Pengelolaan Obat, Alat Kesehatan, dan Makanan-Minuman
91
TABEL 46 SARANA PRODUKSI OBAT DAN ALAT KESEHATAN
MENURUT JENIS TAHUN 1996-2001
No Jenis
Sarana 1996 1997 1998 1999 2000 2001
1. Industri Farmasi
224 235
205 195 198 199
2. Industri Farmasi memproduksi Psikotropika
53 51
50 50
50 3.
Industri Farmasi memproduksi Narkotika 1
2 1
2 2
4. Produsen Minuman Keras
95 96
99 82
.. 5. Produsen
Kosmetika 613
659 642
6. Produsen PKRT
416 438
441 7. Produsen
Alat Kesehatan
150 198
173 8.
Industri Obat Tradisional 66
77 79
87 93
98 9.
Industri Kecil Obat Tradisional 517
559 608
722 872
899
Menghadapi otonomi daerah pada tahun 2001, terdapat kecenderungan peningkatan jumlah pedagang besar farmasi di daerah sebagai antisipasi pengadaan obat
yang akan didesentralisasikan di masing-masing kabupatenkota. Sarana distribusi menurut jenis dapat dilihat pada tabel berikut.
TABEL 47 SARANA DISTRIBUSI OBAT DAN ALAT KESEHATAN
MENURUT JENIS TAHUN 1996-2001
No Jenis
Sarana 1996 1997 1998 1999 2000 2001
1. Pedagang Besar Farmasi 1.584
1.631 1.718
1.819 2.026
2.238 2.
Apotek 7.063
6.903 7.467
7.794 6.196 6.832 3. Toko Obat Berizin
6.824 7.101
5.028 7.000
5.246 5.247
4. Pedagang Besar Minuman Keras 82
96 102
87 …
… 5. Importir Minuman Keras
2 2
2 2
… …
6. Penyalur Alat Kesehatan 240
265 282
7. Cabang Penyalur Alat Kesehatan 275
290 292
8. Sub Penyalur Alat Kesehatan 608
621 722
Dalam aspek mutu obat generik, dilakukan pengawasan secara sistemik dan ketat. Izin produksi obat generik hanya diberikan kepada industri farmasi yang telah mendapat
Sertifikat CPOB cara pembuatan obat dengan baik dan menerapkan in-process control secara ketat serta melakukan monitoring terhadap mutu produknya yang ada di peredaran.
Bersamaan dengan itu dilakukan juga sampling dan pengujian laboratorium oleh Balai POM terhadap obat generik yang beredar di pasaran.
Produksi dan penggunaan obat generik terus meningkat, pada tahun 1997 nilai peredaran obat generik sekitar Rp 470 milyar dan pada tahun 2000 meningkat menjadi
sekitar Rp 1.006 milyar. Meskipun mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, penggunaan obat generik di Indonesia dalam nilai masih rendah dibandingkan dengan
nilai obat secara keseluruhannasional. Hal ini sangat berbeda dengan di negara maju, seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Jerman di mana obat generik mempunyai bagian
pasar lebih dari 20.
92 Perkembangan distribusi obat generik berlogo dari tahun 19961997 sampai
dengan tahun 2000 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
TABEL 48 PERKEMBANGAN DISTRIBUSI OBAT GENERIK BERLOGO
TAHUN 19961997 - 2000
Dalam milyar rupiah No Sumber
Daya 19961997 19971998 19981999 19992000 2000
1. Inpres
178,30 190,36
210,81 432,57
317,582 2.
Anggaran sektoral
24,60 22,39
11,31 5,11
21,442 3.
AskesPHB 23,18
27,85 89,41
108,23 110,000
4. Pemda
13,80 7,42
14,29 1,35
11,579 5.
Swasta 137,75
222,05 388,93
434,88 655,530
Total 377,63 470,07
714,75 982,14
1.006,243
Nilai total penjualan obat generik berlogo dibandingkan dengan nilai total obat secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
TABEL 49 PERSENTASE NILAI TOTAL OBAT GENERIK BERLOGO
TERHADAP NILAI TOTAL SELURUH OBAT YANG BEREDAR DI INDONESIA TAHUN 19961997 – 19992000
Dalam milyar rupiah 19961997 19971998 19981999 19992000
Uraian Nilai Nilai Nilai Nilai
Obat Generik 378.000
13 470.070
15 714.750
17 982.190
20 Obat Branded 2.432.133
87 2.734.798
85 3.588.991
83 3.837.409
80 Total Keseluruhan
2.810.133 100
3.204.868 100
4.303.741 100 4.819.599
100
Hasil studi yang dilakukan terhadap beberapa butir obat generik dan branded menunjukkan bahwa rasio perbandingan harga antara obat generik dengan harga obat
branded berkisar antara 1 berbanding 2 sampai dengan 7.
Untuk mendapatkan informasi ketersediaan obat generik berlogo OGB di apotek dalam kurun waktu tiga bulan, kecenderungan peredaran OGB di apotek, kecenderungan
peresepan OGB oleh dokter spesialis, serta kendala yang berkaitan dengan ketersediaan OGB di apotek, dilakukan kegiatan monitoring dan evaluasi penggunaan obat generik
berlogo di apotek.
Kesimpulan monitoring penggunaan OGB tahun 2000 itu adalah: 1 dengan menggunakan uji korelasi didapatkan bahwa jarak apotek dengan rumah sakit
berhubungan negatif dengan jumlah resep obat generik berlogo, dan status kepemilikan apotek swasta, BUMN, koperasi, atau perorangan berhubungan positif dengan jumlah
resep obat generik berlogo; 2 perbandingan antara jumlah resep OGB dengan resep obat umum nasional adalah 1 : 7; 3 perbandingan antara harga rata-rata R OGB dengan
harga rata-rata R obat umum adalah 1 : 5; 4 dokter spesialis yang banyak menulis resep OGB yaitu dokter spesialis anak, spesialis dalam, spesialis paru, spesialis
kebidanan dan kandungan dan spesialis kulit; 5 rata-rata jumlah pasien yang meminta
93 untuk diberikan OGB adalah 11 orang; 6 rata-rata jumlah item OGB yang tersedia di
apotek adalah 97 item; 7 alasan apotek mengenai ketersediaan OGB yang tidak lengkap adalah tidak ada permintaan 41,41, tidak laku 38,69, tidak tersedia di PBF
19,90; dan 8 alasan apotek mengenai kekosongan OGB adalah terlambat memesan 12,03, obat belum diterima 51,48, pesanan tidak dipenuhi 36,49.