7.3. Simulasi Historis Periode Masa Desentralisasi Fiskal Tahun 2001 - 2005
Simulasi historis pada periode desentralisasi fiskal dilakukan pada range waktu pada tahun 2001 – 2005. Simulasi dilakukan pada kebijakan tunggal maupun kebijakan
ganda dengan rincian sebagai berikut : 7.3.1. Dampak Peningkatan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebesar 35 Persen
terhadap Kemiskinan dan Ketahanan Pangan di Wilayah Provinsi Jawa Barat
Implementasi desentralisasi fiskal memberi kebebasan pada pemerintah daerah dalam menggali potensi daerah sebagai sumber penerimaanya. Salah satu tolok ukur
kemandirian daerah adalah Penerimaan Asli Daerah PAD. Dalam desentralisasi fiskal diharapkan pemerintah daerah bisa meningkatkan PAD sebagai sumber penerimaannya.
Sumber PAD yang kontribusinya paling besar di daerah kabupaten di Jawa Barat adalah pajak daerah dan retribusi daerah. Selama desentralisasi fiskal telah terjadi kenaikan
penerimaan rata-rata berkisar 35 persen akibat adanya ekstensifikasi dan intensifikasi pajak daerah dan retribusi daerah. Peningkatan 35 persen terhadap penerimaan pajak
daerah dan retribusi daerah berpengaruh pada peningkatan PAD sebesar 9.12 persen yang selanjutnya meningkatkan penerimaan daerah dan pengeluaran daerah baik pengeluaran
rutin maupun pengeluaran pembangunan. Pengeluaran rutin meningkat sebesar 1.02 persen dan pengeluaran pembangunan meningkat sebesar 0.08 persen. Peningkatan pengeluaran
pembangunan selanjutnya meningkatkan pengeluaran sektoral termasuk sektor pembangunan pertanian meningkat sebesar 0.54 persen. Peningkatan pengeluaran sektoral
termasuk sektor pertanian meningkatkan PDRB Pertanian sebesar 0.02 persen dan PDRB sebesar 0.001 persen, kinerja ketahanan pangan dari sisi produksi konsumsi dan
pemanfaatan pangan serta menurunkan kemiskinan sebesar 0.0006 persen. Keterbatasan
pada model ini tidak mengakomodasi kinerja perekonomian dari sisi investasi swasta, sehingga dampak dari peningkatan penerimaan pajak dan retribusi hanya dilihat dari sisi
penerimaan pemerintah yang meningkat sedang dampak negatif dari peningkatan penerimaan pajak dan retribusi yang berpengaruh terhadap investasi dan perekonomian
daerah tidak bisa dilihat pengaruhnya. Tabel 42. Dampak Peningkatan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebesar 35
Persen terhadap Kemiskinan dan Ketahanan Pangan di Wilayah Provinsi Jawa Barat
Peubah Endogen
Nilai Dasar Nilai Akhir
Perubahan REVDAE
475 152.0000 477 285.4325
2 133.4325 0.4490
PAD 27 839.0000
32 058.4737 4 219.4737
15.1567 PJKDAE
12 060.0000 16 281.0000
4 221.0000 35.0000
DALOK 282 803.0000
282 900.0000 97.0014
-0.0343 PRUTIN
322 286.0000 327 398.1005
5 112.1005 1.5862
PPEMB 117 005.0000
117 069.5868 64.5868
0.0552 PSEKLN
112 863.0000 112 863.0000
0.0000 0.0000
PSEKP 4 142.0000
4 190.2046 48.2046
1.1638 GDAE
439 291.0000 439 327.0219
36.0219 0.0082
KESFIS 35 861.0000
35 856.8760 -4.1240
-0.0115 PDRBP
592.2146 592.4876
0.2730 0.0461
PDRBNP 2 414.0000
2 414.0000 0.0000
0.0000 PDRB
3 007.0000 3 007.0631
0.0631 0.0021
PRODGAB 648 847.0000
649 298.0000 451.0000
0.0695 INCPP
362.2849 362.3820
0.0971 0.0268
TKP 292.6429
293.8275 1.1846
0.4048 QPUK
4 031 705.0000 4 052 125.5860
20 420.5858 0.5065
PGAB 1 552.0000
1 552.0000 0.0000
0.0000 PRODBRS
421 751.0000 422 043.2734
292.2734 0.0693
IKAP 1.9590
1.9590 0.0000
0.0005 PBRS
3 085.0000 3 085.0000
0.0000 0.0000
CONBRS 12.9312
12.9333 0.0021
0.0161 CONSEN
2 149.0000 2 149.0043
0.0043 0.0002
CONPROT 56.6952
56.7013 0.0061
0.0108 JMLMIS
250.6949 250.6939
-0.0010 -0.0004
AGZBRK 17.7094
17.7078 -0.0016
-0.0092 AKMTBY
54.7641 54.7616
-0.0025 -0.0046
UHHDP 65.1320
65.1325 0.0005
0.0008
Dampak kebijakan fiskal dari sisi penerimaan dengan meningkatkan penerimaan pajak dan retribusi responnya sangat kecil terhadap kinerja ketahanan pangan dan
kemiskinan, karena pengaruhnya tidak langsung tetapi melalui mekanisme transmisi. Berbeda dengan kebijakan dari sisi pengeluaran akan mempengaruhi langsung pada
kinerja ketahanan pangan dan kemiskinan.
7.3.2. Dampak Realokasi Pengeluaran Rutin sebesar 10 Persen ke Pengeluaran Pembangunan terhadap Kemiskinan dan Ketahanan Pangan di Wilayah
Provinsi Jawa Barat
Desentralisasi fiskal berpengaruh pada peningkatan pengeluaran rutin yang cukup signifikan, pada masa desentralisasi fiskal pengeluaran rutin berkontribusi hampir 80
persen terhadap pengeluaran daerah. Dengan melakukan efisiensi pada pembiayaan operasional pemerintahan maka pengeluaran rutin bisa dihemat dan penghematan sebesar
10 persen dari pengeluaran rutin tersebut dialokasikan pada pengeluaran pembangunan. Relokasi pengeluaran rutin sebesar 10 persen meningkatkan pengeluaran
pembangunan sebesar 37.37 persen. Peningkatan pengeluaran pembangunan meningkatkan pengeluaran sektoral termasuk diantaranya adalah pengeluaran sektor pertanian meningkat
sebesar 7.06 persen, sehingga berdampak meningkatkan kinerja perekonomian berupa PDRB Pertanian 1.25 persen PDRB 0.26 persen pendapatan per kapita 0.35 persen,
meningkatkan kinerja ketahanan pangan baik dari sisi produksi, konsumsi dan pemanfaatan pangan serta menurunkan kemiskinan sebesar 0.0029 persen. Kebijakan ini
mempunyai pengaruh paling besar pada kinerja fiskal berupa meningkatnya pengeluaran pembangunan sehingga akan mempengaruhi kinerja perekonomian.
