Akses dan Kontrol PKRT Usaha Mikro terhadap Manfaat Kegiatan Pembangunan

97 laki daripada perempuan, padahal usaha mikro lebih banyak dikelola oleh perempuan. Hal tersebut tentu dapat merugikan kaum perempuan terutama bagi PKRT usaha mikro, karena usahanya tidak dapat berkembang diakibatkan ketergantungannya terhadap keberadaan suaminya, terutama pada kepemilikan KTP. Kelembagaan formal yang dapat diakses oleh perempuan adalah PKK. Jumlah Kader yang terlibat di desa Sekarwangi sebanyak ± 56 orang yang terbagi di 8 RW. Kontrol dalam lembaga ini tetap dikendalikan oleh desa, karena semua program-programnya ditentukan oleh desa. Kegiatan rapat rutin bulanan PKK desa selalu dihadiri oleh Kepala Desa. Rencana program pengembangan desa selalu diinformasikan dan program kegia tan PKK juga diarahkan sesuai dengan program desa. PKRT secara dominan mempunyai akses terhadap pasar, karena untuk keperluan belanja usaha mikro yang dijalankannya, PKRT tidak bisa terlepas dari adanya pasar. Pasar terdekat yang biasa diakses oleh PKRT adalah Pasar Soreang dan Pasar Sayati. PKRT tidak mempunyai kontrol untuk menentukan harga dan jumlah barang yang ada di pasar, karena ia hanya dapat membeli sesuai keperluan dan jumlah uang yang ada pada dirinya.

6.1.3. Akses dan Kontrol PKRT Usaha Mikro terhadap Manfaat Kegiatan Pembangunan

Manfaat kegiatan pembangunan terhadap PKRT usaha mikro dapat dilihat dari sumberdaya yang ada di Desa Sekarwangi Kecamatan Katapang seperti penghasilan, pangan, sandang, papan dan barang konsumen, kesempatan kerja, pendidikanpelatihan dan kekuasaan untuk status yang lebih tinggi. Setelah adanya program P2KP dan UP2K-PKK tidak banyak memberikan manfaat terhadap kehidupan PKRT. Akses dan kontrol pada manfaat dari kegiatan pembangunan dapat dilihat pada Tabel 24. berikut ini. 98 Tabel 24. Akses dan Kontrol PKRT Usaha Mikro terhadap Manfaat Kegiatan Pembangunan di Desa Sekarwangi Kecamatan Katapang Tahun 2005 LAKI-LAKI PEREMPUAN NO. MANFAAT KEGIATAN PEMBANGUNAN AKSES KONTROL AKSES KONTROL 1. Penghasilan v v v 2. Pangan Sandang Barang konsumen v v 3. Kesempatan kerja v v v 4. Pendidikanpelatihan v v v 5. Kekuasaan politis Status yang lebih tinggi v v Sumber: Diadaptasi dari Aus AID’s to Gender and Development dalam IASTP II, 1999. Data pada Tabel 24. menunjukkan bahwa laki-laki mempunyai akses dan kontrol terhadap penghasilan dari program pembangunan yang ada di Desa Sekarwangi. Laki-laki dapat dengan mudah untuk meminjam dana bantuan P2KP dan UP2K-PKK karena mempunyai KTP. Kewenangan pengambilan keputusan terhadap penggunaan dana tersebut juga dimiliki oleh laki-laki dengan memberikan dana secukupnya kepada istrinya untuk kehidupan sehari-harinya. Perempuan hanya mempunyai akses dan tidak ada kontrol dari penghasilan yang diterimanya. Hal tersebut disebabkan penghasilan perempuan digunakan untuk membiayai kehidupan diri dan anak-anaknya juga terlebih bagi seorang PKRT. Penghasilan yang diterimanya dari hasil usaha digunakan sepenuhnya untuk menghidupi keluarga dan membiayai sekolah anak-anaknya. Program P2KP dan UP2K-PKK tidak banyak memberikan pengaruh yang berarti terhadap pemenuhan kebutuhan pangan dan sandang terutama bagi PKRT usaha mikro sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu IN Pengurus P2KP: Dana P2KP dan UP2K-PKK tidak bisa memenuhi kebutuhan pangan dan sandang bagi PKRT usaha mikro. Jangankan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, karena uang yang didapatnya digunakan untuk membayar hutang ke rentenir. Uraian tersebut menjelaskan bahwa dana dari P2KP yang diterima oleh PKRT usaha mikro pada awalnya digunakan untuk menambah modal usaha, tetapi karena mereka sebelumnya mempunyai hutang ke rentenir, akhirnya uang tersebut digunakan untuk membayar hutang, sehingga usaha mereka tidak berkembang. 99 Akses dan kontrol terhadap kesempatan kerja lebih dimiliki oleh laki-laki dan mereka bukan merupakan rumahtangga PKRT, karena mereka lebih mempunyai peluang untuk mengembangkan usaha mereka dengan mendapat pinjaman yang lebih besar seperti untuk usaha becak. Akses terhadap kesempatan kerja bagi perempuan terutama PKRT usaha mikro terbatas, karena adanya anggapan bahwa mereka adalah pencari nafkah tambahan. Akses dan kontrol untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan juga lebih dimiliki oleh laki-laki, karena mereka tidak terikat untuk melakukan pekerjaan reproduktif, sehingga mereka lebih leluasa untuk keluar rumah mengikuti kegiatan, sedangkan bagi perempuan harus mendapat ijin suami sebelum mengikuti pendidikan atau pelatihan, apalagi untuk pelatihan yang perlu menginap. Apabila ternyata suami tidak mengijinkan, maka perempuan tidak dapat mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan tersebut. Kekuasaan politis yaitu akses dan kontrol terhadap peningkatan status yang lebih tinggi ada pada laki -laki, karena mereka mempunyai peluang untuk mengikuti kegiatan di desa daripada perempuan apalagi bagi PKRT usaha mikro. Pemegang anggaran P2KP dan UP2K -PKK adalah para tokoh masyarakat yang sebagian besar yaitu sebanyak 14 orang atau 80 adalah laki -laki yang menjadi Ketua RW dan tokoh masyarakat, dan 3 orang atau 20 adalah perempuan yang menjadi pengurus PKK dan kerabat dari aparat desa.

6.1.4. Akses dan Kontrol PKRT Usaha Mikro terhadap Kelembagaan dalam Komunitas