Tipe dan Faktor Penyebab Kemiskinan

55 pangan tak cukup di bawah 240 kg nilai tukar beras orang tahun, dan c paling miskin dengan pengeluaran di bawah 180 kg nilai tukar beras orang tahun., dan 2 untuk perkotaan : a miskin = pengeluaran rumah tangga di bawah 480 kg nilai tukar beras orang tahun, b miskin sekali = dibawah 380 kg nilai tukar beras orang tahun, dan c paling miskin = dibawah 270 kg nilai tukar beras orang tahun.

2.3.2. Tipe dan Faktor Penyebab Kemiskinan

Ditinjau dari kelompok sasaran, terdapat beberapa tipe kemiskinan. Penggolongan tipe kemiskinan ini dimaksudkan agar setiap tujuan program memiliki sasaran dan target yang jelas. Hasibuan 2000 membagi kemiskinan menjadi tiga kategori, yaitu : 1 kemiskinan absolut dimana pendapatan di bawah garis kemiskinan dan tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, 2 kemiskinan relatif dimana situasi kemiskinan di atas garis kemiskinan berdasarkan pada jarak antara miskin dan non-miskin dalam suatu komunitas, dan 3 kemiskinan struktural dimana kemiskinan ini terjadi saat orang atau kelompok masyarakat enggan untuk memperbaiki kondisi hidupnya sampai ada bantuan untuk mendorong mereka keluar dari kondisi tersebut. UNDP meninjau kemiskinan dari dua sisi, yaitu dari sisi pendapatan dan dari sisi kualitas manusia. Dilihat dari sisi pendapatan, kemiskinan ekstrim extreme poverty atau kemiskinan absolut adalah kekurangan pendapatan untuk keperluan pemenuhan kebutuhan dasar atau kebutuhan minimal kalori yang diperlukan. Dari sisi kualitas sumber daya manusia, kemiskinan secara umum overall poverty, atau sering disebut sebagai kemiskinan relatif, adalah kekurangan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan non pangan seperti pakaian, energi dan tempat bernaung UNDP, 2001. 56 Menurut Jhingan 2000 kemiskinan secara sederhana disebabkan karena rendahnya produktivitas tenaga kerja yang menyebabkan pendapatan per kapita rendah, sehingga mereka kekurangan biaya untuk konsumsi dan kebutuhan penting lainnya. Karena pendapatan rendah maka tabungan untuk keluarga juga rendah yang menyebabkan investasi untuk pengelolaan usaha juga rendah. Rendahnya investasi menyebabkan tingkat produktivitas tenaga kerja yang mengelolanya juga rendah. Demikian siklus perangkap kemiskinan tersebut terus menerus berjalan tanpa akhir, yang menyebabkan golongan masyarakat miskin sulit untuk berkembang. Kemiskinan di Indonesia mempunyai empat dimensi pokok, yaitu: 1 kurangnya kesempatan lack of opportunity, 2 rendahnya kemampuan low af capabilities, 3 kurangnya jaminan low-level of security, dan 4 ketidak berdayaan low of capacity or empowerment. Kemiskinan dapat dilihat secara global, yakni kemiskinan kolektif atau kemiskinan massa, kemiskinan musiman cyclical dan kemiskinan individu. Kemiskinan kolektif dapat terjadi pada suatu daerah atau negara yang mengalami kekurangan pangan, kebodohan dan eksploitasi manusia dinilai sebagai penyebab keadaan itu. Sedang kemiskinan musiman atau periodik dapat terjadi ketika daya beli masyarakat turun atau rendah. Ketika terjadi inflasi dengan tingkat pendapatan relatif tetap maka daya beli masyarakat akan turun. Kemiskinan individu dapat terjadi pada setiap orang, terutama kaum cacat fisik atau cacat mental, anak-anak yatim dan kelompok lanjut usia Yudhoyono dan Harniati , 2004. Kemiskinan menurut penyebabnya dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu : 1 kemiskinan alamiah, 2 kemiskinan struktural, dan 3 kemiskinan kultural. Kemiskinan alamiah timbul karena sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya pembangunan lainnya yang langka jumlahnya, karena perkembangan teknologi yang rendah, sehingga masyarakat tidak dapat berperan aktif dalam 57 pembangunan. Kemiskinan struktural timbul disebabkan hasil pembangunan yang belum merata, kepemilikan sumber daya yang belum merata, kemampuan tidak seimbang, ketidak merataan kesempatan, menyebabkan keterlibatan masyarakat dalam pembangunan tidak merata. Kemiskinan kultural disebabkan pemahaman suatu sikap, kebiasaan hidup dan data seseorang atau masyarakat yang merasa kecukupan dan tidak kekurangan. Kelompok ini tidak mudah untuk diajak berpartisipasi dalam pembangunan dan cenderung tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya. Dengan ukuran absolut mereka dapat dikatakan miskin, tetapi mereka tidak merasa miskin atau tidak mau disebut miskin Soegijoko, 1997. Alla 1981 menyebutkan bahwa kemiskinan secara garis besar disebabkan oleh faktor endogen dan faktor eksogen. Faktor endogen adalah faktor-faktor dari dalam diri individu sendiri yang menyebabkan kemiskinan, atau sikap mentalnya yang menyebabkan mereka miskin. Sedang faktor eksogen yang mempengaruhi kemiskinan adalah faktor alamiah dan faktor struktural. Apabila ditinjau dari segi penyebabnya konsep kemiskinan dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu : 1 kemiskinan alamiah adalah kemiskinan yang terjadi karena langkanya sumber daya dan rendahnya produktivitas; dan 2 kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang terjadi karena lembaga-lembaga yang ada menjadikan sekelompok masyarakat atau secara perorangan tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan fasilitas yang tersedia secara merata. Kemiskinan alamiah disebabkan oleh faktor sumber daya manusia; daya dukung wilayah dan ekologi manusia Muharminto,1993. Ikhsan 2001 menunjukkan beberapa determinan kemiskinan di daerah pedesaan yaitu: 1 human capital endowment yang belum memadai yang menyulitkan proses transformasi tenaga kerja antar sektor, 2 kuantitas dan kualitas infrastuktur, 3 kontribusi pendapatan usahatani padi terhadap pendapatan keluarga petani hanya 58 berkisar 17 - 30 persen, karena luas lahan yang kecil dan curahan jam kerja yang hanya 10 hari dalam satu bulan, dan 4 faktor yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah. Kemiskinan yang digunakan dalam penelitian adalah pengukuran kemiskinan yang ditetapkan berdasarkan kriteria BPS dengan pendekatan kebutuhan dasar, yaitu penduduk miskin adalah penduduk yang tidak bisa mencukupi kebutuhan dasarnya berupa kebutuhan pangan dan kebutuhan lainnya. Penduduk miskin menurut kriteria penelitian ini adalah jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan headcount measure. Penentuan garis kemiskinan didasarkan pada pengukuran pendapatan pengeluaran penduduk untuk mencukupi kebutuhan dasar yaitu berupa kebutuhan untuk konsumsi energi sebesar 2100 kkal per kapita per hari, sehingga apabila penghasilannya ada dibawah konversi tersebut maka termasuk pada kategori penduduk miskin. Besaran garis kemiskinan akan berbeda antar waktu karena adanya perubahan harga antar waktu, antar wilayah karena adanya perbedaan tingkat kemahalan antar wilayah dan antara desa dan kota Todaro, 2000.

2.4. Ketahanan Pangan Pada pokok bahasan ini akan dikaji secara komperhensif tentang