Tabel 43. Dampak Relokasi Pengeluaran Rutin sebesar 10 Persen ke Pengeluaran Pembangunan terhadap Kemiskinan dan Ketahanan Pangan di Wilayah
Provinsi Jawa Barat
Peubah Endogen
Nilai Dasar Nilai Akhir
Perubahan REVDAE
475 152.0000 475 152.0000
0.0000 0.0000
PAD 27 839.0000
27 839.0000 0.0000
0.0000 PJKDAE
12 060.0000 12 060.0000
0.0000 0.0000
DALOK 282 803.0000
282 803.0000 0.0000
0.0000 PRUTIN
322 286.0000 290 057.4000
-32 228.6000 -10.0000
PPEMB 117 005.0000
150 234.3317 33 229.3317
37.3739 PSEKLN
112 863.0000 112 863.0000
0.0000 0.0000
PSEKP 4 142.0000
4 434.4347 292. 4347
7.0602 GDAE
439 291.0000 440 397.1347
1 106.1347 0.2518
KESFIS 35 861.0000
35 842.2088 -18.7912
-0.0524 PDRBP
592.2146 599.6232
7.4086 1.2510
PDRBNP 2 414.0000
2414.0121 0.0121
0.0005 PDRB
3 007.0000 3 014.8332
7.8332 0.2605
PRODGAB 648 847.0000
652 501.9552 3 654.9552
0.5633 INCPPI
362.2849 362.7359
0.4510 0.1245
TKP 292.6429
292.7140 0.0711
0.0243 QPUK
4 031 705.0000 4 050 633.855
18 928 .8550 0.4695
PGAB 1 552.0000
1 556.0000 4.0000
0.2577 PRODBRS
421 751.0077 424 130.1051
2 379.0974 0.5641
IKAP 1.9590
1.9659 0.0060
0.3544 PBRS
3 085.0000 3 093.0000
8.0000 0.2526
CONBRS 12.9312
12.9322 0.0010
0.0077 CONSEN
2 149.0000 2 149.0107
0.0107 0.0005
CONPROT 56.6952
56.6957 0.0005
0.0009 JMLMIS
250.6949 250.6877
-0.0072 -0.0029
AGZBRK 17.7094
17.7091 -0.0003
-0.0016 AKMTBY
54.7641 54.7630
-0.0001 -0.0021
UHHDP 65.1320
65.1314 -0.0006
0.0009
7.3.3. Dampak Peningkatan Pengeluaran Sektor Pertanian 20 Persen terhadap
Kemiskinan dan Ketahanan Pangan di Wilayah Provinsi Jawa Barat
Pada skenario ini dilakukan simulasi terhadap kebijakan peningkatan pengeluaran sektor pertanian sebesar 20 persen. Selama ini pengeluaran pemerintah pada sektor
pertanian proporsinya relatif kecil dan cenderung terabaikan, padahal sektor pertanian
merupakan sektor dimana sebagian besar penduduk menggantungkan hidupnya dan sektor pertanian juga merupakan sektor yang mempunyai keterkaitan erat dengan sektor lain.
Tabel 44. Dampak Peningkatan Pengeluaran Sektor Pertanian sebesar 20 Persen terhadap Kemiskinan dan Ketahanan Pangan di Wilayah Provinsi
Jawa Barat
Peubah Endogen
Nilai Dasar Nilai Akhir
Perubahan REVDAE
475 152.0000 475 157.0000
5.0000 0.0011
PAD 27 839.0000
27 843.0000 4.0000
0.0144 PJKDAE
12 060.0000 12 064.0000
4.0000 0.0332
DALOK 282 803.0000
282 802.1516 -0.8484
-0.0003 PRUTIN
322 286.0000 322 292.4457
6.4458 0.0020
PPEMB 117 005.0000
117 006.5211 1.5210
0.0013 PSEKLN
112 863.0000 112 863.0000
0.0000 0.0000
PSEKP 4 142.0000
4 970.4000 828.4000
20.0000 GDAE
439 291.0000 439 291.8786
0.8786 0.0002
KESFIS 35 861.0000
34 765.9844 -1 077.7306
-3.0053 PDRBP
592.2146 609.0453
16.8307 2.8420
PDRBNP 2 414.0000
2 414.0145 0.0145
0.0006 PDRB
3 007.0000 3 023.0000
16.0000 0.5321
PRODGAB 648 847.0000
655 222.0000 6 375.0000
0.9825 INCPPI
362.2849 363.2540
0.9691 0.2675
TKP 292.6429
293.5916 0.9487
0.3460 QPUK
4 031 705.0000 4 031 834.9850
129.0146 0.0032
PGAB 1 552.0000
1 551.0000 -1.0000
-0.0644 PRODBRS
421 751.0000 425 894.0000
4 143.0000 0.9823
IKAP 1.9590
1.9669 0.0079
0.4033 PBRS
3 085.0000 3 084.0000
-1.0000 -0.0324
CONBRS 12.9312
12.9319 0.0012
0.0095 CONSEN
2 149.0000 2 149.0107
0.0107 0.0005
CONPROT 56.6952
56.6957 0.0005
0.0009 JMLMIS
250.6949 250.6588
-0.0361 -0.0144
AGZBRK 17.7094
17.7089 -0.0005
-0.0028 AKMTBY
54.7641 54.7631
-0.0010 -0.0018
UHHDP 65.1320
65.1322 0.0002
0.0003
Hasil simulasi menunjukkan bahwa peningkatan pengeluaran sektor pertanian sebesar 20 persen berpengaruh pada peningkatan PDRB sektor pertanian sebesar 2.84
persen dan peningkatan produksi gabah sebesar 0.98 persen. Peningkatan PDRB pertanian dan produksi gabah menyebabkan terjadinya peningkatan pendapatan pada sektor
pertanian sebesar 0.27 persen dan pendapatan per kapita sebesar 0.4 persen. Peningkatan pendapatan terutama pada sektor pertanian menyebabkan terjadinya penurunan jumlah
penduduk miskin sebesar 0.01 persen karena angka kemiskinan banyak terjadi pada sektor tersebut. Peningkatan pendapatan per kapita dan penurunan jumlah penduduk miskin
menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi beras, energi dan protein yang merupakan cerminan adanya peningkatan akses terhadap pangan. Hal tersebut berdampak pada
penurunan angka gizi buruk dan angka kematian bayi serta kenaikan umur harapan hidup. Akibat penurunan jumlah penduduk miskin berdampak pula pada peningkatan
penerimaan pajak dan PAD sehingga meningkatkan penerimaan daerah. Penurunan jumlah penduduk miskin mengurangi beban subsidi yang ditanggung pemerintah dan
berpotensi pada peningkatan penerimaan daerah dari sektor pajak. Peningkatan penerimaan daerah berdampak pada pengurangan kesenjangan fiskal sebesar 3.05 persen, sehingga
akan mengurangi beban pemerintah dalam pembiayaan daerah yang cenderung mengalami defisit. Dengan demikian pengurangan jumlah penduduk miskin dan peningkatan
ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga dan individu, akan berdampak pada kinerja fiskal yang semakin baik karena beban subsidi dari pemerintah bisa berkurang dan
pendapatan dari pajak akan meningkat. Kinerja fiskal yang baik yang dicerminkan oleh meningkatnya penerimaan daerah dan berkurangnya kesenjangan fiskal akan berpengaruh
pada kinerja perekonomian daerah berupa peningkatan PDRB yang selanjutnya akan meningkatkan tingkat pendapatan penduduk terutama pada sektor pertanian sehingga
kemiskinan menurun dan ketahanan pangan meningkat. Pengaruh ini relatif lebih responsif
dibanding simulasi periode sebelum desentralisasi fiskal 1995 – 2000, hal ini mengindikasikan bahwa pada periode desentralisasi fiskal 2001 – 2005 pemerintah
daerah dan masyarakat di Jawa Barat lebih respon pada perkembangan sektor pertanian sehingga dengan simulasi yang sama tetapi lebih memberikan dampak yang relatif lebih
besar. Sesuai dengan harapan dari desentralisasi fiskal, bahwa kebijakan ini diharapkan lebih bisa menimbulkan efisiensi dalam alokasi sumberdaya sehingga setiap dana
pembangunan yang dikeluarkan akan bisa memberi eksternalitas yang optimal pada perkembangan perekonomian daerah.
7.3.4. Dampak Peningkatan Dana Kesehatan sebesar 20 Peresn dan Dana Pendidikan sebesar 20 Peresn terhadap Kemiskinan dan Ketahanan Pangan
di Wilayah Provinsi Jawa Barat
Selama implementasi desentralisasi fiskal telah terjadi penurunan kualitas pada pelayanan kesehatan dan pendidikan masyarakat terutama bagi masyarakat golongan
miskin. Meningkatnya angka gizi buruk, jumlah penduduk sangat rawan pangan dan angka putus sekolah merupakan salah satu indikator terjadinya penurunan kualitas pelayanan
kesehatan dan pendidikan bagi masyarakat. Peningkatan pengeluaran kesehatan dan pendidikan sebesar 20 persen diharapkan bisa digunakan untuk melakukan revitalisasi
program-program kesehatan dan perbaikan pelayanan pendidikan terutama bagi golongan penduduk miskin.
Peningkatan dana kesehatan dan pendidikan berpengaruh pada peningkatan konsumsi beras, energi dan protein, selanjutnya menurunkan jumlah angka gizi buruk dan
angka kematian bayi serta meningkatkan umur harapan hidup. Peningkatan dana kesehatan dan pendidikan juga berpengaruh pada penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 0.0005
persen. Dampak paling besar dari kebijakan ini adalah terjadinya peningkatan kinerja ketahanan pangan dari sisi konsumsi dan pemanfaatan pangan berupa derajat kesehatan
masyarakat yang diproksi dengan angka gizi buruk, angka kematian bayi dan umur harapan hidup.
Tabel 45. Dampak Peningkatan Dana Kesehatan sebesar 20 Persen dan Dana Pendidikan sebesar 20 Persen terhadap Kemiskinan dan
Ketahanan Pangan di Wilayah Provinsi Jawa Barat
Peubah Endogen
Nilai Dasar Nilai Akhir
Perubahan REVDAE
475 152.0000 475 156.7515
4.7515 0.0010
PAD 27 839.0000
27 842.3128 3.3128
0.0119 PJKDAE
12 060.0000 12 062.5567
2.5557 0.0212
DALOK 282 803.0000
282 801.8688 -1.1312
-0.0004 PRUTIN
322 286.0000 322 295.6686
9.6686 0.0030
PPEMB 117 005.0000
117 043.2606 38.2606
0.0327 PSEKLN
112 863.0000 112 863.0000
0.0000 0.0000
PSEKP 4 142.0000
4 142.2402 0.2402
0.0058 GDAE
439 291.0000 439 298.9072
7.9072 0.0018
KESFIS 35 861.0000
35 848.2213 -12.5872
-0.0351 PDRBP
592.2146 592.2478
0.0332 0.0056
PDRBNP 2 414.0000
2 414.0121 0.0121
0.0005 PDRB
3 007.0000 3 007.0361
0.0361 0.0012
PRODGAB 648 847.0000
648 901.5031 54.5031
0.0084 INCPPI
362.2849 363.0682
0.7833 0.2162
TKP 292.6429
