Kebijakan Fiskal dalam Pembangunan Ekonomi

25 perekonomian pada pengaruh-pengaruh internasional, pencapaian semua tujuan ini sekaligus secara berkesinambungan sering kali tidak mungkin, sehingga dibutuhkan skala prioritas serta pertimbangan politik dan ekonomi akan mempengaruhi proses kebijakan ekonomi tersebut Donalson, 1984; Todaro, 2000; Norton, 2004. Pada tingkat kebijakan makroekonomi beberapa ukuran umum dapat dipergunakan oleh pemerintah yang melaksanakan sistem ekonomi campuran untuk mencapai tujuannya, yang meliputi kebijakan fiskal yang berupa manipulasi tingkat pajak dan pengeluran pemerintah dan kebijakan moneter yang utamanya berupa pengawasan persediaan uang dan tingkat bunga, kebijakan harga dan pendapatan yang utamanya berupa pengawasan atas biaya dan harga serta pengaruh kurs valuta asing untuk mempengaruhi perdagangan internasional dan posisi neraca pembayaran. Kebijakan-kebijakan ini dikembangkan secara spesifik dengan ukuran-ukuran yang didesain untuk merangsang investasi dibidang industri, penelitian dan pengembangan serta mengembangkan usaha dan perlindungan kepentingan konsumen Donalson, 1984 ; Norton, 2004. Kebijakan fiskal dan moneter yang merupakan kebijakan makro utama yang dipakai pemerintah adalah bermanfaat bagi pengaturan tingkat penyebaran pembelanjaan dalam ekonomi, kebijakan ini merupakan strategi pokok pada sisi permintaan Donalson, 1984; Todaro, 2000; Jhingan 2000.

2.1.5. Kebijakan Fiskal dalam Pembangunan Ekonomi

Kebijaan fiskal berarti penggunaan pajak, subsidi, pinjaman masyarakat, pengeluaran masyarakat oleh pemerintah untuk tujuan stabilisasi. Dalam konteks negara terbelakang, peranan kebijakan fiskal adalah untuk memacu laju pembentukan modal yang dirancang sebagai piranti pembangunan ekonomi. Kebijakan fiskal 26 sebagai sarana menggalakkan pembangunan ekonomi bermaksud mencapai tujuan berikut : 1 untuk meningkatkan laju investasi, 2 untuk mendorong investasi optimal secara sosial, 3 meningkatkan kesempatan kerja, 4 untuk meningkatkan stabilitas ekonomi di tengah ketidakstabilan internasional, 5 untuk menanggulangi inflasi, dan 6 untuk meningkatkan dan meredistribusikan pendapatan nasional Jhingan, 2000. Perusahaan swasta di negara berkembang biasanya enggan menanamkan modal di bidang-bidang yang riskan dan tidak cepat menghasilkan. Sebagian orang kaya tidak mempunyai inisiatif dan usaha serta menanamkan modalnya dalam bentuk emas, intan, real estate, tindakan spekulasi dan sebagainya. Hanya sedikit yang menginvestasikan pada industri barang konsumsi, perkebunan dan pertambangan. Dalam keadaan seperti itu, pembangunan ekonomi yang cepat hanya dimungkinkan melalui pengeluaran negara. Oleh karena itu menjadi tanggung jawab negara untuk menciptakan infrastruktur yang diperlukan bagi pembangunan. Negara memiliki sumber keuangan yang lebih besar dan berada dalam posisi yang memungkinkan untuk melancarkan overhead sosial dan ekonomi yang memerlukan jangka waktu persiapan lama. Peranan belanja negara dalam pembangunan ekonomi terletak di dalam peningkatan laju pertumbuhan ekonomi, penyediaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan dan standar kehidupan, penurunan kesenjangan pendapatan dan kemakmuran, dalam mendorong inisiatif dan usaha swasta dan dalam mewujudkan keseimbangan regional di dalam perekonomian Todaro, 2000; Donalson, 1984; Jhingan, 2000. Kebijakan fiskal merujuk kepada ukuran-ukuran fiskal yang komplek seperti pajak, subsidi dan pengeluaran pemerintah untuk mempengaruhi kegiatan ekonomi. Dengan mengontrol antara 15 sampai 50 persen dari GDP, pemerintah merupakan 27 kekuatan utama dalam menggerakkan perekonomian di banyak negara berkembang. Jadi berdasarkan volume, kebijakan fiskal berpengaruh secara substansial pada semua lingkaran ekonomi. Kebijakan fiskal mempengaruhi kegiatan perekonomian melalui : 1 alokasi dari sumber anggaran terhadap berbagai kegiatan yang merupakan pengeluaran publik, 2 bentuk-bentuk pembiayaan dalam pengeluaran pemerintah, dan 3 keseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran pemerintah Todaro, 2000; Musgrave and Peggy, 1989; Jhingan, 2000. Permasalahan dalam bidang fiskal tidak hanya mencakup kompleksitas dalam memformulasikan besaran penerimaan dan mengatur kombinasi alokasi pengeluaran negara yang optimal, melainkan yang lebih menonjol adalah kearah upaya menutup kekurangan pembiayaan financing gap berkaitan dengan pembayaran hutang. Sehingga tantangan kebijakan fiskal ke depan tidak hanya dalam penentuan strategi pembiayaan yang tepat, tetapi juga kepada masalah pengendalian defisit anggaran Departemen Keuangan, 2004. Defisit anggaran merupakan penyebab utama ketidak seimbangan makroekonomi, dan mengurangi defisit anggaran merupakan komponen utama pada kebanyakan program penyesuaian. Secara prinsip pengurangan defisit anggaran dapat dilakukan melalui dua hal : 1 dapat dikurangi melalui pengeluaran anggaran, dan 2 peningkatan pendapatan pemerintah. Walaupun kedua pendekatan tersebut digunakan secara bersamaan, penekanan diberikan kepada pendekatan pertama karena alasan sebagai berikut : 1 pengurangan pengeluaran anggaran lebih mudah, lebih substansial dan lebih cepat pengurangannya dibandingkan meningkatkan pajak serta peningkatan dalam pajak pendapatan sering memerlukan perubahan dalam sistem pajak dan aturan mengenai pajak yang memakan waktu, dan 2 tujuan utama dari program penyesuaian secara struktural adalah dalam arti luas mengurangi aturan 28 negara dalam perekonomian dan menyiapkan insentif untuk meningkatkan produksi serta peningkatan pajak untuk mengelola tingkat pengeluaran yang ada akan bertentangan dengan tujuan dari program penyesuaian struktural Jhingan, 2000; Todaro, 2000. Dampak dari pengurangan defisit anggaran dan pengaruhnya terhadap ketahanan pangan dapat dikaji lebih lanjut melalui : 1 pengurangan tenaga kerja di sektor publik dan upah, 2 pengurangan investasi publik, 3 pengurangan subsidi, dan 4 pengurangan pemotongan pelayanan publik. Kebijakan fiskal dengan pengurangan pengeluaran publik akan mempengaruhi ekonomi pangan dan ketahanan pangan melalui pengaruh pada harga dan volume dari penawaran dan permintaan tenaga kerja, kredit, komoditi yang di pasarkan dan menyebabkan perubahan dalam infrastuktur sosial dan ekonomi. Penekanan khusus pada pendapatan rumah tangga, permintaan pangan dan produksi pangan. Arah dan intensitas dari pengaruh tersebut tergantung pada pendekatan terhadap pengeluaran untuk publik, kondisi sosial dan ekonomi suatu negara, kerangka waktu dan pada suksesnya program penyesuaian yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi FAO, 1997.

2.1.6. Kegagalan Pemerintah