Persediaan Air Minum Sehat

56 TABEL 26 PERSENTASE KELUARGA MENURUT SUMBER AIR MINUM DI INDONESIA TAHUN 2001 JENIS SUMBER AIR MINUM VARIABEL Air Kemasan Ledeng Po m p a Su m u r Terl indun g Su m u r tid ak Terl indun g Mata air te rl indung Mata air tid ak te rl indung A ir huj an A ir s ungai Lai nnya RT a k se s k e a ir bers ih Kawasan Sumatera Jawa Bali KTI Kalimantan Sulawesi NTBNTTPapua 0,6 2,0 0,6 0,4 0,7 0,2 17,0 19,1 23,7 24,4 25,3 20,2 4,5 18,2 6,9 7,8 8,1 3,9 33,1 35,1 22,5 7,4 29,3 30,7 23,5 10,4 14,1 14,1 15,7 11,9 3,9 8,6 6,3 1,2 8,9 8,8 3,8 4,7 7,1 2,1 7,9 12,0 5,8 0,9 8,0 17,8 1,5 6,1 6,9 0,6 10,5 24,4 2,5 5,5 0,8 0,4 0,3 0,4 0,2 0,2 59,1 83,0 60,0 41,2 72,3 63,8 Daerah Perkotaan Perdesaan 3,1 0,5 35,9 6,8 20,2 9,0 28,0 36,3 7,3 17,1 2,2 11,4 0,6 8,2 1,5 4,1 0,7 5,4 0,6 0,3 89,4 64,0 INDONESIA 1,5 19,5 13,9 32,7 13,4 7,4 4,9 2,9 3,4 0,4 75,0 Sumber: Badan Litbangkes, Surkesnas 2001

2. Jamban Sehat

Hampir dua pertiga penduduk Indonesia pada tahun 2001 telah menggunakan jamban leher angsa sebagai sarana pembuangan kotoran. Dibandingkan Susenas 1998 persentase ini jauh lebih tinggi. Jamban dengan jenis ini paling banyak digunakan penduduk di Jawa-Bali dan Kawasan Timur Indonesia. Di antara tiga pulau di Kawasan Timur Indonesia, jenis leher angsa paling banyak digunakan oleh penduduk di Sulawesi 66,9, menyamai penggunaan di Jawa-Bali 66. Sepertiga dari penduduk di pulau Sumatera masih menggunakan kakus cemplung sebagai sarana pembuangan kotoran, 10 lebih tinggi bila dibandingkan dengan angka nasional. Persentase keluarga yang menggunakan kakus leher angsa hampir dua kali lebih besar di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah perdesaan. Persentase keluarga yang tidak memakai kakus sebagai tempat buang air besar lima kali lebih besar digunakan keluarga di daerah perdesaan dibandingkan dengan keluarga di daerah perkotaan lihat tabel berikut. Apabila akses terhadap jamban sehat ditinjau dari jenis jamban yang dimiliki, maka dapat dikatakan 61,8 keluarga di Indonesia sudah memiliki akses terhadap jamban sehat. 57 TABEL 27 PERSENTASE KELUARGA MENURUT JENIS JAMBAN DI INDONESIA TAHUN 2001 JENIS JAMBAN VARIABEL LEHER ANGSA PLENGSENGAN CEMPLUNG TIDAK PAKAI Kawasan Sumatera Jawa Bali KTI Kalimantan Sulawesi NTBNTTPapua 49,5 66,0 58,3 53,5 66,9 51,9 11,0 11,3 13,0 11,4 11,0 18,6 29,1 17,5 17,9 17,6 16,5 20,4 10,4 5,2 10,9 17,5 5,7 9,1 Daerah Perkotaan Perdesaan 79,1 42,7 11,8 11,1 6,6 34,2 2,5 12,0 INDONESIA 61,8 11,5 19,7 7,0 Sumber: Badan Litbangkes, Surkesnas 2001 Akan tetapi, jamban sehat juga dapat dilihat dari segi pembuangan akhir tinjanya. Pemakaian tangki septik sebagai tempat pembuangan akhir tinja erat kaitannya dengan pencegahan pencemaran air tanah dan dalam kaitannya dengan pemakaian sumur sebagai sumber air bersihminum. Di daerah perkotaan 62,9 keluarga sudah menggunakan tangki septik, sedangkan di daerah perdesaan tempat pembuangan akhir tinja sebagian besar masih menggunakan lubang tanah 30,5 dan sungai 28,6. Secara keseluruhan hanya 38,5 keluarga yang mempunyai tangki septik untuk pembuangan akhir tinja, 23,7 menggunakan sungaidanau, dan 23,0 menggunakan lubang tanah sebagai tempat pembuangan akhir kotoran. Apabila akses terhadap jamban sehat dikaitkan dengan pembuangan akhir tinjanya, maka dapat dikatakan baru 38,5 keluarga di Indonesia yang memiliki akses terhadap jamban sehat. 3. Air Limbah Rumah Tangga Sarana pembuangan air limbah SPAL merupakan salah satu persyaratan dari rumah sehat. SPAL yang baik adalah yang tertutup, sehingga tidak mudah menjadi tempat persembunyian serangga seperti kecoak, tikus, dan sebagainya. Pada tahun 2001 hanya 25 keluarga yang memiliki SPAL yang sudah memakai saluran tertutup sebagai tempat pembuangan air limbah. Persentase keluarga dengan pembuangan air limbah menurut kawasan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Ditinjau menurut kawasan persentase paling tinggi keluarga memiliki pembuangan air limbah dengan saluran tertutup ditemukan di Jawa-Bali 32,0 dan terendah di KTI 8,9. Kalimantan merupakan kawasan yang paling tidak sehat di KTI hampir dua pertiga keluarga tidak mempunyai saluran pembuangan limbah. Di daerah perkotaan, persentase keluarga yang sudah memakai saluran pembuangan air limbah tertutup 43,3 jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga di daerah perdesaan 10,9. Kebiasaan membuang air limbah secara sembarangan masih banyak ditemukan di daerah perdesaan 42,7 tanpa saluran.