Kegiatan Pembelajaran di Sentra APET di PAUD Bina Buah Hati
86
Pijakan yang kedua ialah pijakan sebelum main. Pijakan sebelum main meliputi pengkondisian agar siswa tenang dengan menanyakan kebiasan sehari-
hari seperti sudah sarapan ataukah belum, presensi, penjelasan tema dan sub tema; permainan yang akan dimainkan; cara memainkan; serta aturan permainan.
Pijakan sebelum main diakhiri guru dengan menunjuk siapa dahulu yang akan bermain. Guru mengeja huruf nama anak atau mengajak sobyong.
Penjelasan pijakan sebelum main tersebut kurang sesuai dengan pemaparan di atas sesuai dengan Pedoman Penerapan Pendekatan ”Beyond Centers and
Circles Time” dalam Pendidikan Anak Usia Dini yang menyatakan bahwa guru menyampaikan tema hari ini dan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Guru
membacakan buku yang berkaitan dengan tema kemudian menanyakan kembali isi cerita. Guru mengaitkan isi cerita dengan kegiatan main yang akan dilakukan
anak. Ketidaksesuaian hasil data dengan teori terletak pada tidak adanya kegiatan membacakan buku cerita kepada siswa ketika pijakan sebelum main di Sentra
APET PAUD Bina Buah Hati. Pijakan yang ketiga yakni pijakan saat main. Pijakan saat main ialah waktu
yang diberikan kepada siswa untuk bermain. Siswa mulai bermain dengan memilih permainan. Siswa bermain menggunakan alat dan bahan yang telah
disediakan guru, antara lain daun, lidi, daun pisang, serta beberapa alat musik. Siswa bermain dengan senang dan tertib sesuai kuota tempat duduk pada setiap
permainan. Siswa melakukan kegitan main dengan tujuan dapat mencapai tingkat pencapaian yang telah ditentukan dalam RPPH. Guru berperan sebagai pengawas,
pendamping, dan motivator. Guru merayu siswa yang enggan bermain serta
87
memberikan semangat. Pijakan saat main kurang lebih dilaksanakan selama kurang lebih tiga puluh menit, kemudian dilanjutkan dengan pijakan setelah main
dan snack time. Pemaparan pijakan saat main di atas sesuai dengan teori Suyadi 2009: 204
yang mengatakan bahwa pijkaan saat main merupakan waktu bagi anak-anak untuk memainkan permaianan yang telah disiapkan oleh guru. Siswa mendapat
kebebasan memilih permainan yang diminatinya dan tetap bergantian dengan temannya. Guru lebih bersifat pasif dengan berperan memberikan motivasi,
fasilitas, dan pendampingan. Pemaparan pijakan saat main di atas juga sesuai dengan teori Suwardi
Endraswara, 2010: 112 yang mengemukakan bahwa dorongan sosial dalam diri manusia akan terpantul dalam sendi-sendi bermain yang penuh gelak tawa, canda
ria, dan ada kalanya juga serius. Rasa bahagia yang muncul ketika anak bermain memicu munculnya sifat positif lainnya antara lain solidaritas, kerjasama, tolong-
menolong, dan setia kawan. Luluk Asmawati 2014: 56 menambahkan bahwa guru berperan sebagai fasilitator dan mengajak siswa untuk berpartisipasi aktif.
Kegiatan bermain dalam pijakan saat main dapat mengacu pada teori bermain. Teori bermain menurut Vigotsky yakni pemusatan hubungan sosial
sebagai hal penting yang mempengaruhi perkembangan kognitif, karena pertama- tama anak menemukan pengetahuan dalam dunia sosialnya kemudian menjadi
bagian dari perkembangan kognitifnya Mukhtar Latif, dkk., 2014: 79. Bermain dapat digunakan sebagai sarana berpikir dan memecahkan masalah bagi anak.
88
Permainan yang dilakukan anak pada saat pijakan saat main sesuai dengan ciri-ciri permainan tradisional Ach. Saifullah dan Nine Adien Maulana, 2005:
160. Anak bermain dengan riang gembira sesuai dengan ciri rekreatif. Ciri yang selanjutnya ialah kooperatif yang belum terlihat selama penelitian berlangsung.