292.7026 0.0597
0.0204 QPUK
4 031 705.0000 4 034 297.3850 2 592.3863
0.0643 PGAB
1 552.0000 1 552.7838
0.7838 0.0505
PRODBRS 421 751.0000
421 786.8488 35.8488
0.0085 IKAP
1.9590 1.9590
0.0000 0.0000
PBRS 3 084.9210
3 084.9950 0.0740
0.0024 CONBRS
12.9312 12.9472
0.0160 0.1232
CONSEN 2 149.0000
2 149.0370 0.0370
0.1847 CONPROT
56.6952 56.7664
0.0712 0.1256
JMLMIS 250.6949
250.6936 -0.0013
-0.0005 AGZBRK
17.7094 17.6486
-0.0608 -0.3434
AKMTBY 54.7641
54.5901 -0.1740
-0.3177 UHHDP
65.1320 65.3012
0.1692 0.2598
7.3.5. Dampak Peningkatan Harga Pupuk sebesar 15 peresn terhadap Kemiskinan dan Ketahanan Pangan di Wilayah Provinsi Jawa Barat
Harga pupuk selalu berkecenderungan mengalami kenaikan sesuai dengan kenaikan
pada proses produksinya. Bahkan ada kecenderungan bahwa trend kenaikan harga pupuk relatif lebih besar dibanding dengan trend kenaikan harga gabah. Bagaimana pengaruhnya
apabila harga pupuk mengalami kenaikan sebesar 15 persen. Tabel 46. Dampak Peningkatan Harga Pupuk sebesar 15 Persen terhadap
Kemiskinan dan Ketahanan Pangan di Wilayah Provinsi Jawa Barat
Peubah Endogen
Nilai Dasar Nilai Akhir
Perubahan REVDAE
475 152.0000 475 150.0000
-2.0000 -0.0004
PAD 27 839.0000
27 837.0000 -2.0000
-0.0071 PJKDAE
12 060.0000 12 058.0000
-2.0000 -0.0165
DALOK 282 803.0000
282 803.2262 0.2262
0.0008 PRUTIN
322 286.0000 322 288.9973
2.9973 0.0009
PPEMB 117 005.0000
117 005.2808 0.2808
0.0002 PSEKLN
112 863.0000 112 863.0000
0.0000 0.0000
PSEKP 4 142.0000
4 142.0372 0.0372
0.0009 GDAE
439 291.0000 439 292.4936
1.4936 0.0003
KESFIS 35 861.0000
35 863.0000 2.0000
0.0055 PDRBP
592.2146 584.8056
-7.4090 -1.2511
PDRBNP 2 414.0000
2 413.9952 -0.0048
-0.0002 PDRB
3 007.0000 2 999.0000
-8.0000 -0.2661
PRODGAB 648 847.0000
563 223.0000 -85 624.0000
-13.1963 INCPPI
362.2849 349.2700
-13.0149 -3.5924
TKP 292.6429
292.4568 -0.1861
-0.0636 QPUK
4 031 705.0000 2 982 931.0000
-1 048 774.0000
-26.0131 PGAB
1 552.0000 1 556.0000
4.0000 0.2577
PRODBRS 421 751.0000
366 095.0000 -55 656.0000
-13.1964 IKAP
1.9590 1.9538
-0.0052 -0.2654
PBRS 3 085.0000
3 093.0000 8.0000
0.2593 CONBRS
12.9312 12.9302
-0.0010 -0.0077
CONSEN 2 149.0000
2 148.9888 -0.0112
-0.0005 CONPROT
56.6952 56.6922
-0.0030 -0.0052
JMLMIS 250.6949
250.6956 0.0007
0.0003 AGZBRK
17.7094 17.7124
0.0030 0.0169
AKMTBY 54.7641
54.7653 0.0012
0.0021 UHHDP
65.1320 65.1314
-0.0006 -0.0009
Hasil simulasi menunjukkan bahwa peningkatan harga pupuk akan menurunkan penggunaan pupuk sebesar 26 persen dan hal ini akan berpengaruh pada penurunan
produksi gabah sebesar 13 persen dan penurunan PDRB sektor pertanian sebesar 7 persen. Penurunan produksi gabah akan berpengaruh pada penurunan pendapatan pada sektor
pertanian sebesar 3.60 persen dan penurunan pendapatan per kapita sebesar 0.27 persen. Hal ini akan berpengaruh pada penurunan konsumsi beras, energi dan protein serta
meningkatkan angka gizi buruk dan angka kematian bayi yang selanjutnya berpengaruh pada penurunan umur harapan hidup. Respon perubahan harga pupuk pada periode
desentralisasi fiskal relatif lebih besar dibanding periode sebelum desentralisasi fiskal.
7.3.6. Dampak Peningkatan Harga Gabah sebesar 15 Persen terhadap Kemiskinan dan Ketahanan Pangan di Wilayah Provinsi Jawa Barat
Kebijakan perberasan dilakukan bertujuan untuk mendorong peningkatan produksi gabah dan peningkatan pendapatan bagi petani, selain itu juga bertujuan untuk menjamin
pasokan beras sebagai bahan pangan pokok sebagian besar masyarakat dalam jumlah yang cukup dan harga terjangkau. Namun yang menjadi permasalahan adalah keberpihakan
pemerintah terhadap kesejahteraan para petani yang tidak maksimal bahkan cenderung terabaikan terutama sejak segala perangkat kebijakan perberasan dilepaskan. Kebijakan
harga dasar gabah telah digantikan oleh kebijakan harga pembelian pemerintah HPP yang cenderung kurang efektif karena keterbatasan bulog dalam menyerap gabah petani pada
saat panen raya sehingga harga gabah di tingkat petani yang berlaku cenderung lebih rendah dibanding harga pembelian pemerintah. Untuk itu dalam pelaksanaan desentralisasi
fiskal, diharapkan pemerintah daerah Jawa Barat mempunyai keberpihakan terhadap kesejahteraan petani di daerahnya.
