Kondisi Wilayah Provinsi Jawa Barat

V. GAMBARAN UMUM, KONDISI FISKAL, KEMISKINAN, DAN KETAHANAN PANGAN DI JAWA BARAT

5.1. Kondisi Wilayah Provinsi Jawa Barat

Jawa Barat merupakan provinsi yang dibentuk pertama kali di wilayah Indonesia staatblad Nomor : 378 berdasarkan Undang-Undang No. 11 Tahun 1950. Kemudian pada tahun 2000 Banten melepaskan diri dari Provinsi Jawa Barat dan resmi berdiri menjadi Provinsi Banten dengan Undang-Undang No. 23 tahun 2000. Pada tahun 2001 Jawa Barat terdiri dari 16 daerah kabupaten yaitu : Bogor, Bandung, Bekasi, Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Kuningan, Majalengka, Sumedang, Indramayu, Subang, Purwakarta, Bekasi dan Karawang, dan terdiri 9 daerah kota yaitu : Bogor, Bandung, Sukabumi, Cirebon, Depok, Bekasi, Tasikmalaya, Cimahi dan Banjar. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2001 tentang Rencana Strategis Provinsi Jawa Barat, Visi Provinsi Jawa Barat adalah ” Jawa Barat dengan Iman dan Taqwa sebagai Provinsi Termaju di Indonesia dan Mitra Terdepan Ibu Kota Negara Tahun 2010.” Dengan visi pembangunan pangan ” Terciptanya sistem ketahanan pangan yang andal dan bertumpu pada optimalisasi pemanfaatan potensi produksi dan keragaman pangan nasional”. Untuk mencapai visi tersebut dalam pengelolaan pemerintahan perlu memiliki tekat yang kuat untuk mewujudkannya, sehingga ditetapkan visi ”Akselerasi Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Guna Mendukung Pencapaian Visi Jawa Barat 2010.” Dalam rangka mewujudkan visi akselerasi tersebut ditetapkan lima misi pemerintah Provinsi Jawa Barat yaitu : 1 meningkatkan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia Jawa Barat, 2 mengembangkan struktur perekonomian regional yang tangguh, 3 memantapkan kinerja pemerintahan daerah, 4 meningkatkan implementasi pembangunan berkelanjutan, dan 5 meningkatkan kualitas kehidupan sosial yang berdasarkan agama dan budaya daerah. Berbagai upaya akan dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat untuk menuju pencapaian target indikator makro pembangunan, upaya tersebut antara lain melalui pengembangan enam core busines Jawa Barat yaitu : 1 pengembangan sumber daya manusia, 2 agribisnis, 3 bisnis kelautan, 4 pariwisata, 5 industri manufaktur, dan 6 jasa yang didukung oleh penataan ruang yang mantap dan tersedianya infrastruktur yang memadai. Keberhasilan dalam mendorong core businis ini, pada gilirannya diharapkan dapat menjadi pendorong dalam proses pembangunan dalam rangka akselerasi peningkatan kesejahteraan masyarakat Jawa Barat tahun 2010. Untuk mewujudkan sinergitas dan akselerasi pencapaian prioritas pembangunan, telah dirumuskan tujuan bersama common goal yang menjadi komitmen semua pihak serta pelibatan secara aktif lintas SKPD dan para pelaku pembangunan dalam pelaksanaannya. Berdasarkan hasil Musyawarah Perencanaan Pembangunan Provinsi Jawa Barat ditetapkan delapan tujuan bersama common goal sebagai berikut : 1 peningkatan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia, 2 ketahanan pangan, 3 peningkatan daya beli masyarakat, 4 peningkatan kinerja aparatur, 5 penanganan pengelolaan bencana, 6 pengendalian dan pemulihan kualitas lingkungan, 7 pengelolaan, pengembangan dan pengendalian infrastruktur, dan 8 kemandirian energi dan kecukupan air baku. Untuk mewujudkan tujuan bersama tersebut dilaksanakan prioritas pembangunan daerah beserta fokus-fokus yang harus dilaksanakan pada masing- masing prioritas. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak diantara 5 o 50’ - 70 o 50’ LS dan 104 o 48’ – 108º 48’ BT. Luas wilayah Jawa Barat 44 354.61 Km 2 atau 4 435 461 Ha. Lahan di Jawa Barat cukup subur karena mengandung endapan vulkanis serta banyaknya aliran sungai, sehingga tidak mengherankan jika sebagian besar digunakan sebagai lahan pertanian dan Jawa Barat ditetapkan sebagai lumbung pangan nasional. BPS, 2005. Tabel 4 menunjukkan struktur penggunaan lahan di Jawa Barat. Tabel 4. Struktur Penggunaan Lahan di Jawa Barat Tahun 2005 Penggunaan Lahan Luas Ha Persentase Hutan Primer 321 377 .68 8.66 Hutan Sekunder 269 885 .68 7.27 Kawasan Industri 15 825 .21 0.43 Kawasan Pertambangan 3 350 .92 0.09 Kebun Campuran 849 294 .72 22.89 Tegalan 368 265 .51 9.93 Padang Ilalang 128 207 .61 3.46 Perkebunan 646 100.43 17.41 Pemukiman 178 329 .75 4.81 Sawah 752 130.90 20.27 Semak 53 244.10 1.44 Sungai, waduk dll 54 932.49 1.48 Tambak 51 525.09 1.39 Tanah Kosong 17 591.20 0.47 Jumlah 3 710 061.29 100 Sumber : Bapeda Provinsi Jawa Barat, 2005. Dengan kondisi topografis pegunungan pada bagian selatan dan pedataran pada bagian utara, sekitar 20.2 persen luas wilayahnya terdiri dari sawah, sekitar 40 persen perkebunan dan kebun campuran, 15 persen hutan, 4.81 persen pemukiman dan penggunaan lahan lainnya. Hal ini akan mempengaruhi pembentukan dan aksesibilitas berbagai sarana prasarana di Jawa Barat. Pada daerah-daerah selatan yang bergunung, aksesibilitas relatif memiliki kendala alam lebih besar daripada daerah utara yang berupa dataran dan sebagian besar wilayahnya berupa lahan persawahan beririgasi teknis. Sumber air untuk pengairan di Jawa Barat terdiri dari sungai, situ, waduk yang jumlahnya cukup banyak untuk mengairi lahan persawahan di Jawa Barat. Potensi sumber daya air yang cukup baik di Jawa Barat menjadi faktor pendukung yang penting dalam mewujudkan Provinsi Jawa Barat sebagai lumbung pangan terbesar di Indonesia. Data sumber air dan areal beririgasi di Jawa Barat selengkapnya tersaji pada Tabel 5. Tabel 5. Potensi Sumber Daya Air di Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2007 Uraian Kuantitas Satuan Persen Sungai 3 048 Buah 100.00 Sungai Lintas 1 878 Buah 61.61 Sungai Lintas Provinsi 4 Buah 0.13 Sungai Lintas Kabupaten Kota 1 874 Buah 61.48 Sungai Lokal Kabupaten 1 170 Buah 38.39 Situ 53 Buah Waduk 20 Buah Areal Irigasi 1 086 908 Ha 100.00 Irigasi Kewenangan Pusat 407 168 Ha 37.50 Irigasi Kewenangan Provinsi 85 730 Ha 7.90 Irigasi Kewenangan Kabupaten Kota 97 339 Ha 9.00 Irigasi Desa 382 691 Ha 33.10 Sawah Tadah Hujan 113 980 Ha 10.50 Sumber : PSDA Jawa Barat, 2007.

5.2. Kondisi Fiskal Pemerintah Daerah Kabupaten Kota di Provinsi Jawa Barat