Hal ini terjadi karena permainan yang dilakukan bersifat individual. Ciri yang ketiga yakni imajinatif, dalam permainan terlihat anak membuat
topeng, mereka menghiasi topengnya dengan gambar mulut dan hidung sesuai dengan pengalaman yang telah dimiliki. Ciri permainan tradisional yang keempat
yakni ekonomis. Ciri ini terlihat dalam permainan membuat kuluk dan terompet dari daun. Ciri yang terakhir ialah dapat dilakukan kapan dan di mana pun. Ciri ini
telah terlihat karena selama penelitian berlangsung semua tempat main anak telah ditentukan oleh pendidik yakni ada yang dilakukan di dalam sentra, auala, ataupun
di halaman sekolah. Kegiatan main ketika pijakan saat main dilakukan dengan menggunakan
alat. Alat yang digunakan meliputi semua sumber belajar yang mampu memberikan pengetahuan dan kemampuan anak. Penelitian yang telah dilakukan
di Sentra APET menggambarkan bahwa sentra tersebut menggunakan alat permainan edukatif yang berbasis media antara lain topeng dari kertas dan kuluk
serta terompet dari daun. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Suyadi 2009: 53 yang mengatakan bahwa alat permainan edukatif dibedakan menjadi dua yakni
berbasis media dan kegiatan. Alat permainan edukatif berbasis media bertujuan untuk lebih mengembangkan kemampuan motorik kasar anak, contohnya
89
dolanan anak yang meliputi jethungan, dingklik oglak aglik, kucing-kucingan, jamuran, dan ular naga.
Pijakan keempat, pijakan setelah main adalah waktunya guru mengajak siswa membereskan alat dan bahan main, cuci tangan, circle time, dan recalling.
Guru dan para siswa membereskan alat dan bahan main, cuci tangan serta kembali duduk melingkat di dalam kelas. Guru menanyakan bagaimana perasaan siswa
hari ini apakah bahagai atau tidak. Guru kemudian melanjutkan dengan kegiatan recalling. Pada hari pertama penelitian guru melakukan kegiatan recalling di dua
waktu yang berbeda, yakni sebelum dan setelah makan. Recalling hari kedua sampai kelima penelitian dilakukan satu kali.
Pemaparan mengenai kegiatan pijakan setelah main di atas sesuai dengan p
emaparan di atas sesuai dengan Pedoman Penerapan Pendekatan ”Beyond Centers and Circles Time” dalam Pendidikan Anak Usia Dini yang menyatakan
bahwa bila waktu main telah habis, guru dan para siswa memberekan alat dan bahan yang digunakan. Siswa yang telah selesai membereskan kemudian duduk
melingkar dan guru menanyakan pada setiap anak kegiatan main yang tadi dilakukannya. Kegiatan menanyakan kembali recalling melatih daya ingat
siswa, berani mengemukakan pendapat, dan pengalaman mainnya memperluas perbendaharaan kata anak.
Kegiatan recalling yang telah selesai kemudian dilanjutkan dengan makan bekal. Guru mengajak siswa berdoa bersama. Pada penelitian hari pertama dan
kedua, guru meminta seorang anak memimpin doa sebelum makan menggunkan Bahasa Arab. Siswa beragama lain berdoa menggunakan Bahasa Indonesia. Pada
90
penelitian hari ketiga sampai dengan kelima guru tidak meminta seorang anak untuk memimpin doa sebelum makan. Guru membagikan makan dan minum
kepada setiap anak. Makanan yang dibagikan yakni kue tradisional, sedangkan minumnya ialah teh atau jeruk hangat. Guru membiasakan siswa untuk makan
dengan tertib serta menerima pemberian orang lain menggunakan tangan kanan dan mengucapkan terima kasih. Siswa yang telah selesai makan kemudian
mengembalikan gelas minum ke guru atau langsung ke nampan dan duduk dengan tertib kembali.
Penjelasan mengenai kegiatan snack time di atas kurang sesuai dengan pemaparan di atas sesuai dengan
Pedoman Penerapan Pendekatan ”Beyond Centers and Circles Time” dalam Pendidikan Anak Usia Dini yang menyatakan
bahwa kegiatan snack time digunakan sebagai pembiasaan tata cara makan yang
baik adab makan. Guru juga melibatkan siswa untuk membereskan makannya. Ketidaksesuaian kegiatan makan di Sentra APET PAUD Bina Buah Hati yakni,
pihak sekolah mempunyai kebijakan untuk menyediakan makanan ringan. Kegiatan snack time yang telah selesai kemudian dilanjutkan dengan
penutup. Guru mengajak siswa duduk dengan tertib kemudian bersama-sama membaca doa setelah makan dan setelah belajar menggunakan bahasa Indonesia.
Guru tidak pernah meminta salah seorang anak untuk memimpin doa bersama. Guru memberikan informasi untuk pembelajaran hari berikutnya, sebagai contoh,
“Sampai jumpa hari apa besok?”. Guru kemudian mengucapkan salam dan anak- anak menjawabnya kemudian berjabat tangan satu per satu.
