjadi kepala
keluarga.
4.7. Kelembagaan dan Jejaring Sosial dalam Komunitas