66
jalur-jalur jalan raya yang rawan kecelakaan, serta di wilayah atau pulau-pulau yang terpencil. Pada tahun 2001 jumlah Puskesmas Perawatan telah meningkat menjadi 1.818.
Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 61.
Sementara itu, jika dilihat rasio Puskesmas Pembantu per 100.000 penduduk maka secara nasional pada tahun 2001 adalah 10,5 per 100.000 penduduk. Gambaran
jumlah Puskesmas Pembantu per 100.000 penduduk menurut provinsi tahun 2001 dapat dilihat pada Gambar 24 dan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 60.
GAMBAR 24 RASIO PUSKESMAS PEMBANTU PER 100.000
PENDUDUK MENURUT PROVINSI TAHUN 2001
40.48 33.77
31.88 31.27
30.92 29.67
26.31 24.4
23.96 23.27
21.08 19.96
19.61 19.39
18.45 18.27
15.36 15.23
14.72 14.62
14.09 13.2
11.16 10.03
9.66 6.37
6.05 4.05
3.6 Kalimantan Tengah
Sulawesi Tengah Papua
Sulawesi Tenggara Gorontalo
Bengkulu Sulawesi Utara
Jambi Maluku
Kalimantan Timur Maluku Utara
Kalimanan Selatan Nusa Tenggara Timur
Nangroe Aceh Darussalam Sumatera Barat
Kalimantan Barat Sumatera Utara
Bali Bangka Belitung
Sulawesi Selatan Riau
Sumatera Selatan Nusa Tenggara Barat
Lampung DI Yogyakarta
Jawa Timur Jawa Tengah
Jawa Barat Banten
10 20
30 40
50
Indonesia 10,45 Rasio Puskesmas Pemb.100.000 Pddk
Sedangkan jumlah Puskesmas Keliling mengalami penurunan. Pada tahun 2001 jumlah Puskesmas Keliling di seluruh Indonesia sebesar 5.800, dengan rasio Puskesmas
Keliling terhadap Puskesmas pada tahun 2001 adalah 0,8. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 62.
Gambar 25 berikut ini menyajikan gambaran jumlah Puskesmas, Puskesmas Perawatan, Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling.
GAMBAR 25 JUMLAH PUSKESMAS, PUSKESMAS PERAWATAN, PUSKESMAS PEMBANTU,
DAN PUSKESMAS KELILING, DI INDONESIA TAHUN 1997 – 2001
1997 1998
1999 2000
2001 5000
10000 15000
20000 25000
Puskesmas 7243
7602 7195
7237 7234
Pusk.Pwrt 1706
1783 1785
1785 1818
Pustu 21115
21881 21417
21267 21587
Pusling 6605
7035 6440
6392 5800
67
2. Rumah Sakit dan Tempat Tidur Rumah Sakit
Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana rumah sakit antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan
jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya serta rasionya terhadap jumlah penduduk. Perkembangan jumlah RS di Indonesia dari 1.145 pada tahun 2000 bertambah
menjadi 1.179 pada tahun 2001. Sedangkan jumlah tempat tidur rumah sakit pada tahun 2001 sebanyak tempat tidur sebanyak 127.217 buah. Ini berarti bahwa Rasio Rumah
Sakit Terhadap Penduduk adalah 2,8 RS per 500.000 penduduk. