19 paragraf berikutnya. Dengan demikian, pola piramida terbalik dapat memudahkan
pembaca dengan cepat mengetahui isi berita.
e. Gaya Bahasa Berita
Bahasa  berita  dapat  juga  disebut  bahasa  jurnalistik  atau  bahasa  pers. Menurut  Siregar  1998:  135,  bahasa  jurnalistik  digunakan  dalam  menulis  berita
karena  jurnalistik  merupakan  kegiatan  untuk  menyampaikan  fakta-fakta  dan komentar mengenai fakta. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan harus bersifat
ringkas,  simpel,  dan  formal.  Banjarnahor  1994:  31-32  mengemukakan  bahwa bahasa jurnalistik atau bahasa pers memiliki sifat yang khas, yaitu menarik, singkat,
padat, sederhana, lancar, jelas, dan lugas. Selain memiliki sifat khas seperti yang dikemukakan Banjarnahor, Suroso
2001: 38 mengemukakan bahwa bahasa jurnalistik harus didasarkan pada bahasa baku.  Bahasa  jurnalistik  tidak  mengesampingkan  kaidah-kaidah  tata  bahasa.
Bahasa  jurnalistik  harus  memperhatikan  ejaan  yang  benar.  Kosakata  bahasa jurnalistik  harus  mengikuti  perkembangan  bahasa  dalam  masyarakat.  Badudu
1992: 62 menyatakan bahwa bahasa jurnalistik harus sederhana, mudah dipahami, teratur, dan efektif.
1  Sederhana Bahasa sederhana mengandung pengertian bahwa strukturnya tidak rumit,
baik  struktur kata  maupun struktur frasa  atau kalimat. Kata-kata  yang digunakan dalam menulis berita adalah kata dengan pengertian yang dipahami oleh pemakai
20 bahasa umum, tidak menggunakan istilah yang hanya dipahami oleh sekelompok
orang kecil, seperti bahasa ilmiah Badudu, 1992: 62. 2  Mudah Dipahami
Bahasa jurnalistik atau pers harus mudah dipahami. Sebuah kalimat tidak boleh membuat pembaca harus mengulang membaca kalimat tersebut dua atau tiga
kali Badudu, 1992: 62. 3  Teratur
Bahasa jurnalistik atau pers harus teratur. Badudu 1992: 62 menyatakan bahwa teratur berarti bahwa setiap kata, frasa, dan klausa harus ditempatkan pada
urutan yang tepat dalam kalimat. Bentukan kata harus tepat, sesuai dengan kaidah, dan tidak menimbulkan kesulitan untuk memahami makna yang terkadung dalam
kalimat.  Bagian  yang  saling  mengisi  harus  memberikan  pengertian  yang  dapat diterima atau logis.
4  Efektif Bahasa jurnalistik atau pers harus efektif. Badudu 1992: 62 mengatakan
bahwa kalimat yang digunakan yaitu kalimat yang tidak bertele-tele dan jelas atau tidak  menimbulkan  penyimpangan  makna  maupun  ungkapan  bermakna  ganda
ambigu. Berdasarkan kajian gaya bahasa berita di atas, dapat disimpulkan bahwa
dalam menulis teks berita yaitu dengan menggunakan bahasa jurnalistik atau pers. Bahasa jurnalistik atau pers memiliki sifat-sifat khas, antara lain: 1 singkat; 2
padat;  3  sederhana;  4  lancar;  5  jelas;  6  lugas;  dan  7  menarik.  Selain  itu,
21 bahasa  jurnalistik  atau  pers  ditulis  dengan  menggunakan  bahasa  Indonesia  baku
agar dapat dipahami pembaca di seluruh nusantara.
f. Menulis Berita
Menulis  berita  adalah  menampilkan  peristiwa  yang  terjadi  di  tengah masyarakat  secara  benar,  meskipun  terkadang  menampilkan  kebenaran  ini
mengandung risiko Djuraid,  2006:  12. Menulis berita harus mengenal  5W+1H. Menurut  Barus  2010:  36,  5W+1H  juga  sering  disebut  sebagai  pedoman
kelengkapan  sebuah  berita.  Berita  ditulis  dengan  menggunakan  rumus  5W+1H, agar berita itu lengkap, akurat, dan sekaligus memenuhi standar teknis jurnalistik
Sumadiria,  2011:  118.  Djuraid  2006:  85  menyatakan  bahwa  pedoman  ini setidaknya  akan  memudahkan  untuk  mulai  menulis.  Tujuan  dari  5W+1H  yaitu
untuk memunculkan gambaran tentang kerangka berita yang akan ditulis. Pedoman 5W+1H dalam menulis berita, yaitu sebagai berikut.
a.  What atau apa yang terjadi. Faktor utama sebuah berita adalah peristiwa atau keadaan.
b.  Where atau tempat kejadian atau dalam istilah kriminal disebut TKP Tempat Kejadian Perkara yaitu tempat peristiwa atau keadaan.
c.  When atau waktu sebuah peristiwa atau keadaan terjadi. d.  Who atau tokoh yang menjadi pemeran utama dalam berita. Tokoh dalam berita
adalah orang yang paling tahu dan berperan penting dalam peristiwa. e.  Why atau pertanyaan untuk menguak mengapa sebuah peristiwa bisa terjadi.