91
Penjelasan mengenai kegiatan penutup di atas kurang sesuai dengan Pedoman Penerapan Pendekatan ”Beyond Centers and Circles Time” dalam
Pendidikan Anak Usia Dini yang menyatakan bahwa guru dapat mengajak siswa menyanyi atau membaca puisi kemudian menyampaikan rencana kegiatan belajar
minggu depan dan menganjurkan anak untuk bermain yang sama di rumah masing-masing. Guru meminta salah seorang anak yang besar untuk meminpin
doa secara bergiliran setiap harinya. Guru memilih siswa yang pulang dengan menyebutkan warna baju, usia, atau cara lain untuk keluar dan bersalaman lebih
dahulu. Ketidaksesuaiannya ialah guru Sentra APET Bina Buah Hati tidak mengajak siswa bernyanyi atau membaca puisi, tidak menyarankan bermain
permainan yang sama di rumah, tidak meminta salah seorang anak untuk meminpin doa, serta tidak menunjuk seorang anak untuk memimpin doa penutup.
Pengaturan ruang kelas Sentra APET PAUD Bina Buah Hati dilakukan oleh guru sesuai Standar Operasional Pelaksanaan sekolah. Pengaturan kelas
memperhatikan pencahayaan, kenyamanan, dan keamaan bagi para siswa. Ruang kelas mempunyai jendela yang besar sehingga memungkinkan cahaya dari luar
masuk. Benda-benda yang terdapat di Sentra APET antara lain alat main, rak yang mempunyai tinggi kurang lebih 1 meter, almari, whiteboard, foto gambar
permainan tradisional yang dipasang di dinding, jam dinding, karung besar berisi bola, tempelan huruf aksara Jawa, serta papan hasil karya. Semua benda tersebut
diletakkan di tepi kelas sehingga bagian tengah dapat digunakan sebagai tempat duduk melingkar dan bermain.
92
Pemaparan di atas sesuai dengan teori Suyadi 2009: 184 yang mengatakan bahwa rak-rak tempat menyimpan berbagai alat permainan harus dibuat pendek
sehingga anak dapat mengambil dan mengembalikan alat permainan. Menurut Wolfgang Sofia Hartati, 2005: 133 pencahayaan yang lembut dapat menciptakan
suasana gembira. Hal terpenting dalam pengaturan lingkungan kelas yakni memudahkan anak bermain dan pengawasan yang dilakukan guru. Mukhtar Latif,
dkk., 2014: 107 mengungkapkan bahwa penataan ruang di dalam sentra disesuaikan dengan karakteristik sentra itu sendiri. Hal ini terlihat pada tempelan
huruf aksara Jawa dan foto permaian tradisional di dinding kelas Sentra APET. Alat permainan edukatif tradisional yang berada di Sentra APET PAUD
Bina Buah Hati semua disimpan dalam almari, rak, dan karung besar. Semua alat permainan diperoleh dari labsite BPKB, Sentra Bahan Alam dan Seni, bantuan
dari lembaga BPKB Toko ABC Toys, serta pengadaan sendiri dari sekolah maupun guru. Tujuan penggunaan alat permainan edukatif tradisional di Sentra
APET ialah mencapai tujuan sentra, mengenalkan kembali permainan tradisional kepada para siswa yang sebagian besar tinggal di daerah perkotaan. Guru menata
alat dan bahan main disesuaikan RPPH. Jenis permainan dalam RPPH yakni games dan keterampilan yang mengacu pada enam program pengembangan, yakni
nilai agama dan moral, kognitif, motorik, bahasa, sosial emosional, dan seni. Pemaparan mengenai pengaturan ruang kelas di atas sesuai dengan teori
Yudhistira dan Siska Y. Massardi 2012: 82 mengemukakan bahwa permainan tradisional juga dapat mengembangkan kecerdasan majemuk anak yang meliputi
93
bahasa, matematika-logis, visual-spasial, musik, kinestetik, interpersonal, dan intrapersonal yang dapat disesuaikan ke dalam enam aspek perkembangan anak.
Jenis permainan yang ada di Sentra APET dibedakan berdasarkan sifatnya yakni bermain keterampilan termuat dalam Info Teman Anak 2012. Bermain
keterampilan di Sentra APET terlihat ketika para siswa membuat topeng, terompet, mahkota, dan menyambung karet. Jenis permainan juga dapat
dibedakan berdasarkan permainan tradisional Jawa yang tidak memanfaatkan vokal dan memanfaatkan gerakan, tarian, dan lagu Suwardi Endraswara, 2010:
112. Permainan tradisional yang memanfaatkan vokal terlihat dari permainan bakiak yang dilakukan anak ketika penelitian hari pertama. Jenis permainan Jawa
yang memanfaatkan gerakan, tarian, dan lagu contohnya jamuran, cublak-cublak suweng, dan nini thowong belum terlihat selama penelitian berlangsung.