PEMBIAYAAN KESEHATAN I PERBAN DI N GAN I N DON ESI A

105 TABEL 62 PERSENTASE ANGGARAN KESEHATAN TERHADAP PDB, PERSENTASE ANGGARAN PEMERINTAH UNTUK KESEHATAN TERHADAP TOTAL ANGGARAN, DAN PERSENTASE PENGELUARAN MASYARAKAT UNTUK KESEHATAN TERHADAP TOTAL BIAYA KESEHATAN DI NEGARA-NEGARA ASEAN DAN JEPANG TAHUN 2001 No. Negara Total Biaya Kesehatan terhadap PDB Anggaran Pemerintah untuk Kesehatan terhadap Total Anggaran Pengeluaran Masyarakat untuk Kesehatan terhadap Total Biaya Kesehatan 1. Brunei Darussalam 3.1 5.4 20,0 2. Kamboja 8.1 20.5 75.5 3. INDONESIA 2.7 3.1 76.3 4. Laos 3.4 5,0 62,0 5. Malaysia 2.5 5.8 41.2 6. Myanmar 2.2 6.5 82.9 7. Filipina 3.4 6.7 54.3 8. Singapura 3.5 6.7 64.3 9. Thailand 3.7 11.4 42.6 10. Vietnam 5.2 6.5 74.2 11. Jepang 7,8 15,4 23,3 Sumber: WHO, The World Health Report, 2002 Besarnya biaya kesehatan per kapita di negara-negara ASEAN pada tahun 2000 menunjukkan bahwa Singapura merupakan negara dengan biaya kesehatan terbesar US 814, US 290 atau 35,6 di antaranya merupakan anggaran yang dikeluarkan pemerintah. Negara ASEAN dengan biaya kesehatan per kapita terbesar kedua adalah Brunei Darussalam, yaitu sebesar US 490, US 392 80 di antaranya bersumber dari anggaran pemerintah. Sedangkan negara dengan biaya kesehatan per kapita yang terendah ialah Laos, yaitu sebesar US 11 US 4 atau 36,4 di antaranya adalah anggaran pemerintah, menyusul kemudian Kamboja bersama-sama Indonesia dengan US 19 US 5 atau 26,4 merupakan anggaran pemerintah. Pada tahun yang sama biaya kesehatan per kapita di Jepang sebesar US 2.908 US 2.230 atau 76,7 di antaranya bersumber dari anggaran pemerintah. Rincian besarnya biaya kesehatan per kapita dan anggaran kesehatan yang bersumber pemerintah di negara-negara ASEAN dan Jepang dapat dilihat pada tabel berikut ini. 106 TABEL 63 BIAYA KESEHATAN PER KAPITA DAN ANGGARAN PEMERINTAH UNTUK KESEHATAN PER KAPITA DI NEGARA-NEGARA ASEAN DAN JEPANG TAHUN 2000 Anggaran Pemerintah untuk Kesehatan per Kapita No. Negara Biaya Kesehatan per Kapita US US 1. Brunei Darussalam 490 392 80,0 2. Kamboja 19 5 26,3 3. INDONESIA 19 5 26,3 4. Laos 11 4 36,4 5. Malaysia 101 60 59,4 6. Myanmar 153 26 17,0 7. Filipina 33 15 45,5 8. Singapura 814 290 35,6 9. Thailand 71 41 57,7 10. Vietnam 21 5 23,8 11. Jepang 2.908 2.230 76,7 Sumber: WHO, The World Health Report, 2002 Melihat perbandingan-perbandingan tersebut di atas, nampak bahwa di antara negara-negara ASEAN, Indonesia memang bukan yang terburuk. Namun dengan negara- negara seperti Malaysia dan Thailand, yang dulu pernah sejajar, saat ini Indonesia sudah tertinggal. ? ? ? 107

BAB V I I K ESI M PU LAN

Dalam kesimpulan ini akan disajikan perbandingan antara pencapaian di tahun 2001 dari indikator-indikator Indonesia Sehat 2010, terhadap target tahun 2001 dan tahun 2010. Sistimatika penyajiannya mengikuti modeldefinisi Indonesia Sehat 2010 sebagaimana diutarakan di bab terdahulu.

