Pijakan sebelum main Hasil Penelitian

58 Gambar 4. Pijakan Sebelum Main di Sentra APET Hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi yang telah dipaparkan menunjukkan bahwa pijakan sebelum main dimulai dengan mengkondisikan anak dalam keadaan tenang dengan cara menanyakan apakah sudah sarapan atau belum serta mengajak bernyanyi dan tepuk. Kegiatan selanjutnya ialah presensi, Gambar a. Pembelajaran dibuka dengan Gambar b. Pendidik mempresensi dan circle time dan menjelaskan tema serta sub tema Gambar c. Pendidik menjelaskan permaina 59 menjelaskan tema dan sub tema, permainan yang akan dimainkan, cara memainkan, serta aturan permainan. Pijakan sebelum main diakhiri dengan menunjuk siapa dahulu yang akan bermain dengan cara mengeja huruf nama anak atau mengajak sobyong.

6. Pijakan saat main

Pijakan saat main pada Sentra APET kurang lebih dilakukan selama tiga puluh menit. Selama lima hari observasi, menunjukkan bahwa pijakan saat main dapat dilakukan di dalam atau luar kelas sesuai jenis permainnya. Berdsasarkan observasi hari pertama dan kedua, permainan dilakukan di halaman sekolah, hari ketiga di aula, sedangkan hari keempat serta kelima di dalam Sentra APET. Kegiatan main hari pertama sampai ketiga ialah dalam bentuk game sehingga dilaksanakan di halaman dan aula lihat lampiran no. 4 halaman 140-169. Kegiatan game dimulai dengan memberikan arahan, mencontohkan permainan serta menentukan anak yang akan bermain terlebih dahulu. Guru juga membuat garis start dan finish untuk kegiatan lomba bakiak, membawa dan memindahkan bola, serta holahop. Guru mengatur alat main sesuai tempatnya. Guru selalu memberikan arahan kepada anak ketika game berlangsung. Selain itu, guru juga mengawasi anak bermain, merayu anak yang kurang tertarik bermain, menasihati anak yang tidak bermain sesuai aturan, serta memberikan semangat dan motivasi. Anak-anak terlihat bermain sangat antuas, saling memberi semangat kepada teman yang sedang bertanding, dan mampu antre menunggu giliran. Guru juga mengambil foto kegiatan main siswa di halaman lihat lampiran no. 4 halaman 140-169. 60 Kegiatan hari keempat dan kelima ialah permainan keterampilan sehingga dapat dilakukan di dalam Sentra APET. Pada kegiatan hari keempat guru menyediakan permainan membuat topeng, mahkota, memainkan alat musik, dan membuat terompet dari daun. Anak-anak terlihat bermain dengan senang, dan saling menolong. Sedangkan hari kelima menyediakan permainan membuat topeng, menyambung karet, membuat mahkota, dan bermain alat musik. Kegiatan main hari dalam dua hari itu berbeda karena disesuaikan dengan kelompok siswa yang bermain di Sentra APET. Hari keempat ialah jadwalnya kelompok bermain sedangkan berikutnya untuk kelas Taman Kanak-kanak lihat lampiran no. 4 halaman 140-169. Pada kegiatan hari keempat dan kelima, guru senantiasa memberikan contoh kepada anak yang kesulitan. Guru juga mengarahkan bagaimana cara menggunting lingkaran, menusukkan lidi pada daun untuk membuat mahkota, dan membuat terompet. Guru juga memberikan motivasi kepada siswa yang belum mau bermain ataupun yang sudah namun dapat melakukan lebih dari hasil sebelumnya. Sebagai contoh ialah guru merayu anak yang tidak mau bermain dengan cara membuat dan meniup terompet di depan anak kemudian anak tersebut tergoda untuk bermain. Hal lainnya ialah ketika ada anak yang telah selesai membuat mahkota, kemudian guru meminta untuk menghiasnya agar terlihat lebih menarik lihat lampiran no. 4 halaman 140-169. Data observasi tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang menyebutkan bahwa adakalanya guru memberikan pilihan kepada anak untuk bermain di dalam atau luar kelas sesuai jenis kegiatan mainnya. Kegiatan main 61 yang dilakukan di luar dan dalam kelas sekaligus maka guru akan keluar masuk ruang kelas dalam mengawasi dan mendapingi siswa bermain. Pilihan lain yakni anak diajak bermain di dalam kelas dahulu, kemudian keluar kelas. Kegiatan main yang dilakukan semua siswa akan mendapatkan pengawasan, penguatan, dan pendampian. Pengawasan kepada anak agar bermain dengan tertib dan tidak berebut. Guru memberikan penguatan kepada anak yang tidak ingin ataupun yang telah bermain agar mampu mencapai target yang telah ditentukan. Kemudian pendampingan dilakukan guru kepada anak yang masih kesulitan melakukan kegiatan. Sebagai contoh, guru memberikan arahan cara menggunting yang benar serta meminta anak mencoba dahulu. Hal tersebut dilakukan agar anak berani mencoba dan dapat mandiri melakukan sesuatu, tidak menggantungkan diri dengan orang lain lihat lampiran no. 3 halaman 125. Berdasarkan hasil dokumentasi yang telah dilakukan, diperoleh data bahwa guru, memperkuat bahasa anak, mencatat perkembangan anak, serta membantu anak yang membutuhkan lihat lampiran no. 5 halaman 172. 62 Gambar 5. Guru Mendampingi dan Memotivasi Siswa Bermain Hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi yang telah dipaparkan menunjukkan bahwa pada pijakan saat main merupakan waktu bermainnya anak. Guru berperan sebagai pengawas, pendamping, dan motivator. Siswa melakukan kegiatan main dengan tujuan dapat mencapai tingkat pencapaian yang telah ditentukan dalam RPPH. Anak bermain dengan alat permainan edukatif tradisional berupa daun nangka untuk membuat mahkota dari daun, bendera merah putih berukuran kecil dan botol bekas, bakiak, bola besar dan kecil warna- warni, kelereng dan sendok untuk membantu keseimbangan, kertas untuk membuat topeng, karet yang akan disabung, daun pisang untuk membuat terompet serta alat musik tradisional seperti gamelan, rebana, dan bathok.