KEADAAN PENDIDIKAN I GAM BARAN U M U M

7 Masih Sekolah 19.6 TidakBelum Sekolah 10.3 Tidak Sekolah Lagi 70.2 SDMI 44.1 SLTPMTs 30.2 SMUSMKMA 18.8 DIUniversitas 6.9 GAMBAR 2 PROPORSI PENDUDUK INDONESIA BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS MENURUT STATUS PENDIDIKAN TAHUN 2001 Pada kelompok umur muda, angka persentase penduduk yang tidakbelum pernah sekolah relatif berimbang antara laki-laki dan perempuan. Hal ini dapat dilihat dari Angka Partisipasi Sekolah APS. Secara umum APS perempuan lebih besar dibanding APS laki-laki pada kelompok umur 7-12 tahun dan 13-15 tahun. Sementara pada kelompok umur 16-18 tahun, APS laki-laki lebih tinggi dibanding APS perempuan. Sedangkan dari segi tempat tinggal, dikatakan bahwa APS penduduk perkotaan lebih besar bila dibanding dengan APS penduduk perdesaan. Hal ini terjadi untuk semua kelompok umur, baik laki-laki maupun perempuan. Perbedaan menjadi semakin besar pada kelompok-kelompok umur yang lebih tua. Sebagaimana APS, Angka Partisipasi Murni APM di daerah perkotaan juga lebih tinggi dibanding APM di daerah perdesaan untuk semua kelompok umur sekolah. APM menyatakan banyaknya penduduk usia sekolah yang masih sekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai. APM SDMI di perkotaan sebesar 93,09, sementara di perdesaan hanya sebesar 92,74. APM SLTPMTs. di perkotaan sebesar 71,54, sedangkan di perdesaan hanya sebesar 52,86. Sementara itu APM SMUSMK adalah 51,78 di perkotaan dan 24,39 di perdesaan. IjazahSTTB tertinggi yang dimiliki penduduk merupakan indikator pokok kualitas pendidikan formal. Semakin tinggi ijazahSTTB yang dimiliki oleh rata-rata penduduk suatu negara mencerminkan semakin tingginya taraf intelektualitas bangsa dari negara tersebut. Di Indonesia pada tahun 2001, penduduk berumur 10 tahun ke atas yang tidakbelum memiliki ijazahSTTB sebanyak 34,36. Sedangkan yang sudah memiliki ijazah terdiri atas tamat SDMI sebanyak 32,80, tamat SLTPMTs sebanyak 14,84, tamat SMUSMK sebanyak 14,70, dan tamat Perguruan Tinggi sebanyak 3,31. Dilihat dari segi jenis kelamin, ijazahSTTB yang dimiliki oleh penduduk laki- laki ternyata masih lebih baik bila dibanding yang dimiliki perempuan. Sementara bila dilihat dari segi tempat tinggal, ijazahSTTB yang dimiliki penduduk yang tinggal di perkotaan lebih baik dibanding yang dimiliki oleh mereka yang tinggal di perdesaan. Kemampuan membaca dan menulis atau baca-tulis merupakan keterampilan minimum yang dibutuhkan oleh penduduk untuk mencapai kesejahteraannya. Kemampuan baca-tulis ini tercermin dari Angka Melek Huruf, yaitu persentase penduduk umur 10 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya. Secara nasional diketahui bahwa penduduk yang dapat membaca huruf latin sebanyak 88,25. Sedangkan mereka yang dapat membaca huruf lainnya sebanyak 1,02 dan 8 yang buta huruf sebanyak 10,73. Di perdesaan, penduduk yang buta huruf lebih banyak dibanding di perkotaan 14,43 berbanding 5,99. Demikian gambaran umum negara Indonesia tahun 2001 secara ringkas. Gambaran yang ditonjolkan memang dibatasi pada aspek-aspek kependudukan, perekonomian, dan pendidikan. Hal ini tidak lain karena ketiganya, khususnya perekonomian dan pendidikan, bersama-sama dengan kesehatan menentukan besar kecilnya Indeks Pembangunan Manusia IPM atau Human Development Index HDI bangsa Indonesia. Sebagaimana diketahui IPM Indonesia pada tahun 1990 adalah 63 dan pada tahun 1996 naik menjadi 68. Namun demikian keadaan krisis menyebabkan IPM Indonesia pada tahun 1999 turun menjadi 64. Angka ini lalu menempatkan Indonesia pada peringkat ke-109 di antara 180 negara di dunia. Itu berarti Indonesia berada di bawah peringkat Malaysia dan Thailand, apa lagi Singapura. 9

