KEADAAN EKONOMI I GAM BARAN U M U M

6 Indeks Harga Konsumen IHK dari 43 kota menunjukkan adanya peningkatan menjelang akhir tahun 2001. Yaitu misalnya dari 237,92 pada bulan Agustus 2001 menjadi 239,44 pada bulan September 2001. Hal ini menunjukkan bahwa laju inflasi bulanan pada bulan September itu adalah 0,64. Angka inflasi sebesar ini berarti telah terjadi kenaikan inflasi sebesar 0,21 dibanding bulan-bulan sebelumnya. Dalam memorandum antara Pemerintah Indonesia dengan IMF tercantum bahwa target inflasi untuk tahun 2001 adalah 9-11. Selama tahun 2001, ternyata inflasi berkisar di atas angka 8. Tentang isu-isu khusus terdapat dua hal yang penting untuk dikemukakan, yaitu pariwisata dan ketenagakerjaan. Selama dua tahun sejak krisis ekonomi tahun 1997, jumlah wisatawan mancanegara wisman yang berkunjung ke Indonesia melalui 13 pintu gerbang menunjukkan peningkatan. Ini mungkin disebabkan oleh peningkatan stabilitas politik dan keamanan serta rendahnya nilai tukar rupiah. Keadaan ini ternyata tidak berubah sampai hampir sepanjang tahun 2001. Bahkan bila dibanding tahun 2000, dapat dikatakan telah terjadi peningkatan hampir 5. Masalah utama di bidang ketenagakerjaan adalah tingginya pertumbuhan dan rendahnya kualitas. Dari jumlah penduduk usia kerja yang ada di Indonesia, hanya lebih kurang 95 yang bekerja, yang terdiri atas sekitar 62 laki-laki dan 38 perempuan. Dari jumlah tersebut sekitar 39 berada di perkotaan, dan 61 di perdesaan. Kualitas mereka ternyata memang rendah. Sekitar 60 dari mereka hanya memiliki latar belakang pendidikan SD atau sederajat dan 16 berpendidikan SLTP atau sederajat. Hanya sekitar 19,5 yang memiliki latar pendidikan SLTA atau sederajat dan 4,5 berpendidikan perguruan tinggi.

C. KEADAAN PENDIDIKAN

Uraian tentang keadaan pendidikan berikut ini sebagian besar juga diambil dari buku Statistik Kesejahteraan Rakyat 2001 terbitan Badan Pusat Statistik. Menurut dokumen ini, persentase penduduk berusia 10 tahun ke atas yang tidakbelum pernah bersekolah adalah 10,25. Angka persentase terendah adalah di provinsi Sulawesi Utara yaitu hanya 1,35 penduduknya yang tidakbelum pernah bersekolah, sedangkan yang tertinggi di Papua, yaitu sebesar 28,17. Sementara itu secara nasional penduduk usia 10 tahun ke atas yang masih bersekolah sebesar 19,57 terdiri dari 8,63 bersekolah di SDMI, 5,91 di SLTPMTs, 3,67 di SMUSMKMA, dan 1,36 di akademiUniversitas. Secara nasional penduduk berumur 10 tahun keatas yang tidakbelum pernah sekolah sebagian besar tinggal di perdesaan 13,69 dibanding di perkotaan 5,84. Dibandingkan menurut jenis kelamin, terlihat penduduk perempuan yang tidakbelum pernah sekolah besarnya dua kali lipat penduduk laki-laki 13,93 berbanding 6,51. Hal ini terutama disebabkan tingginya angka persentase penduduk perempuan yang tidak belum pernah sekolah pada kelompok umur dewasatua. Gambaran proporsi penduduk Indonesia berumur 10 tahun ke atas menurut status pendidikan pada tahun 2001 dapat dilihat pada Gambar 2. 7 Masih Sekolah 19.6 TidakBelum Sekolah 10.3 Tidak Sekolah Lagi 70.2 SDMI 44.1 SLTPMTs 30.2 SMUSMKMA 18.8 DIUniversitas 6.9 GAMBAR 2 PROPORSI PENDUDUK INDONESIA BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS MENURUT STATUS PENDIDIKAN TAHUN 2001 Pada kelompok umur muda, angka persentase penduduk yang tidakbelum pernah sekolah relatif berimbang antara laki-laki dan perempuan. Hal ini dapat dilihat dari Angka Partisipasi Sekolah APS. Secara umum APS perempuan lebih besar dibanding APS laki-laki pada kelompok umur 7-12 tahun dan 13-15 tahun. Sementara pada kelompok umur 16-18 tahun, APS laki-laki lebih tinggi dibanding APS perempuan. Sedangkan dari segi tempat tinggal, dikatakan bahwa APS penduduk perkotaan lebih besar bila dibanding dengan APS penduduk perdesaan. Hal ini terjadi untuk semua kelompok umur, baik laki-laki maupun perempuan. Perbedaan menjadi semakin besar pada kelompok-kelompok umur yang lebih tua. Sebagaimana APS, Angka Partisipasi Murni APM di daerah perkotaan juga lebih tinggi dibanding APM di daerah perdesaan untuk semua kelompok umur sekolah. APM menyatakan banyaknya penduduk usia sekolah yang masih sekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai. APM SDMI di perkotaan sebesar 93,09, sementara di perdesaan hanya sebesar 92,74. APM SLTPMTs. di perkotaan sebesar 71,54, sedangkan di perdesaan hanya sebesar 52,86. Sementara itu APM SMUSMK adalah 51,78 di perkotaan dan 24,39 di perdesaan. IjazahSTTB tertinggi yang dimiliki penduduk merupakan indikator pokok kualitas pendidikan formal. Semakin tinggi ijazahSTTB yang dimiliki oleh rata-rata penduduk suatu negara mencerminkan semakin tingginya taraf intelektualitas bangsa dari negara tersebut. Di Indonesia pada tahun 2001, penduduk berumur 10 tahun ke atas yang tidakbelum memiliki ijazahSTTB sebanyak 34,36. Sedangkan yang sudah memiliki ijazah terdiri atas tamat SDMI sebanyak 32,80, tamat SLTPMTs sebanyak 14,84, tamat SMUSMK sebanyak 14,70, dan tamat Perguruan Tinggi sebanyak 3,31. Dilihat dari segi jenis kelamin, ijazahSTTB yang dimiliki oleh penduduk laki- laki ternyata masih lebih baik bila dibanding yang dimiliki perempuan. Sementara bila dilihat dari segi tempat tinggal, ijazahSTTB yang dimiliki penduduk yang tinggal di perkotaan lebih baik dibanding yang dimiliki oleh mereka yang tinggal di perdesaan. Kemampuan membaca dan menulis atau baca-tulis merupakan keterampilan minimum yang dibutuhkan oleh penduduk untuk mencapai kesejahteraannya. Kemampuan baca-tulis ini tercermin dari Angka Melek Huruf, yaitu persentase penduduk umur 10 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya. Secara nasional diketahui bahwa penduduk yang dapat membaca huruf latin sebanyak 88,25. Sedangkan mereka yang dapat membaca huruf lainnya sebanyak 1,02 dan