Tabel 47. Dampak Peningkatan Harga Gabah sebesar 15 Persen terhadap Kemiskinan dan Ketahanan Pangan di Wilayah Provinsi Jawa Barat
Peubah Endogen Nilai Dasar
Nilai Akhir Perubahan
REVDAE 475 152.0000
475 161.5030 9.5030
0.0020 PAD
27 839.0000 27 840.4476
1.4476 0.0052
PJKDAE 12 060.0000
12 061.2301 1.2301
0.0102 DALOK
282 803.0000 282 801.8688
-1.1312 -0.0004
PRUTIN 322 286.0000
322 290.1897 4.18979
0.0013 PPEMB
117 005.0000 117 006.0530
1.0530 0.0009
PSEKLN 112 863.0000
112 863.0000 0.0000
0.0000 PSEKP
4 142.0000 4 142.0166
0.0166 0.0004
GDAE 439 291.0000
439 295.3929 4.3929
0.0010 KESFIS
35 861.0000 35 860.8207
-0.1793 -0.0005
PDRBP 592.2146
594.0066 1.7920
0.3026 PDRBNP
2 414.0000 2 414.0000
0.0000 0.0000
PDRB 3 007.0000
3 008.0000 1.0000
0.0333 PRODGAB
648 847.0000 669 560.1428
20 713.1428 3.1923
INCPPI 362.2849
365.4332 3.1483
0.8690 TKP
292.6429 293.2316
0.5888 0.2012
QPUK 4 031 705.0000 4 285 408.1010
253 703.1005 6.2927
PGAB 1 552.0000
1 784.8000 232.8000
15.0000 PRODBRS
421 751.0000 435 214.1354
13 463.1354 3.1922
IKAP 1.9590
1.9604 0.0014
0.0715 PBRS
3 085.0000 3 087.0000
2.0000 0.0648
CONBRS 12.9312
12.9315 0.0003
0.0023 CONSEN
2 149.0000 2 149.0086
0.0086 0.0004
CONPROT 56.6952
56.6959 0.0007
0.0012 JMLMIS
250.6949 250.6934
-0.0015 -0.0006
AGZBRK 17.7094
17.7086 -0.0008
-0.0045 AKMTBY
54.7641 54.7637
-0.0004 -0.0005
UHHDP 65.1320
65.1322 0.0002
0.0003
Dari hasil simulasi peningkatan harga gabah sebesar 15 persen dari rata-rata harga gabah yang berlaku menunjukkan adanya pengaruh terhadap peningkatan penggunaan
pupuk sebesar 6.29 persen dan peningkatan produksi gabah sebesar 3.19 persen dan peningkatan PDRB sektor pertanian sebesar 0.30 persen. Hal tersebut berpengaruh pada
peningkatan pendapatan petani sebesar 0.87 persen serta meningkatkan pendapatan per kapita sebesar 0.07 persen. Peningkatan pendapatan per kapita berpengaruh meningkatkan
konsumsi beras, energi dan protein sehingga berpengaruh pada penurunan angka gizi buruk dan angka kematian bayi serta meningkatkan umur harapan hidup dengan respon
yang relatif kecil. Respon kebijakan pada periode desentralisasi fiskal 2001 – 2005
relatif lebih besar dibanding simulasi periode sebelum desentralisasi fiskal 1995 – 2000.
7.3.7. Dampak Peningkatan Harga Pupuk Sebesar 15 persen dan Harga Gabah 15
persen terhadap Kemiskinan dan Ketahanan Pangan di Wilayah Provinsi Jawa Barat
Kebijakan peningkatan harga gabah biasanya selalu didahului oleh adanya peningkatan harga pupuk, sehingga insentif yang diberikan pada petani tidak bisa sampai
sebagaimana yang diharapkan. Pada simulasi ini akan dilakukan kebijakan peningkatan harga gabah dan harga pupuk secara bersamaan dengan proporsi peningkatan yang sama.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa adanya kombinasi antara peningkatan harga gabah dan harga pupuk dengan proporsi yang sama berdampak pada penurunan
penggunaan pupuk sebesar 11.96 persen sehingga menurunkan produksi gabah sebesar 8.38 persen dan PDRB Pertanian sebesar 0.79 persen. Hal ini berdampak pada penurunan
pendapatan sektor pertanian sebesar 2.10 persen dan pendapatan per kapita sebesar 0.16 persen. Sehingga menurunkan konsumsi beras dan konsumsi protein dan meningkatkan
angka gizi buruk, angka kematian bayi serta menurunkan umur harapan hidup. Dampak simulasi pada periode desentralisasi fiskal relatif lebih besar dibanding pada periode
sebelum desentralisasi fiskal. Respon simulasi pada periode desentralisasi relatif lebih besar dibanding pada periode sebelum desentralisasi fiskal.
Tabel 48. Dampak Peningkatan Harga Pupuk sebesar 15 Persen dan Harga Gabah sebesar 15 Persen terhadap Kemiskinan dan Ketahanan Pangan di
Wilayah Provinsi Jawa Barat
Peubah Endogen Nilai Dasar
Nilai Akhir Perubahan
REVDAE 475 152.0000
475 147.7235 -4. 2764
-0.0009 PAD
27 839.0000 27 837.3296
-1.6703 -0.0060
PJKDAE 12 060.0000
12 059.7226 -0.2774
-0.0023 DALOK
282 803.0000 282 805.8280
2.8280 0.0010
PRUTIN 322 286.0000
322 294.3794 8.3794
0.0026 PPEMB
117 005.0000 117 006.7551
1.7551 0.0015
PSEKLN 112 863.0000
112 863.0000 0.0000
0.0000 PSEKP
4 142.0000 4 142.0621
0.0621 0.0015
GDAE 439 291.0000
439 296.7108 5.7108
0.0013 KESFIS
35 861.0000 35 861.6814
1.3269 0.0037
PDRBP 592.2146
587.5195 -4.6951
-0.7928 PDRBNP
2 414.0000 2 413.9926
-0.0007 -0.0003
PDRB 3 007.0000
3 003.0000 -4.0000
-0.1360 PRODGAB
648 847.0000 594 751.3279
-54 095.6721 -8.3372
INCPPI 362.2849
354.6889 -7.5960
-2.0967 TKP
292.6429 292.5405
-0.1024 -0.0350
QPUK 4 031 705.0000
3 549 412.289 -482 292.7106
-11.9625 PGAB
1 552.0000 1 784.8000
232.8000 15.0000
PRODBRS 421 751.0000
386 589.1974 -35 161.8026
-8.3371 IKAP
1.9590 1.9560
-0.0030 -0.1556
PBRS 3 085.0000
3 091.2903 6.2903
0.2039 CONBRS
12.9312 12.9306
-0.0006 -0.0047
CONSEN 2 149.0000
2 148.9656 -0.0344
-0.0016 CONPROT
56.6952 56.6926
-0.0026 -0.0046
JMLMIS 250.6949
250.7014 0.0065
0.0026 AGZBRK
17.7094 17.7111
0.0017 0.0098
AKMTBY 54.7641
54.7650 0.0009
0.0017 UHHDP
65.1320 65.1325
0.0005 0.0008
7.3.8. Dampak Peningkatan Pengeluaran Sektor Pertanian 20 Persen dan Peningkatan Harga Gabah 15 Persen terhadap Kemiskinan dan Ketahanan
Pangan di Provinsi Jawa Barat
Kebijakan fiskal yang berpihak kepada sektor pertanian dengan memberikan kenaikan sebesar 20 persen yang direspon dengan memberikan kebijakan kenaikan harga
gabah diharapkan memberi pengaruh yang signifikan terhadap kesejahteraan petani.
