16. Umur Harapan Hidup KERAGAAN MODEL DAN PEMBAHASAN

lebih baik terhadap proses persalinan akibat semakin berkembangnya pengetahuan dan teknologi juga jumlah tenaga medis sehingga angka kematian bayi relatif lebih kecil.

6.2. 16. Umur Harapan Hidup

Faktor-faktor yang signifikan berpengaruh terhadap umur harapan hidup adalah konsumsi protein, pengeluaran kesehatan per penduduk miskin, angka kematian bayi dan lag umur harapan hidup. Konsumsi protein berhubungan positif dengan angka elastisitas sebesar 0.1123 menunjukkan bahwa apabila tingkat konsumsi protein meningkat sebesar 10 persen maka umur harapan hidup akan meningkat sebesar 1.12 persen. Protein merupakan zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan mengganti sel-sel yang rusak. Sehingga apabila tingkat konsumsi protein berkecukupan akan mempengaruhi kondisi kesehatan konsumen dan kondisi ini akan berpengaruh pada kondisi umur harapan hidup seseorang. Pengeluaran kesehatan per penduduk miskin berhubungan positif dengan umur harapan hidup, pengeluaran kesehatan yang langsung ditujukan oleh penduduk miskin akan langsung bisa meningkatkan kesehatan masyarakat miskin dan akan berpengaruh pada umur harapan hidup. Nilai elastisitas sebesar 0.0081 artinya apabila dana pengeluaran kesehatan per penduduk miskin naik sebesar 10 persen maka umur harapan hidup akan naik sebesar 0.08 persen. Kecilnya pengaruh dana tersebut karena adanya faktor time-lag yaitu pengaruhnya tidak langsung tetapi baru beberapa tahun kemudian. Angka kematian bayi berhubungan negatif dengan nilai elastisitas sebesar - 0.1353 artinya apabila angka kematian bayi turun sebesar 10 persen maka umur harapan hidup akan meningkat sebesar 1.35 persen. Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator status gizi dari golongan masyarakat rawan gizi, apabila kondisi ini semakin baik maka akan mempengaruhi kondisi dan kualitas SDM sehingga dalam jangka panjang akan mempengaruhi kondisi umur harapan hidup. Dummy desentralisasi fiskal bernilai positif menunjukkan bahwa kondisi umur harapan hidup relatif lebih tinggi pada masa desentralisasi fiskal. Artinya desentralisasi fiskal telah membawa perubahan pada kualitas SDM yang lebih baik sehingga memberikan angka harapan hidup yang lebih tinggi. Tabel 32. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Umur Harapan Hidup Kabupaten di Wilayah Provinsi Jawa Barat Persamaan Usia Harapan Hidup Elastisitas Variable Parameter Estimate T for H0: Parameter=0 Prob |T| J. Pendek J. Panjang Label Variabel INTERCEP 65.157453 15.870 0.0001 - - Intercep CONPROT 0.126100 1..917 0.0573 0.1123 0.1739 Konsumsi protein DPKSMIS 0.033875 3..530 0.0006 0.0081 0.0125 Pengeluaran kesehatan per penduduk miskin AKMBY -0.150308 -7.609 0.0001 -0.1353 -0.2095 Angka kematian bayi DMDF 0.207502 0.576 0.5656 - - Dummy desentralisasi LUHHDP 0.354258 3.472 0.0007 - - Lag usia harapan hidup F Value ProbF R-Square Dh 24.053 0.0001 0.5675 -

VII. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN DAN FAKTOR EKSTERNAL TERHADAP KEMISKINAN DAN KETAHANAN PANGAN

DI PROVINSI JAWA BARAT

7.1. Validasi Model

Simulasi dilakukan untuk menganalisis dampak perubahan berbagai skenario kebijakan dan faktor eksternal terhadap kemiskinan dan ketahanan pangan di Jawa Barat. Simulasi historis ex-post simulation dilakukan pada periode tahun 1995 – 2000 periode sebelum desentralisasi dan tahun 2001 – 2005 periode masa desentralisasi fiskal, simulasi dilakukan dengan kebijakan tunggal maupun kebijakan ganda. Sebelum melakukan simulasi, terlebih dahulu dilakukan validasi model melalui perhitungan uji statistik U-Theil dengan dekomposisinya UM bias proporsi, US bias varian dan UC bias covarian. Statistik U-Theil digunakan untuk mengevaluasi kemampuan model dalam analisis simulasi Koutsoyiannis, 1977; Sitepu dan Sinaga, 2006. Nilai U-Theil berkisar antara 0 – 1, semakin kecil nilai U- Theil menunjukkan bahwa model mempunyai daya prediksi yang baik untuk melakukan simulasi baik simulasi historis maupun simulasi peramalan. Sebagaimana terlihat pada Lampiran 2, dari keseluruhan persamaan dalam model terdapat 4 persamaan memiliki U-Theil dengan nilai diatas 0.2 namun memiliki UM bias proporsi dengan nilai nol sehingga mengindikasikan terjadinya bias namun tidak sistemik, dan selebihnya memiliki nilai U-Theil yang kurang dari 0.2. Hasil validasi ini menunjukkan bahwa secara umum model yang dibangun memiliki daya prediksi yang baik untuk melakukan simulasi historis maupun simulasi peramalan Koutsoyiannis, 1977.