Kondisi Pendidikan Kondisi Ekonomi

48 Lokasi Desa Sekarwangi yang strategis yaitu dekat dengan lokasi pabrik dan komplek pemda membuat banyak warga yang masuk dan menetap secara permanen ataupun sementara. Banyak warga desa yang membuka usaha mikro berupa warungan, konveksi, menjahit ataupun makloon sebanyak 173 orang dan sebagian dikelola oleh PKRT yaitu sebanyak 60 orang. Usaha PKRT mengalami pasang surut tiap bulannya, seperti usaha warungan mengalami peningkatan dan memperoleh keuntungan saat akhir bulan, sedangkan usaha makanan jadi mengalami keuntungan tiap awal bulan. hal tersebut disebabkan pada awal bulan warga masyarakat mempunyai dana cukup untuk belanja ke supermarket dan membeli masakan jadi, sedangkan pada akhir bulan di saat kondisi keuangan warga masyarakat menipis, mereka memilih untuk membeli sembako di warung dan memasak sendiri daripada membeli.

4.3. Kondisi Pendidikan

Kondisi pendidikan di Desa Sekarwangi terbesar adalah tamat SD. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 8. berikut ini: Tabel 8. Persentase Penduduk Umur 10 Tahun ke atas menurut Tingkat Pendidikan yang ditamatkan di Desa Sekarwangi Kecamatan Katapang Kabupaten Bandung Tahun 200 3 NO. PENDIDIKAN JUMLAH 1. Tamat SDsederajat 2.920 60,28 2. Tamat SLTPsederajat 952 19,65 3. Tamat SLTAsederajat 775 16,00 4. Tamat D-1 67 1,38 5. Tamat D-2 34 0,70 6. Tamat D-3 28 0,58 7. Tamat S-1 68 1,40 JUMLAH 4.844 100,00 Sumber: Daftar Isian Penyusunan Profil Desa Sekarwangi Kec. Katapang Kab. Bandung Tahun 2003. Data pada Tabel 8. di atas menunjukkan bahwa sebagian besar atau setengah dari penduduk Desa Sekarwangi adalah Tamat SDsederajat sebanyak 2.920 orang atau 60,28. Pendidikan yang terbatas menyebabkan jenis pekerjaannya pun terbatas pada penggunaan tenaga kasar seperti menjadi buruh tani, buruh pabrik dan pedagang kecil. Perempuan terutama PKRT yang menggeluti usaha mikro seperti warungan, dagang makanan keliling rata-rata memiliki pendidika n tamat SD sampai dengan tamat SLTP. Pendidikan yang terbatas juga berpengaruh terhadap penerimaan mereka terhadap program 49 pembangunan yang ada, seperti mereka merasa kesulitan saat mengisi formulir P2KP dan menerima penjelasan tentang pengembalian cicilan.