A. HASIL AKHIR DERAJAT KESEHATAN 1. Mortalitas

Umur Harapan Hidup UHH sebesar 67,97 tahun yang tercantum di Profil Kesehatan Indonesia ini adalah hasil perhitungan UHH yang didapat dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BKKBN. Angka Kematian Bayi AKB yang tercantum, yaitu sebesar 50 adalah hasil dari Surkesnas 2001, sedangkan Angka Kematian Balita AKABA merupakan hasil perhitungan Departemen Kesehatan. Sementara itu, Angka Kematian Ibu AKI yang digunakan adalah data tahun 1995, karena belum terdapat data yang lebih mutakhir. Tampaknya memang tidak ditentukan targetnya secara pasti untuk tahun 2001 bagi UHH, AKB, AKABA, dan AKI. Tetapi karena sudah ditetapkan target untuk tahun 2010, maka tetap masih dapat dilakukan pengacuan benchmarking, yaitu ke target tahun 2010. Karena pada tahun 2010 ditargetkan AKI sebesar 150, maka tampaknya keadaan tahun 1995 SKRT yang sebesar 373, masih amat jauh dari tolok ukur. Demikian juga untuk AKABA yang ditargetkan menjadi 58 pada tahun 2010 pencapaian tahun 2001: 64. Bahkan yang lebih menimbulkan kekhawatiran adalah bila disimak AKB tahun 2001. Bila dibandingkan dengan AKB yang ingin dicapai di tahun 2010, angka tahun 2001 masih jauh. Namun yang lebih dikhawatirkan adalah kecenderungan terjadinya stagnasi AKB. Menurut kompilasi angka AKB dari berbagai survei nasional Susenas, Supas, SDKI dan SP AKB Indonesia belum pernah melampaui angka di bawah 45 per 1000. AKB menurut SDKI 97 diperhitungkan sebesar 46 per 1000. SP 2000 memberikan angka 47 per 1000 dan Susenas 2001 menunjukkan angka sekitar 50 per 1000. AKI sebagai indikator kesehatan ibu masih tinggi bahkan tertinggi di antara negara tetangga. AKI dilaporkan 450 per 100.000 menurut SKRT 1986, 390 per 100.000 menurut SDKI 1994, dan SKRT 1995 melaporkan 373 per 100.000. Seperti halnya AKB ada indikasi AKI pada akhir-akhir ini juga stagnan. Kesemuanya itu lalu menyebabkan keraguan dalam pencapaian target tahun 2010 untuk UHH. Dengan keadaan variabel penentu yang demikian itu, mungkinkah UHH tahun 2010 mencapai 70 tahun? Walaupun pada saat ini sudah 67,97 tahun. Angka kematian pneumonia pada balita yang saat ini 6 berarti meleset dari target tahun 2001 yang ditetapkan sebesar 4,6 saja. Demikian pula untuk pencapaian angka 108 kematian diare pada balita tahun 2001 yang terpaut 2,97 dengan target tahun 2001. Bila dibandingkan dengan target tahun 2010 bahkan masih lebih jauh lagi kematian pneumonia: 2, kematian diare: 1.

2. Morbiditas

Penyakit-penyakit yang tercantum dalam indikator Indonesia Sehat adalah penyakit-penyakit yang berkaitan dengan komitmen global. Untuk malaria, indikator yang digunakan adalah Annual Parasite Incidence API dengan mengacu angka dari Jawa-Bali. Beberapa tahun terakhir ini malaria memang cenderung meningkat reemerging. Oleh karena itu maka target tahun 2001 yang sebesar 0,45 per-1.000, hanya tercapai 0,62 per-1.000. Ke target tahun 2010 yang 0,5 per-1.000 masih agak jauh. DBD juga cenderung meningkat dan bahkan menyebar. Target angka kesakitan BDB tahun 2001 sebesar 5,7 per-100.000 tidak tercapai, karena pada kenyataannya angka kesakitan BDB di tahun 2001 justru melonjak menjadi 17,2 per 100.000. Tentu saja untuk mencapai target tahun 2010 yang 1 per-100.000 diperlukan kerja keras. Pemberantasan TBC dari sisi pengobatannya tampaknya cukup menggembirakan. Target kesembuhan penderita TBC tahun 2001 yang sebesar 85, ternyata dapat dicapai. Dengan demikian ke arah pencapaian target tahun 2010 85 akan lebih mudah. Prevalensi HIVAIDS sejauh ini juga masih dapat dipertahankan 1, walaupun di beberapa kantung memang terjadi peningkatan. Bila upaya-upaya untuk meredam peningkatan ini dapat dilakukan, maka target tahun 2010 untuk setidak-tidaknya mempertahankan pervalensi tetap 1 akan tercapai. Sementara itu, menuju ke arah Indonesia Bebas Polio, target AFP 1 tampaknya akan dapat dicapai, walaupun target tahun 2001 yang sebesar 0,6 pencapaiannya meleset sedikit pencapaian tahun 2001:1. 3. Status Gizi BBLR diharapkan pada tahun 2010 tinggal 5, dan target tahun 2001 adalah 13. Ternyata target tahun 2001 ini telah dapat jauh terlampaui, karena di tahun 2001 ini BBLR dilaporkan hanya ada 6,9. Namun demikian gizi balita tampaknya belum berhasil ditangani dengan baik. Target balita bergizi baik sebanyak 80 baik untuk tahun 2001 maupun 2010, ternyata hanya tercapai 64,14 di tahun 2001. Persentase ibu hamil yang anemia yang pada tahun 2010 ditargetkan 45 dan di tahun 2001 50 ternyata tercapai 50,9. Ini berarti pencapaian tidak jauh dari target yang diharapkan. Pencapaian target penurunan prevalensi GAKY juga sangat menggembirakan. Target tahun 2001 yang 64,5 ternyata jauh terlampui sehingga mencapai 17,91, walaupun ini masih jauh dari target tahun 2010 yang hanya 6. Sedangkan persentase WUS yang menderita KEK, target 20 belum dapat dicapai 21,53. Padahal target tahun 2010 masih jauh 10.

B. HASIL ANTARA 1. Keadaan Lingkungan

Persentase keluarga yang memiliki air minum sehat pada tahun 2001 ditargetkan sebanyak 77,5. Walaupun meleset, tetapi pencapaian tahun 2001 cukup memuaskan 75. Namun demikian ke arah target tahun 2010 yang 94 memang masih jauh.