BAB I I I I N DON ESI A SEH AT 2 0 1 0

Sejak awal tahun 1999, telah ditetapkan Visi baru Pembangunan Kesehatan yang secara singkat dinyatakan sebagai INDONESIA SEHAT 2010. Dengan rumusan ini dimaksudkan bahwa pada tahun 2010 kelak bangsa Indonesia sudah akan hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat, serta dapat memilih, menjangkau dan memanfaatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan berkeadilan, sehingga memiliki derajat kesehatan yang optimal. A. DERAJAT KESEHATAN YANG OPTIMAL Derajat kesehatan yang optimal akan dilihat dari unsur kualitas hidup serta unsur- unsur mortalitas dan yang mempengaruhinya, yaitu morbiditas dan status gizi. Untuk kualitas hidup, yang digunakan sebagai indikator adalah Angka Harapan Hidup Waktu Lahir Lo. Sedangkan untuk mortalitas telah disepakati lima indikator, yaitu Angka Kematian Bayi AKB per-1000 Kelahiran Hidup, Angka Kematian Balita AKABA per-1000 Kelahiran Hidup, Angka Kematian Pneumonia Pada Balita per-1000 Balita, Angka Kematian Diare Pada Balita per-1000 Balita, dan Angka Kematian Ibu Melahirkan AKI per-100000 Kelahiran Hidup. Untuk morbiditas telah disepakati beberapa indikator, yaitu Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue DBD per-100000 Penduduk, Angka Kesakitan Malaria per-1000 Penduduk, Persentase Kesembuhan TB Paru, Persentase Penderita HIVAIDS Terhadap Penduduk Berisiko, dan Angka “Acute Flaccid Paralysis” AFP Pada Anak Usia 15 Tahun per-100000 Anak. Lingkungan Sehat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pelayanan Kes Bermutu, Ter- jangkau Adil • Pembangunan Kesehatan: - Pelayanan Kesehatan - Manajemen Kesehatan • Kontribusi Lintas Sektor Derajat Kesehatan: Morbi ditas Status Gizi Morta litas Masukan Proses Hasil Antara Hasil Akhir 10 Sementara itu untuk status gizi telah disepakati empat indikator, yaitu Persentase Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah BBLR, Persentase Anak Balita Dengan Gizi Baik, Prevalensi Anemia Gizi, dan Prevalensi Gangguan Akibat Kekurangan Yodium GAKY. Adapun target masing-masing indikator tersebut di atas untuk tahun 2010 adalah sebagai berikut. • Angka Harapan Hidup Waktu Lahir Lo 70 • Angka Kematian Bayi AKB per-1000 Kelahiran Hidup 40 • Angka Kematian Balita AKABA per-1000 Kelahiran Hidup 58 • Angka Kematian Pneumonia Balita per-1000 Balita 2 • Angka Kematian Diare Balita per-1000 Balita 1 • Angka Kematian Ibu Melahirkan AKI per-100000 Kelahiran Hidup 150 • Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue DBD 1 per-100000 Penduduk • Angka Kesakitan Malaria per-1000 Penduduk 0,5 • Persentase Kesembuhan TB Paru 85 • Persentase Penderita HIVAIDS Terhadap Penduduk Berisiko 1 • Angka “Acute Flaccid Paralysis” AFP Pada Anak Usia 15 Tahun 1 per-100000 Anak • Persentase Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah BBLR 5 • Persentase Balita Dengan Gizi Baik 80 • Persentase Ibu Hamil Yang Anemia Gizi 45 • Prevalensi Gangguan Akibat Kekurangan Yodium GAKY 6 • Persentase Wanita Usia Subur WUS yang Kurang Energi Kronis KEK 10

B. LINGKUNGAN SEHAT

Untuk menilai keadaan lingkungan dan upaya yang dilakukan untuk menciptakan lingkungan sehat telah dipilih empat indikator yang diprogramkan dalam sektor kesehatan, yaitu Persentase Keluarga Yang Memiliki Persediaan Air Minum Sehat, Persentase Keluarga Yang Memiliki Akses Terhadap Jamban Sehat, Persentase Keluarga Yang Mengelola Sampah Dengan Baik, dan Persentase Keluarga Yang Mengelola Air Limbahnya Dengan Aman. Sedangkan lingkungan yang dikembangkan sektor-sektor terkait mencakup kependudukan, kondisi lingkungan sosial, dan kondisi ekonomi. Indikator kependudukan yang terpenting adalah Pertumbuhan Penduduk Rata-rata per- Tahun Persen dan Prevalensi Akseptor Keluarga Berencana Persentase Terhadap Pasangan Usia Subur. Kondisi lingkungan sosial akan dilihat dari indikator-indiktor Persentase Penduduk Yang Tinggal di Perkotaan, Persentase Penduduk Miskin, Persentase Angkatan Kerja Menganggur, dan Persentase Penduduk Yang Melek Huruf. Sedangkan kondisi ekonomi akan dilihat terutama dari indikator Pendapatan per-Kapita per-Tahun Jutaan Rupiah. Adapun target atau yang diharapkan dari masing-masing indikator tersebut di atas untuk tahun 2010 adalah sebagai berikut.