63
GAMBAR 22 PERSENTASE PENDUDUK YANG PERNAH MENJALANI RAWAT INAP 1 TAHUN TERAKHIR
MENURUT JENIS SARANA PELAYANAN KESEHATAN DI INDONESIA TAHUN 2001
37.1 34.3
13.7 10.7
1.6 1.5
2.5 5
10 15
20 25
30 35
40 RS Pemerintah
RS Swasta Rumah Bersalin
Puskesmas Polindes
Pengobatan Tradisional Lainnya
Persen Sumber: Studi Morbiditas Susenas 1998 dan 2001, Badan Litbangkes; Publikasi Surkesnas 2001
Pola pencarian pelayanan kesehatan secara berobat jalan menurut wilayah perkotaan-perdesaan dan menurut jenis kelamin laki-perempuan terlihat tidak jauh
berbeda. Masyarakat perkotaan yang berobat jalan sebesar 42 dan masyarakat perdesaan sebesar 39, sementara itu penduduk laki-laki sebesar 40 dan penduduk
perempuan 41.
Mereka yang tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan melakukan pengobatan sendiri. Berdasarkan hasil Susenas 1998 dan 2001, masyarakat yang melakukan upaya
pengobatan sendiri mengalami penurunan dari 62,2 pada tahun 1998 menjadi 56,3 pada tahun 2001. Adapun perbandingan jenis pengobatan yang dipilih masyarakat dapat
dilihat pada Tabel 31 berikut.
TABEL 31 PERSENTASE PENDUDUK MENGELUHKAN KESEHATANNYA YANG MENCARI
PENGOBATAN SENDIRI DAN JENIS OBAT YANG DIGUNAKAN DI INDONESIA TAHUN 2001
Jenis Obat yang Digunakan No. Variabel
Mengobati Sendiri
Modern Tradisional Lainnya 1 Menurut
pelaksanaan - Susenas 1998
62,2 88,5
15,2 2,4
- Susenas 2001 56,3
84,3 28,7
8,5 2 Menurut wilayah
- Perdesaan 55,8
82,8 30,2
8,9 - Perkotaan
56,7 85,9
26,9 7,9
3 Menurut jenis kelamin
- Laki-laki 57,4
84,1 28,9
8,4 - Perempuan
55,1 84,4
28,5 8,5
Sumber: Publikasi Surkesnas 2001, Badan Litbangkes Depkes RI
64
4. Pengembangan UKBM
Sebagai indikator peran aktif masyarakat melalui pengembangan UKBM digunakan persentase desa yang memiliki Posyandu. Karena belum tersedia data tahun
2001 tentang kepemilikan Posyandu, maka digunakan data Potensi Desa PODES tahun 2000.
Dari hasil PODES tahun 2000 dilaporkan desa yang memiliki Posyandu 92. Di antara desa yang tidak memiliki Posyandu, 50 menyatakan mudah menjangkau
Posyandu. Berdasarkan data tersebut secara keseluruhan 96 desa secara fisik akses ke Posyandu dengan mudah. Dari tabel berikut ini terlihat bahwa 40 Balita dilaporkan
dibawa ke Posyandu dalam 1 bulan terakhir dan 28 Balita tidak pernah dibawa mengunjungi Posyandu.
Jika diperhatikan menurut kelompok umur Balita menunjukkan bahwa selama 1 bulan terakhir persentase bayi 0-11 bulan yang dibawa ke Posyandu sebesar 53,9.
Selanjutnya persentase tersebut terlihat menurun seiring dengan meningkatnya umur, yaitu 49 untuk kelompok umur 12-23 bulan dan 32 untuk kelompok umur 24-59
bulan.
Persentase Balita yang dibawa ke Posyandu satu bulan terakhir beragam menurut kawasanprovinsi. Persentase tertinggi di Provinsi Nusa Tenggara Timur 55,7, DI
Yogyakarta 55,4, Jawa Tengah 54,3. Sedangkan yang terendah di Sumatera Utara 17,6, Bangka Belitung 20,6, dan Gorontalo 23,3. Di daerah perkotaan lebih
banyak Balita yang tidak pernah dibawa ke Posyandu 30,6 dibandingkan di daerah perdesaan 25,7.
