Kurang Energi Kronis KEK

54 GAMBAR 19 PERSENTASE WANITA USIA SUBUR DENGAN LILA 23,5 CM SUSENAS 1999-2000 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 Kelompok Umur L IL A 2 3 .5 c m 1999 2000 Dari penelitian Susenas selama 3 tahun terakhir diperoleh gambaran KEK secara nasional seperti terlihat pada Gambar 20 berikut. GAMBAR 20 PERSENTASE KEK PADA WANITA USIA SUBUR 15-49 TAHUN TAHUN 1999-2001 19.1 21.5 24.9 15 17 19 21 23 25 27 29 1999 2000 2001 KEK WUS Sumber: Hasil SUSENAS, BPS

d. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Untuk mengetahui masalah kurang yodium, telah dilakukan survei nasional tahun 1980 dan 1998. Pada tahun 1980, prevalensi gangguan akibat kurang yodium GAKY pada anak usia sekolah adalah 30, prevalensi ini menurun menjadi 9,8 pada tahun 1998. Walaupun terjadi penurunan yang cukup berarti, GAKY masih dianggap masalah kesehatan masyarakat, karena secara umum prevalensi masih di atas 5. Hasil Susenas menunjukkan persentase rumah tangga yang mengkonsumsi garam dengan kandungan yodium cukup antara tahun 1999 sampai 2001 mengalami pening- katan yaitu dari 63,56 tahun 1999 menjadi 64,48 tahun 2000, dan 65,43 tahun 2001. Sedangkan persentase keluarga yang mengkonsumsi garam tanpa yodium pada kurun waktu yang sama adalah 18,49 tahun 1999, menurun menjadi 17,03 tahun 2000, dan meningkat kembali menjadi 17,91 tahun 2001.

e. Prevalensi Anemia Gizi

Kajian SKRT 1995 menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada ibu hamil adalah 50,9, pada wanita usia subur 39,5, pada remaja putri 57,1, dan pada Balita 40,5. 55

B. KEADAAN LINGKUNGAN

Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan indikator-indikator yang merupakan hasil dari upaya sektor kesehatan dan hasil dari upaya sektor-sektor lain yang sangat terkait. Indikator-indikator tersebut adalah: Persentase Keluarga Yang Memiliki Persediaan Air Minum Sehat, Persentase Keluarga Yang Memiliki Akses Terhadap Jamban Sehat, Persentase Keluarga Yang Mengelola Sampahnya Dengan Aman, Persentase Keluarga Yang Mengelola Air Limbahnya Dengan Aman, Laju Pertumbuhan Penduduk, Prevalensi Akseptor KB, Persentase Penduduk Yang Tinggal Di Perkotaan, Persentase Penduduk Miskin, Persentase Angkatan Kerja Yang Menganggur, Persentase Penduduk Yang Melek Huruf, dan Pendapatan Penduduk Per-Kapita.

1. Persediaan Air Minum Sehat

Sumber air minum dibedakan menjadi dua jenis sumber yakni sumber air minum terlindung dan tidak terlindung. Sumber air minum terlindung jenis sarana yang dianggap memenuhi persyaratan kesehatan adalah air kemasan, ledeng, pompa, sumur terlindung dan mata air terlindung. Susenas 2001 memberi gambaran bahwa 75 rumah tangga telah menggunakan sumber air terlindung, 83 ditemukan di Jawa-Bali diikuti Kawasan Timur Indonesia KTI 60, dan Sumatera 59. Di antara wilayah KTI, persentase penduduk yang menggunakan sumber air terlindung yang terendah adalah di Kalimantan 41,2. Jenis sumber air terbanyak didominasi oleh sumur terlindung dan ditemukan paling banyak digunakan penduduk di Jawa-Bali. Penggunaan ledeng sebagai sumber air baru 19,5 dan paling tinggi persentasenya ditemukan di Kawasan Timur Indonesia yaitu Sulawesi dan Kalimantan. Pemakaian ledeng paling banyak digunakan oleh keluarga di daerah perkotaan 35,9, di perdesaan hanya 6,8. Sedangkan pemakaian sumur terlindung ditemukan paling banyak pada keluarga di daerah perdesaan 36,3, di perkotaan sebesar 28,0. Sumber air minum yang tidak terlindung adalah jenis sarana yang dianggap tidak memenuhi persyaratan kesehatan seperti sumur yang tidak terlindung, air sungai, penampungan air hujan, dan mata air tidak terlindung. Rincian persentase keluarga menurut sumber air minum berdasar kawasan pada tahun 2001 dapat dilihat pada tabel berikut. Apabila persediaan air minum sehat adalah air kemasan, ledeng, pompa, sumur terlindung, dan mata air terlindung, maka dapat dikatakan bahwa keluarga di Indonesia yang memiliki persediaan air minum sehat baru 75.