Penyakit Menular Lain Morbiditas

48 TABEL 19 HASIL PEMERIKSAAN SPECIMEN HEWAN TERHADAP VIRUS JAPANESE ENCEPHALITIS MENURUT PROVINSI TAHUN 1993 - 2000 19931994 19951996 19961997 2000 Provinsi ∑ Sp Sp+ ∑Sp Sp+ ∑Sp Sp+ ∑Sp Sp+ 1. Bali 548 280 28,3 41,8 - - 15 46,7 - - 2. Riau 523 40,3 - - 19 42,1 - - 3. Jawa Barat 391 38,4 - - - - - - 4. Jawa Tengah 235 67,2 - - - - - - 5. Lampung 165 41,8 - - 53 11,3 - - 6. Nusa Tenggara Barat 153 39,9 - - - - - - 7. Sumatera Utara - - 183 9,3 - - - - 8. Kalimantan Barat - - 183 13,7 - - - - 9. Sulawesi Selatan - - 176 11,4 - - - - 10. Jawa Timur - - - - 20 0 - - 11. Nusa Tenggara Timur - - - - - - 125 40,0 Sumber: Ditjen PPMPL Depkes RI Hasil survei cepat pada tahun 2000 melaporkan bahwa ditemukan sebanyak 6.233 kasus Filariasis di 26 provinsi di Indonesia yang tersebar di 318 kabupatenkota yang meliputi 1.533 desa. m. Penyakit Tidak Menular yang Diamati Semakin meningkatnya arus globalisasi di segala bidang, telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat termasuk dalam pola konsumsi makanan keluarga. Perubahan tersebut tanpa disadari telah memberi pengaruh terhadap terjadinya transisi epidemiologi dengan semakin meningkatnya kasus-kasus penyakit tidak menular seperti Penyakit Jantung, Tumor, Diabetes, Hipertensi, Gagal ginjal, Gangguan jiwamental, dan sebagainya. Berdasarkan hasil analisis SP2RS tahun 2000, diperoleh gambaran penyakit tidak menular sebagai penyebab utama kematian penderita rawat inap di RS sebagaimana terlihat pada Tabel 20 berikut. TABEL 20 PROPORSI PENYAKIT TIDAK MENULAR SEBAGAI PENYEBAB KEMATIAN TERBANYAK, TAHUN 2000 No Jenis Penyakit a 1 Stroke tak menyebut perdarahan 4,8 2 Gagal Ginjal lainya 3,7 3 Penyakit jantung lainya 3,7 4 Perdarahan Intracarnial 2,8 5 Cedera Intracarnial 2,3 6 Diabetes Melitus tak bergantung Insulin 2,1 7 Penyakit Jantung Iskemik lainya 2,1 a dari seluruh kematian Sumber: Ditjen Yanmedik Depkes RI Sedangkan CFR Penyakit tidak menular terbanyak selama tahun 2000 dapat dilihat pada Tabel 21 berikut. 49 TABEL 21 CFR PENYAKIT TIDAK MENULAR TERBANYAK PENDERITA RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT, TAHUN 2000 No Jenis Penyakit 1 Neoplasma Ganas korpus uteri 61,1 2 Perdarahan Intracarnial 54,8 3 Septisemia 40,0 4 Gagal Ginjal lainya 30,0 5 Penyakit Radang susunan syaraf Pusat 29,5 6 Neoplasma ganas esophagus 28,8 7 Gagal Napas 26,0 8 Penyakit jantung lainya 23,9 9 Penyakit Bacteria lainya 23,8 10 Bronkiektasis 22,9 Sumber: Ditjen Yanmedik Depkes RI Gambaran morbiditas yang disajikan di atas berdasar kepada data yang umumnya didapat dari sarana pelayanan kesehatan facility based. Apabila dilihat polanya, maka dapat disajikan gambaran sebagai berikut. Gambaran ini didasarkan kepada data dari rumah sakit umum. Selain karena datanya relatif lebih lengkap, data dari rumah sakit umum juga berasal dari diagnosa yang lebih akurat karena didukung sarana penunjang medik seperti laboratorium, radiologi, dan sebagainya. Dari data pasien rawat jalan diperoleh gambaranpola sepuluh penyakit terbanyak sebagai berikut. TABEL 22 POLA 10 PENYAKIT TERBANYAK PADA PENDERITA RAWAT JALAN DI RSU DI INDONESIA TAHUN 1999-2000 SP2RS 1999 SP2RS 2000 Jenis penyakit DTD Jenis penyakit DTD 1. Infeksi saluran nafas bagian atas akut lain 167 1. Diare, GE oleh penyebab infeksi tertentu 005 2. Diare, GE oleh penyebab infeksi tertentu 005 2. Infeksi saluran nafas bagian atas akut lain 167 3. Peny kulit dan jaringan sub cutan lainya 199 3. Peny kulit dan jaringan sub cutan lainya 199 4. Influenza 168 4. Gastritis dan duodenitis 184 5. Faringitis akut 165.0 5. Gangguan jaringan lunak lainya 270.9 6. Penyakit Pulpa dan periapikal 181.2 6. Faringitis akut 165.0 7. Gastritis dan duodenitis 184 7. Hipertensi esensial primer 145 8. Tuberculosis paru lainya 007.1 8. Penyakit Pulpa dan periapikal 181.2 9. Hipertensi esensial primer 145 9. Influenza 168 10. Infeksi kulit dan jaringan sub-cutan 198 10. Konjungtivitis gangguan lainnya 131 Sumber: Bagian Program dan Informasi Ditjen Yanmedik, Depkes RI Sedangkan dari data pasien rawat inap diperoleh gambaranpola sepuluh penyakit terbanyak sebagai berikut. 50 TABEL 23 POLA 10 PENYAKIT TERBANYAK PENDERITA RAWAT INAP DI RSU DI INDONESIA TAHUN 1999-2000 SP2RS 1999 SP2RS 2000 Jenis penyakit DTD Jenis penyakit DTD 1. Diare, GE oleh penyebab infeksi tertentu 005 1. Diare, GE oleh penyebab infeksi tertentu 005 2. Demam tifoid dan paratifoid 002 2. Demam tifoid dan paratifoid 002 3. Cedera Intrakranial 278 3. Gastritis dan duodenitis 184 4. Gastritis dan duodenitis 184 4. Demam Berdarah Dengue 032.1 5. Infeksi saluran nafas atas acut 167 5. Infeksi saluran nafas atas acut 167 6. Pneumonia 169 6. Pneumonia 169 7. Penyulit kehamilan persalinan lain 242.9 7. Gangguan jaringan lunak lainya 270.9 8. Tuberculosis paru lainya 007.1 8. Malaria includes all malaria 043 9. Asma 176 9. Tuberculosis paru lainya 007.1 10. Bronkhitis, empisema, dan obstruktif lain 175 10. Hipertensi esensial primer 145 Sumber: Bagian Program dan Informasi Ditjen Yanmedik, Depkes RI Pola penyakit rawat jalan dan rawat inap pada tahun 1999 - 2000 tidak banyak mengalami perubahan dan masih didominasi penyakit infeksi, namun beberapa penyakit tidak menular seperti hipertensi dan gangguan jaringan lunak dan lain-lain sudah mulai ada peningkatan dan masuk dalam kelompok 10 besar penyakit yang dilayani di sarana pelayanan kesehatan. Untuk melengkapi gambaran tersebut di atas, berikut ini akan disajikan gambaran morbiditas yang didasarkan kepada data dari survei. Melalui studi morbiditas dalam Susenas 2001 diperoleh gambaran bahwa 25,18 penduduk yang diamati mengeluhkan adanya gangguan kesehatan dalam sebulan terakhir. Gambaran keluhan sakit menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 44. Sedangkan 10 besar prevalensi penyakit yang dikeluhkan oleh masyarakat selama studi morbiditas dapat dilihat pada Gambar 16 berikut. GAMBAR 16 PREVALENSI 10 KELOMPOK PENYAKIT TERBANYAK DI INDONESIA, TAHUN 2001 24 15 13 11 10 11 13 61 20 31 10 20 30 40 50 60 70 Gilut Refraksi Pengelihatan ISPA Anemia Saluran Pencernaan Penyakit Mata lainya Penyakit Kulit Hipertensi Penyakit Sendi ISNK Persen Sumber: Studi morbiditas Susenas 2001, Badan Litbangkes; publikasi hasil Surkesnas 2001 51