4.4. Kondisi Ekonomi

Kondisi ekonomi untuk melihat jenis mata pencaharian dan potensi ekonomi lokal yang terdapat di Desa Sekarwangi. Mata pencaharian utama di wilayah ini adalah pertanian. Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 9. berikut ini: Tabel 9. Komposisi Penduduk Desa Sekarwangi berdasarkan mata pencaharian Tahun 2003. NO. MATA PENCAHARIAN JUMLAH 1. Buruh tani 1.200 40,08 2. Buruhswasta 810 27,05 3. Petani 400 13,36 4. Pegawai Negeri 286 9,55 5. Pedagang 173 5,78 6. Pengrajin 46 1,54 7. Pensiunan 38 1,27 8. ABRI 32 1,07 9. Peternak 5 0,17 10. Montir 4 0,13 JUMLAH 5.134 100,00 Sumber: Daftar Isian Penyusunan Profil Desa Sekarwangi Kec. Katapang Kab. Bandung Tahun 2003. Data pada Tabel 9. menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk desa Sekarwangi bekerja sebagai buruh tani yaitu berjumlah 1.200 orang atau 40,08. Tenaga mereka diperlukan pada saat musim tanam, musim panen dan membersihkan sawah yang waktunya tidak tentu tergantung musim dan permintaan. Up ah yang diberikan untuk buruh tani perempuan adalah sebesar Rp. 7.000,- per hari, sedangkan untuk buruh laki -laki sebesar Rp. 10.000,- per hari tanpa makan atau Rp. 13.000,- per hari dengan makan. Penghasilan mereka bila diakumulasikan sebulan tidak layak untuk menghidupi anggota keluarganya bila disesuaikan dengan standar World Bank tentang pengeluaran orang per hari adalah US 2oranghari atau Rp. 20.000oranghari. Jumlah yang besar juga adalah mereka yang bekerja sebagai buruhswasta yaitu sebanyak 810 orang atau 27,05. Hal tersebut disebabkan di wilayah Kopo banyak terdapat pabrik yang banyak mempekerjakan buruh terutama buruh wanita yang berasal dari wilayah sekitarnya. Masalah yang 50 terjadi adalah apabila pabrik mengalami kebangkrutan, maka banyak pekerja yang di-PHK, sehingga akan berpengaruh pada kehidupan dalam rumahtangga. Usaha mikro di Desa Sekarwangi ditunjukkan malalui mata pencaharian pedagang dan pengrajin yaitu sebanyak 219 orang atau 7,32. Sebagian warga masyarakat mengambil alternatif usaha mikro untuk menghidupi keluarganya seperti. Pemasaran hasil usaha mikro yang dikelola oleh PKRT berupa rangginang dan kerupuk dijual ke warung-warung dan pasar atau menjualnya melalui karyawan yang bekerja di pabrik, sedangkan konveksi biasanya laku dijual apabila di kantor desa ada kunjungan kerja, kedatangan tamu dari luar desa, pada saat bazar atau pameran. Sumberdaya lokal yang ada di Desa Sekarwangi berpengaruh terhadap mata pencaharian penduduk yang lain, seperti adanya Usaha Kecil Menengah UKM yang ada di desa tersebut sebagian memanfaatkan sumberdaya lokal seperti melihat pada kondisi demografi dimana penduduk Desa Sekarwangi sebagian besar adalah pendatang dan bekerja sebagai buruh pabrik, sehingga mereka membutuhkan masakan matang karena tidak sempat memasak. Pemanfaatan sumberdaya lokal yaitu dengan menggunakan beras ketan sebagai hasil pertanian Desa Sekarwangi untuk pembuatan rangginang. UKM ini sudah berkembang dan mempunyai pekerja. Berikut ini adalah daftar UKM di Desa Sekarwangi: Tabel 10. Kondisi Perekonomian berdasarkan Usaha Kecil Menengah Warga Desa Sekarwangi Tahun 2002. Pengelola No. Jenis UKM L P Jumlah UKM 1. Usaha Makanan 7 11 18 42,86 2. Konveksi 11 - 11 26,20 3. Barang rongsokan 1 - 1 2,38 4. Akuarium - 1 1 2,38 5. Karet Dragon 2 - 2 4,76 6. Mebeulair 3 - 3 7,14 7. Bata Merah 1 - 1 2,38 8. Jamur Kayu 2 - 2 4,76 9. Peternakan 2 - 2 4,76 10. Perhiasan Emas 1 - 1 2,38 JUMLAH 30 12 42 100,00 Sumber: Data Desa Sekarwangi Tahun 2002. 51 Data pada Tabel 10. menunjukkan bahwa usaha yang dilakukan oleh warga Desa Sekarwangi terbesar ada pada usaha makanan sebanyak 18 UKM atau 42,86. Usaha yang dikelola oleh perempuan adalah makanan asakan, keripik singkong, rangginang, kudapan dan telor asin sebanyak 11 UKM atau 26,19. Hal tersebut menunjukkan bahwa usaha mikro yang dijalankan oleh perempuan di Desa Sekarwangi adalah pada usaha makanan, karena keterkaitannya dengan urusan dapur, sehingga memudahkan bagi mereka untuk mengembangkan minat dan bakatnya. 4.5. Kondisi Sosial Budaya 4.5.1. Keragaman Warga