TABEL 32 PERSENTASE BALITA YANG DIBAWA KE POSYANDU
DI INDONESIA TAHUN 2001
Persentase Balita Dibawa ke Posyandu Variabel
1 bulan yang lalu 1-2 bulan yang lalu 2 bulan yang lalu Tidak pernah
Kawasan Sumatera
Jawa Bali KTI
Kalimantan Sulawesi
NTBNTTPapua 28,2
45,7 34,3
27,3 28,5
50,5 15,5
16,3 15,1
13,9 15,2
15,9 20,1
13,3 20,0
20,3 21,0
17,9 36,2
24,2 30,6
38,4 35,3
15,8
Daerah Perkotaan
Perdesaan 40,8
39,4 14,5
17,3 14,1
17,7 30,6
25,7 INDONESIA
40,0 16,1 16,2 27,7
Sumber: Publikasi Surkesnas 2001, Badan Litbangkes Depkes RI
65
D. KEADAAN PELAYANAN KESEHATAN
Gambaran keadaan pelayanan kesehatan disajikan melalui uraian tentang indikator-indikator Rasio Puskesmas Terhadap Penduduk, Rasio Puskesmas Pembantu
Terhadap Penduduk, Rasio Puskesmas Keliling Terhadap Puskesmas, Rasio Rumah Sakit Terhadap Penduduk, Rasio Tempat Tidur Terhadap Penduduk, Persentase Penduduk
Yang Puas Memanfaatkan Rawat Inap, dan Persentase Penduduk Yang Tercakup Jaminan Pembiayaan Kesehatan.
1. Puskesmas, Puskesmas Pembantu, dan Puskesmas Keliling
Distribusi Puskesmas dan Puskesmas Pembantu sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dasar telah lebih merata. Bila pada tahun 1995 jumlah Puskesmas sebanyak
7.038 buah dan Puskesmas Pembantu 20.286 buah, pada tahun 2001 jumlah Puskesmas meningkat menjadi 7.277 buah dan Puskesmas Pembantu sejumlah 21.587 buah. Dengan
demikian rata-rata rasio Puskesmas terhadap 100.000 penduduk adalah 3,5 dan rasio Puskesmas Pembantu terhadap Puskesmas adalah 2,9:1. Ini berarti bahwa setiap 100.000
penduduk rata-rata dilayani oleh 3 atau 4 Puskesmas. Gambaran rasio Puskesmas per 100.000 penduduk menurut provinsi dapat dilihat pada Gambar 23 dan data secara rinci
dapat dilihat pada Lampiran 60.
GAMBAR 23 RASIO PUSKESMAS PER 100.000 PENDUDUK
MENURUT PROVINSI TAHUN 2001
8.81 8.61
7.83 7.63
6.95 6.39
6.22 6.15
5.46 5.19
5.12 5.05
4.99 4.96
4.84 4.76
4.56 4.48
3.9 3.48
3.46 3.41
3.4 3.32
3.09 2.99
2.8 2.76
2.61 2.31
Papua Sulawesi Tenggara
Maluku Kalimantan Tengah
Bengkulu Sulawesi Tengah
Kalimantan Timur Kalimantan Selatan
Nangroe Aceh Darussalam Nusa Tenggara Timur
Sulawesi Utara Maluku Utara
Gorontalo Kalimantan Barat
Bangka Belitung Jambi
Sulawesi Selatan Sumatera Barat
DI Yogyakarta Sumatera Utara
Bali Sumatera Selatan
DKI Jakarta Riau
Nusa Tenggara Barat Lampung
Jawa Tengah Jawa Barat
Jawa Timur Banten
2 4
6 8
10
Rasio Puskesmas 100.000 Pddk
Indonesia 3,56
Bila dibandingkan dengan konsep wilayah kerja Puskesmas, di mana sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000 penduduk, maka jumlah
Puskesmas per 30.000 penduduk pada tahun 2001 rata-rata adalah 1,1 unit. Ini berarti bahwa secara nasional Puskesmas diharapkan sudah dapat menjangkau penduduk sasaran
di wilayah kerjanya.
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas, sejak Repelita III sejumlah Puskesmas telah ditingkatkan fungsinya menjadi Puskesmas dengan tempat
perawatan. Puskesmas Perawatan ini terutama yang berlokasi jauh dari rumah sakit, di