Dengan peningkatan kebijakan pada sektor pertanian akan terjadi peningkatan pada produksi gabah dan peningkatan produksi ini biasanya akan diikuti oleh turunnya harga
gabah sehingga tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani akan sulit terwujud dan terealisasi. Untuk itu, kenaikan produksi akibat peningkatan pengeluaran sektor pertanian
yang direspon dengan kebijakan harga output diharapkan harga gabah tidak akan jatuh pada saat terjadi peningkatan produksi sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan petani.
Tabel 49. Dampak Peningkatan Pengeluaran Sektor Pertanian sebesar 20 Persen dan Peningkatan Harga Gabah sebesar 15 Persen terhadap Kemiskinan dan
Ketahanan Pangan di Wilayah Provinsi Jawa Barat
Peubah Endogen
Nilai Dasar Nilai Akhir
Perubahan REVDAE
475 152.0000 475 157.9869
5.9869 0.0012
PAD 27 839.0000
27 844.0000 5.0000
0.0212 PJKDAE
12 060.0000 12 065.9019
5.9019 0.0712
DALOK 282 803.0000
282 802.3213 -0.6787
-0.0002 PRUTIN
322 286.0000 322 286.0000
27.7811 0.0086
PPEMB 117 005.0000
117 050.9596 45.9596
0.0392 PSEKLN
112 863.0000 112 863.0000
0.0000 0.0000
PSEKP 4 142.0000
4 970.4000 828.4000
20.0000 GDAE
439 291.0000 439 555.3653
264.3653 0.0601
KESFIS 35 861.0000
35 484.2192 -376.7808
-1.0506 PDRBP
592.2146 610.8382
18.6236 3.1447
PDRBNP 2 414.0000
2 414.1562 0.1562
0.0064 PDRB
3 007.0000 3 025.0000
18.0000 0.5986
PRODGAB 648 847.0000
675 944.9919 27 097.9919
4.1763 INCPPI
362.2849 366.4038
4.1189 1.1369
TKP 292.6429
293.5286 0.8857
0.3026 QPUK
4 031 705.0000 4 285 406.8910
253 701.8910 6.2926
PGAB 1 552.0000
1 784.8000 232.8000
15.0000 PRODBRS
421 751.0000 439 365.0088
17 614.0088 4.1764
IKAP 1.9590
1.9683 0.0093
0.4747 PBRS
3 085.0000 3 088.0000
3.0000 0.0972
CONBRS 12.9312
12.9316 0.0004
0.0030 CONSEN
2 149.0000 2 149.0864
0.0864 0.0040
CONPROT 56.6952
56.6964 0.00120
0.0021 JMLMIS
250.6949 250.6589
-0.04050 -0.0162
AGZBRK 17.7094
17.7082 -0.00120
-0.0067 AKMTBY
54.7641 54.7628
-0.00130 -0.0023
UHHDP 65.1320
65.1323 0.00030
0.0004
Hasil simulasi menujukkan bahwa kombinasi peningkatan pengeluaran sektor pertanian dan harga gabah akan memberi dampak pada peningkatan PDRB Pertanian
sebesar 3.14 persen yang lebih besar dibanding periode sebelum desentralisasi fiskal. Begitu juga pengaruhnya terhadap peningkatan produksi gabah relatif lebih besar yaitu
sebesar 4.18 persen. Hal tersebut berdampak pada kenaikan pendapatan sektor pertanian sebesar 1.14 persen dan pendapatan per kapita sebesar 0.47 persen. Sehingga
meningkatkan konsumsi beras dan konsumsi protein, serta menurunkan jumlah penduduk miskin, angka gizi buruk dan angka kematian bayi. Dan pada akhirnya meningkatkan umur
harapan hidup, nilai perubahan tersebut relatif lebih besar apabila dibandingkan pada periode sebelum desentralisasi fiskal. Respon simulasi pada periode desentralisasi relatif
lebih besar dibanding pada periode sebelum desentralisasi fiskal.Hal ini mengindikasikan bahwa pada periode desentralisasi fiskal telah terjadi proses yang lebih efisien sehingga
dampak kebijakan menjadi lebih signifikan dibanding sebelum desentralisasi fiskal. 7.3.9. Dampak Peningkatan Pengeluaran Sektor Pertanian sebesar 20 Persen dan
Peningkatan Dana Kesehatan sebesar 20 Persen dan Pendidikan sebesar 20 Persen terhadap Kemiskinan dan Ketahanan Pangan di Provinsi Jawa Barat
Kebijakan fiskal yang berpihak kepada sektor pertanian dengan memberikan kenaikan sebesar 20 persen yang dibarengi oleh peningkatan dana kesehatan dan pendidikan sebesar
20 persen sebagai upaya untuk memperbaiki pelayanan kesehatan dan pendidikan bagi masyarakat miskin diharapkan akan terjadi penurunan yang signifikan terhadap tingkat
kemiskinan dan meningkatkan kinerja katahanan pangan. Peningkatan pengeluaran sektor pertanian efektif dalam meningkatkan kinerja ketahanan pangan dari sisi ketersediaan
pangan dan peningkatan dana kesehatan dan pendidikan efektif dalam meningkatkan
kinerja ketahanan pangan dari sisi konsumsi dan pemanfaatan pangan. Gabungan dari kedua kebijakan tersebut diharapkan memberikan dampak yang saling melengkapi
sehingga akan meningkatkan kinerja ketahanan pangan dari semua subsistem dari sistem ketahanan pangan yaitu ketersediaan pangan, daya beli, konsumsi serta pemanfaatan
pangan. Tabel 50. Dampak Peningkatan Pengeluaran Sektor Pertanian sebesar 20 Persen dan
Peningkatan Dana Kesehatan sebesar 20 Persen dan Dana Pendidikan sebesar 20 Persen terhadap Kemiskinan dan Ketahanan Pangan di Wilayah Provinsi
Jawa Barat
Peubah Endogen
Nilai Dasar Nilai Akhir
Perubahan REVDAE
