IV. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Wilayah Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilaksanakan secara sengaja purposive dengan pertimbangan bahwa daerah
tersebut merupakan sentra produksi beras terbesar di Indonesia. Dimana beras sampai sekarang masih merupakan makanan pokok sebagian besar bangsa Indonesia. Dan
usahatani padi juga masih merupakan tempat dimana masyarakat Indonesia khususnya pada wilayah Jawa Barat menggantungkan hidupnya sebagai mata pencarian.Daerah kajian
sebagai unit analisis adalah semua kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Barat yang tidak mengalami perubahan pemekaran pada periode waktu analisis. Pengambilan data
dilaksanakan mulai bulan Maret 2006 sampai dengan bulan Desember 2006.
4.2. Data dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder yang diperoleh dari BPS Pusat Jakarta, Provinsi dan Kabupaten di Wilayah Jawa Barat, Departemen
Keuangan, Departemen Pertanian, Departemen Kesehatan, Bulog, Dewan Ketahanan Pangan,Bapeda Jawa Barat, Pemda Kabupaten Kota dan instansi terkait lainnya.
4.3. Metode Analisis
Untuk menjawab tujuan pertama dilakukan analisis deskriptif baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif dengan melakukan kajian secara makro regional terhadap kinerja
fiskal, kemiskinan dan ketahanan pangan di Jawa Barat.
94
Tujuan kedua dan ketiga digunakan pendekatan model ekonometrika dengan persamaan sistem simultan dengan melakukan analisis struktural, evaluasi kebijakan dan
non kebijakan yang dilakukan dengan analisis simulasi historis periode sebelum desentralisasi tahun 1995 – 2000 dan periode desentralisasi fiskal tahun 2001 – 2005.
4.4.Konstruksi Model Ekonometrika
Model ekonomi daerah dibangun dengan sistem persamaan simultan dinamis yang dikontruksi menjadi empat blok yaitu blok fiskal daerah, blok perekonomian daerah, blok
kemiskinan dan blok ketahanan pangan. Blok fiskal menggambarkan perilaku fiskal daerah yang terdiri dari penerimaan dan pengeluaran daerah, perilaku fiskal akan menghasilkan
kinerja fiskal daerah yang selanjutkan akan mempempengaruhi kinerja perekomian daerah berupa penyerapan tenaga kerja, PDRB dan PDRB per kapita. Kinerja perekonomian akan
mempengaruhi kondisi kemiskinan daerah dan kondisi kemiskinan akan mempengaruhi kinerja ketahanan pangan. Selanjutnya kondisi kemiskinan dan kinerja ketahanan pangan
daerah akan mempengaruhi kinerja fiskal, karena kapasitas fiskal daerah akan dipengaruhi oleh kondisi masyarakatnya. Masyarakat dengan daya beli rendah yang dicerminkan
tingginya tingkat kemiskinan dan rendahnya kinerja ketahanan pangan akan menghasilkan potensi pajak daerah yang rendah sehingga akan menghasilkan kinerja fiskal yang rendah.
Dalam implementasi desentralisasi fiskal akan dikaji bagaimana pemerintah daerah mengoptimalkan peran sebagai pelaksana fungsi inisiator, fasilitator dan regulator
di daerah sehingga menciptakan kondisi yang bisa meningkatkan ketahanan pangan dan menurunkan kemiskinan di daerahnya. Optimalisasi peran pemerintah dilakukan melalui
analisis simulasi kebijakan dan faktor eksternal, diharapkan dari analisis ini akan
95
didapatkan alternatif-alternatif kebijakan dalam meningkatkan ketahanan pangan dan menurunkan kemiskinan di daerah. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa pool
data yaitu data cross section pada seluruh kabupaten yang tidak mengalami perubahan wilayah di Wilayah Provinsi Jawa Barat dan time series tahun 1995 sampai dengan tahun
2005. Tahapan membangun model analisis ekonometrika tersaji pada Gambar 7.
4.5. Spesifikasi Model Ekonometrika