3. Status Gizi

Status gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan permasalahan kesehatan secara umum, karena di samping merupakan faktor predisposisi yang dapat memperparah penyakit infeksi secara langsung juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan individual. Bahkan status gizi janin yang masih berada dalam kandungan dan bayi yang sedang menyusu sangat dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil atau ibu menyusui. Berikut ini akan disajikan gambaran mengenai indikator-indikator status gizi yaitu Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah, Gizi Balita, Gizi Ibu Hamil Kurang Energi Kronis, dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium. a. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah BBLR 2500 gram Secara khusus kita belum pernah melakukan penelitian untuk mengetahui secara pasti angka BBLR yang terjadi di masyarakat, namun dari berbagai penelitian kesehatan lain SDKI, SKRT, Susenas dan beberapa pengamatan intensif telah didapatkan perkiraan angka BBLR yang ada di masyarakat. Pada periode 1990 - 2000, proporsi BBLR diestimasikan sebesar 7 - 14, sedangkan dari hasil pengumpulan data indikator kesehatan provinsi yang berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan proporsi BBLR pada tahun 2000 berkisar antara 0,91 Gorontalo dan 18,89 Jawa Tengah, sedangkan pada tahun 2001 berkisar antara 0.54 Nanggroe Aceh Darussalam dan 6,90 Sumatera Utara. Angka tersebut belum mencerminkan kondisi sebenarnya yang ada di masyarakat, karena belum semua berat badan bayi yang dilahirkan dapat dipantau oleh petugas kesehatan, khususnya yang ditolong oleh dukun atau tenaga non kesehatan lainnya. Gambaran untuk masing-masing provinsi yang sudah mengirimkan data dimaksud dapat dilihat pada Lampiran 45. b. Gizi Balita Pengukuran gizi pada Balita difokuskan pada tingkat kecukupan gizinya yang diukur melalui berat badan terhadap umur BBU atau berat badan terhadap tinggi badan BBTB. Dari hasil Susenas 2001, persentase Balita yang bergizi baik adalah sebesar 64,14, yang bergizi sedang 21,51, dan sisanya 9,35 adalah Balita bergizi kurangburuk atau yang dikenal dengan istilah Kurang Kalori Protein KKP. Balita bergizi baik di perkotaan 72,6 relatif lebih tinggi dibandingkan di perdesaan 66,8. Sedangkan Balita yang bergizi kurangburuk di perdesaan 10,3 lebih tinggi dibandingkan di perkotaan 8,0. Bila dibandingkan menurut jenis kelamin, persentase Balita perempuan yang bergizi baik relatif lebih tinggi daripada Balita laki-laki. Demikian pula gizi kurangburuk lebih tinggi pada Balita laki-laki dibandingkan Balita perempuan. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini. 52 TABEL 24 PERSENTASE BALITA 0-59 BULAN MENURUT STATUS GIZI DAN JENIS KELAMIN TAHUN 2001 Status Gizi Laki-laki