475 152.0000 475 157.9869
5.9869 0.0012
PAD 27 839.0000
27 843.0000 4.0000
0.0145 PJKDAE
12 060.0000 12 064.9019
4.9019 0.0405
DALOK 282 803.0000
282 802.3213 -0.8787
-0.0310 PRUTIN
322 286.0000 322 293.0000
7.7811 0.2414
PPEMB 117 005.0000
117 050.9596 5.9596
0.0392 PSEKLN
112 863.0000 112 863.0000
0.0000 0.0000
PSEKP 4 142.0000
4 970.4000 828.5000
20.0000 GDAE
439 291.0000 439 555.3653
0.9653 0.0601
KESFIS 35 861.0000
35 484.2192 -376.7808
-1.0506 PDRBP
592.2146 609.2146
17.2145 2.8716
PDRBNP 2 414.0000
2 414.2562 0.2562
0.0106 PDRB
3 007.0000 3 025.0000
18.0000 0.5986
PRODGAB 648 847.0000
655 347.0000 6 400.0000
0.9864 INCPPI
362.2849 363.4038
1.1189 0.3089
TKP 292.6429
293.6286 0.9857
0.3368 QPUK
4 031 705.0000 4 031 840.8910
135.8910 0.0071
PGAB 1 552.0000
1 551 .8600 -0.1400
-0.0090 PRODBRS
421 751.0000 425 901.0088
4 150.0088 0.9840
IKAP 1.9590
1.9674 0.0084
0.4295 PBRS
3 085.0000 3 082.0000
-3.0000 -0.0972
CONBRS 12.9312
12.9472 0.0160
0.1232 CONSEN
2 149.0000 2 149.0370
0.0370 0.1847
CONPROT 56.6952
56.7664 0.0712
0.1256 JMLMIS
250.6949 250.6553
-0.0396 -0.0158
AGZBRK 17.7094
17.6486 -0.0608
-0.3434 AKMTBY
54.9381 54.7628
-0.1740 -0.3177
UHHDP 65.3012
65.1323 0.1692
0.2598
Hasil simulasi menunjukkan bahwa kombinasi peningkatan pengeluaran sektor pertanian dan peningkatan dana kesehatan dan pendidikan akan memberi dampak pada
peningkatan kinerja perekonomian berupa PDRB Pertanian sebesar 2.8716 persen, produksi gabah sebesar 0.9864 persen, peningkatan kinerja ketahanan pangan dari sisi
konsumsi yaitu meningkatnya konsumsi beras 0.1232 persen, energi 0.1847 persen, protein 0.1256 persen, turunnya angka gizi buruk sebesar 0.3434 persen, angka kematian bayi
0.3177 persen dan meningkatnya umur harapan hidup sebesar 0.2598 persen serta menurunkan jumlah penduduk miskin sebesar 0.0144 persen.
7.3.10.Dampak Peningkatan Pengeluaran Sektor Pertanian 20 Persen dan
Peningkatan Dana Kesehatan 20 Persen dan Pendidikan 20 Persen serta Peningkatan Harga Gabah terhadap Kemiskinan dan Ketahanan Pangan di
Wilayah Provinsi Jawa Barat
Kombinasi kebijakan peningkatan pengeluaran sektor pertanian, peningkatan pengeluaran dana kesehatan dan pendidikan serta diikuti kebijakan peningkatan harga
gabah diharapkan memberikan hasil yang lebih baik terhadap peningkatan kinerja ketahanan pangan dan penurunan kemiskinan. Dengan peningkatan pengeluaran sektor
pertanian dan peningkatan harga gabah akan memberi stimulus pada peningkatan kinerja ketahanan pangan pada peningkatan produktivitas terutama pada peningkatan produksi
gabah dan PDRB Pertanian. Peningkatan pengeluaran dana kesehatan dan pendidikan lebih memberi stimulus pada peningkatan kinerja ketahanan pangan pada peningkatan konsumsi
energi dan protein serta derajat kesehatan masyarakat Dengan dilakukan kombinasi maka akan terjadi peningkatan yang saling melengkapi sehingga akan meningkatan kinerja
ketahanan pangan pada sisi produksi, konsumsi dan akses serta pemanfaatan pangan.
Tabel 51. Dampak Peningkatan Pengeluaran Sektor Pertanian sebesar 20 Persen, Peningkatan Dana Kesehatan dan Pendidikan sebesar 20 Persen,
serta Peningkatan Harga Gabah sebesar 15 Persen terhadap Kemiskinan dan Ketahanan Pangan di Wilayah Provinsi Jawa Barat
Peubah Endogen
Nilai Dasar Nilai Akhir
Perubahan REVDAE
475 152.0000 475 157.9869
5.9869 0.0012
PAD 27 839.0000
27 843.0000 4.0000
0.0145 PJKDAE
12 060.0000 12 064.9019
4.9019 0.0405
DALOK 282 803.0000
282 802.3213 -0.8787
-0.0310 PRUTIN
322 286.0000 322 293.0000
7.7811 0.2414
PPEMB 117 005.0000
117 050.9596 5.9596
0.0392 PSEKLN
112 863.0000 112 863.0000
0.0000 0.0000
PSEKP 4 142.0000
4 970.4000 828.5000
20.0000 GDAE
439 291.0000 439 555.3653
0.9653 0.0601
KESFIS 35 861.0000
35 484.2192 -376.7808
-1.0506 PDRBP
592.2146 610.8382
18.6236 3.1447
PDRBNP 2 414.0000
2 414.2562 0.2562
0.0106 PDRB
3 007.0000 3 025.0000
18.0000 0.5986
PRODGAB 648 847.0000
676 172.0000 27 325.0000
4.2113 INCPPI
362.2849 366.5038
4.2189 1.1645
TKP 292.6429
293.6286 0.9857
0.3368 QPUK
4 031 705.0000 4 285 413.8910 253 708.8910
6.2928 PGAB
1 552.0000 1 784 .8000 232.8000
15.0000 PRODBRS
421 751.0000 439 365.0000
17 854.0000 4.2233
IKAP 1.9590
1.9728 0.0138
0.7044 PBRS
3 085.0000 3 088.0000
3.0000 0.0972
CONBRS 12.9312
12.9472 0.0160
0.1232 CONSEN
2 149.0000 2 149.0370
0.0370 0.1847
CONPROT 56.6952
56.7664 0.0712
0.1256 JMLMIS
250.6949 250.5592
-0.1360 -0.0543
AGZBRK 17.7094
17.6486 -0.0608
-0.3434 AKMTBY
54.9381 54.7628
-0.1740 -0.3177
UHHDP 65.3012
65.1323 0.1692
0.2598
7.4. Rekapitulasi Hasil Simulasi Kebijakan Potensial dalam Penurunan Kemiskinan
