Prinsip Belajar pada Anak Usia Dini

13 perkembangannya Mukhtar Latif, dkk., 2014: 225. Bagi aspek fisik, anak berkesemapatan melakukan kegiatan yang melibatkan gerakan tubuh sehingga membuatnya sehat serta ototnya menjadi lebih kuat. Aspek selanjutnya ialah sosial emosional, anak merasa senag bermain dengan temannya dan akan mengembangkan kecerdasan interpersonal serta intrapersonalnya. Aspek ketiga ialah kognitif, anak belajar mengenal pengalaman mengenai objek tertentu dan mengembangkan kecerdasan linguistik, spatial visual, serta logic mathematic. Aspek yang terakhir yakni seni, anak akan terlatih dalam kemampuan dan kepekaan mengikuti irama, nada, dan berbagai bunyi sehingga dapat mengembangkan kecerdasan musical. Anak berperan aktif dalam pembelajaran sedangkan guru cenderung lebih pasif. Guru berperan dalam memotivasi, memfasilitasi, mendampingi, dan memberi pijakan-pijakan Suyadi, 2009: 200. Selain itu, sekolah yang menggunakan sentra hendaknya melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan prinsip pendekatan sentra. Sesuai penjelasan di atas dapat ditegaskan bahwa pendekatan sentra adalah pendekatan yang mengutamakan kegiatan bermain. Anak bermain sambil belajar di sentra yang telah dipersiapkan oleh guru. Pembelajaran berdasarkan pendekatan sentra memberikan kesempatan anak untuk aktif dan guru berperan sebagai fasilitator serta pendamping.

2. Pengertian Sentra APET

Permainan yang dilakukan anak biasanya menggunakan alat. Pada pembelajaran sentra, guru menyediakan alat permainan edukatif. Kamtini dan 14 Husni Wardi Tanjung 2005: 61 mengemukakan bahwa alat permainan edukatif adalah alat permainan yang secara optimal mampu merangsang dan menarik minat anak, mengembangkan berbagai jenis potensi anak, dan dimanfaatkan dalam berbagai aktivitas. Alat permainan edukatif dapat dibagi menjadi dua yakni berbasis media dan kegiatan Suyadi, 2009: 53. Alat permainan edukatif yang berbasis media dapat menggunakan barang yang dibeli maupun dibuat sendiri dan lebih menekankan pada perkembangan motorik halus. Sebagai contoh ialah membuat mainan dari benda yang ada di sekeliling. Alat permainan edukatif yang berbasis kegiatan adalah permainan yang tidak memerlukan seperangkat alat dan bahan berbentuk materi dan lebih menekankan pada perkembangan motorik kasar. Sebagai contoh ialah bermain petak umpet, bermain memimpin bergilir, bermain nama, dan bermain tepuk. Ach. Saifullah dan Nine Adien Maulana 2005: 160 mengemukakan bahwa permainan tradisional mempunyai beberapa ciri khas antara lain rekreatif, kooperatif, imajinatif, ekonomis, dapat dilaksanakan kapan dan di mana pun. a. Rekreatif Anak bermain bertujuan untuk mendapatkan kesenangan dan kepuasan. Anak merasa bahagia ketika bermain sendiri maupun bersama temannya. Rasa gembira tersebut akan menghibur hati anak. b. Kooperatif Sifat kooperatif dalam permainan tradisional terlihat dalam team work, solidaritas, dan komitmen bersama untuk menang dalam setiap permainan. Sifat kooperatif yang terlihat mampu menumbuhkan rasa empati, tolong-menolong, 15 kesetiakawanan, dan saling menghormati dalam diri masing-masing anak. Anak yang bekerja sama dengan orang lain akan mendapat kesempatan belajar mengelola emosi dan sosialnya. c. Imajinatif Imajinasi anak muncul sesuai dengan permainan yang dilakukan. Ketika anak bermain pasaran, imajinasinya akan aktif dalam menggunakan alat yang ada dari lingkungannya. Imajinasi anak berhubungan dengan pengalaman yang telah dimiliki. d. Ekonomis Permainan tradisional biasanya menggunakan peralatan yang mudah diperoleh. Yudhistira dan Siska Y. Massardi 2012: 82 mengemukakan bahwa alat yang digunakan dapat dibuat langsung dengan menggunakan benda, barang, tumbuhan yang ada di lingkungan sekitar. Sebagai contoh ialah kerikil, biji sawo, kayu, bambu, pasir, dan pecahan genteng. Peralatan yang digunakan pun tidak memerlukan perawatan khusus. e. Dapat dilakukan kapan dan di mana pun Permainan tradisional dapat dilakukan kapan dan di mana pun. Biasanya permainan tradisional dilakukan oleh beberapa anak. Namun begitu, apabila hanya dilakukan oleh satu orang, anak tetap mampu mengolah imajinasinya sendiri.

3. Prinsip Pendekatan Sentra APET