Usaha Mikro Pengambilan keputusan di dalam keluarga

26

2.1.4. Usaha Mikro

Usaha mikro adalah suatu unit ekonomi yang melakukan aktivitas dengan tujuan menghasilkan barang atau jasa untuk dijual atau ditukar dengan barang lain dan ada seseorang atau lebih yang bertanggung jawab dan punya kewenangan untuk mengelola usaha tersebut BPS, 2000. Usaha tersebut di dalamnya adalah usaha rumahtangga yang dilakukan pada lokasitempat yang tidak tetap keliling ataupun dilakukan pada suatu lokasi tetap namun tempat perlengkapan usahanya dipindah-pindahkan tidak tetap. Usaha mikro merupakan bagian dari pengemb angan ekonomi rakyat Juoro, 1999. Sebagai pelaku ekonomi, rakyat menjalankan usahanya dalam bentuk, pertama, usaha tradisional seperti nelayan tradisional. Kedua, sektor usaha berupa sektor informal, misalnya pedagang kaki lima, memetik hasil alam dengan teknologi sederhana seperti memetik hasil hutan dan mengekstraksi bahan tambangmineral atau pertambangan rakyat, dan melakukan budidaya secara sederhana seperti perkebunan rakyat dan perikanan rakyat. Ketiga , small but modern enterprises atau dapat juga dalam bentuk family enterprises yang dikelola secara profesional. Aspek yang terkait dengan pengembangan ekonomi kerakyatan antara lain: 1 infrastruktur 2 kapital 3 jaringan kerja business network, pemasaran, informasi, manajemen dan teknologi 4 capacity building sumberdaya manusia dan kelembagaan. Usaha mikro menurut Ismawan 2003 dapat dikembangkan secara riil strategis dengan alasan sebagai berikut: 1. Usaha mikro telah mempunyai kegiatan ekonomi produktif, sehingga kebutuhannya adalah pengembangan dan peningkatan kapasitas bukan penumbuhan, sehingga lebih mudah dan pasti; 2. Apabila diberdayakan secara tepat, usaha mikro akan secara mudah berpindah menjadi sektor usaha kecil; 3. Secara efektif mengurangi kemiskinan, maupun membantu pemberdayaan rakyat kategori fakir miskin, serta usia lanjut dan muda. Usaha mikro dan usaha kecil menurut Soemantri, dkk 2000 memiliki posisi dan peran yang sangat strategis dalam hal 1 Usaha mikro-kecil dapat menyerap tenaga kerja yang relatif besar. Daya serap ini dapt menjembatani kesenjangan yang tajam antara golongan berpunya dengan golongan papa. 2 27 Menjadi bumper pencegah terjadinya revolusi. 3 Sebagai penghasil devisa dan penyedia jasa yang murah bagi pekerja di sektor lebih besar. Bagi praktisi terutama perempuan, usaha mikro-kecil diminati dengan alasan 1 Menopang kelangsungan hidup rumahtangga. 2 Memenuhi kebutuhan pengembangan diri. 3 Memberi peluang terjadinya peningkatan kesejahteraan keluarga secara lahir batin. Usaha mikro memiliki pekerja ku rang dari 5 lima orang termasuk tenaga keluarga yang tidak dibayar BPS, 2000. Modal usaha mikro kurang dari 20 juta berkisar pada kegiatan pertanian dan produk-produk bahan pangan, kegiatan usaha mikro pada umumnya terbatas untuk memenuhi kehidupan sehari-hari bagi pemilik dan pekerjanya Juoro, 1999. Usaha mikro sebagai suatu kelembagaan tidak hanya sekedar group of people Garcia, 1994. Tanpa kelembagaan, maka tak akan ada masyarakat dengan segala kebudayaannya. Ia bertanggung jawab terhadap kebutuhan manusia dan kelangsungan masyarakat. Kelembagaan dari sudut pandang ekonomi, fungsi utamanya adalah agar tercapai efisiensi dalam bertindak. Kelembagaan “…. persist us to carry on our daily lives with a minimum of repetition and costly negotiation” Bromley, 1993. Suatu tindakan menjadi ekonomis, karena telah ada pedoman dalam bertindak. Pelaku ekonomi tak akan bertindak secara acak, namun mengikuti pola yang sudah disepakati. Pengembangan kelembagaan mengacu pada proses untuk memperbaiki kemampuan lembaga dalam mengefektifkan penggunaan sumberdaya manusia dan keuangan yang ada Israel, 1992. Tujuan utamanya adalah mengefektifkan penggunaan sumberdaya, suatu tujuan utama bagi upaya pembangunan dan menjadi sangat mendesak dalam mengatasi krisis ekonomi dewasa ini. Usaha mikro sebagai suatu kelembagaan perlu dibangun jaringan untuk melancarkan mekanisme kerja dan memfasilitasi munculnya kemitraan dan arus informasi diantara lembaga-lembaga yang terkait Haeruman dan Eriyatno, 2001. Kelembagaan yang terkait dengan pengembangan ekonomi lokal ini antara lain adalah: 1 Lembaga produksi 2 Lembaga distribusi 3 Lembaga keuangan 4 Lembaga keswadayaan masyarakat 5 Kelembagaan advokasi kelembagaan pendukungpenyuluhan. Kelima kelembagaan tersebut perlu bersinergi untuk mencapai kondisi yang kondusif. Pendekatan praktis yang 28 digunakan untuk membangun sistem jaringan kelembagaan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Jaringan kelembagaan perlu terfokus pada kluster kegiatan ekonomi unggul yang telah diidentifika si; 2. Kegiatan ekonomi dikembangkan dengan pendekatan “ market driven”. 3. Adanya keterkaitan yang erat untuk memberi kesempatan kepada Usaha Kecil Menengah untuk mengakses pasar yang lebih luas, melalui kolaborasi kemitraan dengan usaha besar. 4. Memunculkan peluang berkembang dan hubungan public private yang produktif dan transparan. 5. Pendekatan kerja utama adalah pendekatan pemberdayaan empowerment masyarakat lokal, dengan memberikan kesempatan partisipasi pada setiap tahapan kegiatan, mulai dari perencanaan dan pengambilan keputusan. Usaha mikro yang ada di Desa Sekarwangi Kecamatan Katapang bersifat tidak tetap, dalam arti mereka berusaha manakala ada modal yang memadai, tetapi bila tidak ada modal maka usaha yang dijalankannya tidak bergerak. Usaha yang dijalankan berkisar pada penjualan makanan kecil, gorengan, warungan dan tidak sedikit yang bergerak dibidang konveksi. Lokasi desa yang dekat dengan pabrik rajut, memungkinkan mereka untuk membuka usaha konveksi dengan cara makloon, yaitu mengambil bahan dari pabrik untuk dijahit lurus dan dikerjakan di rumah masing-masing. Usaha makanan yang dijalankan juga tidak terlepas dari banyaknya pendatang yang tinggal di Desa Sekarwangi yang bekerja sebagai buruh pabrik.

2.2. Kerangka Alur Berfikir