dan Peningkatan Ketahanan Pangan pada Implementasi Desentralisasi Fiskal di Wilayah Provinsi Jawa Barat
Dari hasil berbagai simulasi yang dilakukan untuk meningkatkan ketahanan pangan dan menurunkan kemiskinan dalam konteks desentralisasi fiskal maka didapatkan
rekapitulasi hasil beberapa alternatif kebijakan potensial dan strategis untuk diimplementasikan. Hasil evaluasi kebijakan post ante lebih efektif dilakukan pada
periode desentralisasi fiskal tahun 2001 – 2005 untuk itu hasil rekapitulasi hanya menampilkan simulasi periode desentralisasi fiskal tahun 2001 – 2005. Kebijakan fiskal
dari sisi pengeluaran relatif lebih efektif pengaruhnya terhadap ketahanan pangan dan penurunan kemiskinan dibanding kebijakan dilakukan dari sisi penerimaan. Kebijakan-
kebijakan yang potensi dan strategis tersebut adalah : 1 kebijakan realokasi pengeluaran rutin ke pengeluaraan pembangunan, kebijakan ini dilakukan dalam rangka mendapatkan
tambahan sumber dana pembangunan yang terbatas maka perlu melakukan efisiensi operasional pemerintahan dengan melakukan penghematan biaya rutin yang selanjutnya
disalurkan pada pengeluaran pembangunan, 2 peningkatan pengeluaran sektor pertanian, merupakan kebijakan fiskal yang berpihak pada sektor pertanian yaitu sektor penghasil
pangan dan menyerap tenaga kerja relatif besar terutama di perdesaan dengan jumlah penduduk miskin relatif besar, 3 peningkatan pengeluaran kesehatan dan pendidikan,
kebijakan ini efektif meningkatkan ketahanan pangan dari sisi konsumsi dan pemanfaatan pangan, 4 kebijakan peningkatan harga pupuk dan harga gabah kebijakan ini dilakukan
dalam upaya untuk mengevaluasi efektifitas subsidi harga input dan harga output, 5 kebijakan peningkatan pengeluaran sektor pertanian yang dibarengi kebijakan HPP dari
pemerintah pusat, 6 kebijakan peningkatan pengeluaran sektor pertanian yang dibarengi peningkatan pengeluaran kesehatan dan pendidikan, dan 7 kombinasi kebijakan
peningkatan pengeluaran sektor pertanian, peningkatan pengeluaran dana kesehatan dan pendidikan serta peningkatan harga gabah.
Tabel 52. Rekapitulasi Hasil Simulasi Kebijakan Potensial dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Menurunkan Kemiskinan di Provinsi Jawa Barat
Peubah Endogen Nilai Dasar S1
S2 S3 S4
S5 S6
S7
KINERJA FISKAL DAERAH :
Penerimaan Fiskal Milyar Rp 475152
0.0000 0.0011
0.0010 -0.0009
0.0012 0.0011
0.0012 Pendapatan Asli Daerah
Milyar Rp 27839
0.0000 0.0144
0.0119 -0.0060
0.0212 0.0144 0.0145 Pajak Daerah Milyar Rp
12060 0.0000
0.0332 0.0212
0.0023 0.0712
0.0332 0.0405
Dana Alokasi Umum Milyar Rp
282803 0.0000
-0.0003 -0.0004
-0.0004 -0.0002 -0.0003 -0.0310
Pengeluaran Rutin Milyar Rp
322286 -10.0000 0.0020
0.0030 0.0010
0.0086 0.0020 0.2414 Pengeluaran Pembangunan
Milyar Rp 117005 37.3739
0.0013 0.0327
0.0026 0.0393 0.0013 0.0392
Pembangunan Pertanian Milyar Rp
4142 16.7174 20.0000 0.0058
0.0015 20.0000 20.0000 20.0000 KINERJA PEREKONOMIAN :
PDRBP Milyar Rp 592.2146 1.25107
2.8420 0.0056
-0.7928 3.1447
2.8716 3.1447
PDRB Trilyun Rp 3007
0.2605 0.5321
0.0012 -0.1360
0.5986 0.5986
0.5986 Pendapatan Per Kapita Juta
RpTh 1.959
0.3544 0.4033
0.0000 -0.1556
0.4747 0.4295 0.7044 KINERJA KETAHANAN
PANGAN : Produksi Gabah Ton
648847 0.5633
0.9825 0.0084
-8.3372 4.1763
0.9864 4.2113
Produksi Beras Ton 421751
0.5641 0.9823
0.0085 -8.3371
4.1764 0.9840
4.2233 Konsumsi Beras Kg Kap Bl
12.9312 0.0077
0.0095 0.1232
-0.0047 0.0031
0.1232 0.1232
Konsumsi Energi Kkal KapHr
2149 0.0005
0.0005 0.1847
-0.0016 0.0040 0.1847 0.1847
Konsumsi Protein Gr KapHr 56.6952
0.0009 0.0009
0.1256 -0.0046
0.0021 0.1257
0.1256 Angka Gizi Buruk
17.7094 -0.0016
-0.0028 -0.3434
0.0098 -0.0068 -0.3434 -0.3434
Angka Kematian Bayi Jiwa1000
54.7641 -0.0021
-0.0018 -0.3177
0.0017 -0.0024 -0.3177 -0.3177
Umur Harapan Hidup Tahun
65.132 0.0009
0.0003 0.2598
-0.0008 0.0046 0.2598 0.2598
KEMISKINAN :
Jumlah Penduduk Miskin Orang
250.6949 -0.0029
-0.0144 -0.0005
0.0026 -0.0162 -0.0158 -0.0543
Pendapatan Per Kapita Pertanian Ribu Rp
362.2849 0.1245
0.2675 0.2162
-2.0967 1.1370 0.3089 1.1645
Keterangan : S1 : Realokasi Pengeluaran Rutin ke Pengeluaran Pembangunan
S2 : Peningkatan Pengeluaran Sektor Pertanian S3 : Peningkatan Pengeluaran Kesehatanan dan Pendidikan
S4 : Peningkatan Harga Pupuk dan Harga Gabah S5 : Peningkatan Pengeluaran Sektor Pertanian dan Harga Gabah
S6 : Peningkatan Pengeluaran Sektor Pertanian dan Pengeluaran Kesehatan dan Pendidikan S7 : Peningkatan Pengeluaran Sektor Pertanian, Dana Kesehatan, Pendidikan dan Harga Gabah
7.5. Ringkasan Hasil