Main pembukaan Hasil Penelitian

54 mempersilakan anak anak melakukan toilet training dan minum dulu. Anak-anak yang telah duduk melingkar lagi, akan diajak untuk bernyanyi bersama dan bercakap-cakap lihat lampiran no. 3 halaman 123 dan 132 serta lampiran no. 6 halaman 191. Berdasarkan data hasil dokumentasi, observasi dan wawancara dapat diperoleh informasi bahwa transisi dilakukan setelah main pembukaan. Transisi dilakukan dengan duduk melingkar di dalam sentra dan dimulai dengan berdoa. Anak-anak yang telah berdoa kemudian mendapat kesempatan untuk minum dan buang air kecil. Anak-anak kemudian kembali duduk melingkar di atas karpet dan bernyanyi serta bercakap-cakap dengan guru. Transisi bertujuan untuk menenangkan anak-anak setelah main pembukaan serta persiapan sebelum masuk ke pijakan sebelum main. Gambar 3. Waktu Transisi Guru Menyiapkan Minum untuk Siswa 55

5. Pijakan sebelum main

Pijakan sebelum main dilakukan di dalam Sentra APET setelah masa transisi. Pada awal pijakan sebelum main, guru mengkondisikan anak-anak agar siap mengikuti pembelajaran serta menyiapkan spidol sebagai alat tulis. Waktu yang dibutuhkan untuk mengkondisikan anak-anak dalam masa transisi kurang lebih selama lima sampai sepuluh menit. Pada pijakan sebelum main, Bu VN mengawalinya dengan presensi kehadiran siswa, perkenalan tema dan sub tema, penjelasan permainan dan aturan main, serta pemilihan siapa yang akan bermain dahulu. Pijakan sebelum main dilakukan kurang lebih selama tiga puluh sampai lima puluh menit lihat lampiran no. 4 halaman 140-169. Pertama-tama, guru menanyakan nama sentra, hari, serta tanggal hari itu kemudian menuliskannya di whiteboard. Kesempatan tersebut digunakan guru untuk melatih anak mengeja huruf dan angka. Selain itu, guru juga mengajak anak berhitung baik menggunakan Bahasa Indonesia maupun Bahasa Jawa. Kegiatan setelah presensi ialah penjelasan tema dan sub tema lihat lampiran no. 4 halaman 140-169. Guru menjelaskan tema dan sub tema dengan melakukan tanya jawab dengan anak dan menggambarkan benda ataupun kegiatan yang terkait materi di whiteboard. Guru juga mengajak anak menyanyikan lagu-lagu yang terkait. Sebagai contoh, pada penjelasan tema HUT RI sub tema Lomba HUT RI, guru menggambarkan bendera merah putih dan lomba makan kerupuk di whiteboard, selanjutnya mengajak anak-anak menyanyikan lagu Tujuh Belas Agustus. 56 Selanjutnya guru memberitahukan nama permainan hari itu dan menjelaskan cara mainnya. Kemudian guru menunjuk siapa yang akan bermain dahulu dengan menyebutkan inisial huruf depan namanya atau meminta anak untuk sobyong. Pada kegiatan hari pertama sampai ketiga penelitian kegiatan main dilakukan di luar kelas karena bentuk kegiatannya permainan. Pada kesempatan tersebut guru melatih anak gotong royong dengan minta tolong anak-anak bersama-sama membawa alat main ke luar kelas lihat lampiran no. 4 halaman 140-169. Data observasi tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang menginformasikan bahwa guru mengajak siswa duduk melingkar dengan posisi guru menghadap ke arah anak-anak. Kemudian guru menyapa, mengajak berdoa, mempresensi, memberitahukan, dan menjelaskan tema serta kegiatan main hari itu lihat lampiran no. 3 halaman 123 dan 132. Guru juga melakukan pendampingan kepada siswa yang menangis ketika masuk ke sentra. Guru mendekati anak dan memberikan pengertian agar anak segera diam. Guru membiarkan anak sendirian ketiak tidak dapat dirayu. Guru memberikan waktu sendiri kepada anak agar tenang dan kembali fokus dengan anak-anak yang lainnya. Guru memulai pijakan sebelum main dengan mengkondisikan suasana kelas agar nyaman dahulu. Hal tersebut dapat dilakukan dengan tanya jawab tentang keseharian anak apakah sudah sarapan atau belum serta mengajak tepuk dan bernyanyi. Secara keseluruhan, pijakan sebelum main adalah waktu yang digunakan guru untuk mengkondisikan anak dalam keadaan tenang dan siap mengikuti kegiatan di sentra serta mengenalkan setingan kegiatan hari itu lihat lampiran no. 3 halaman 123 dan 132.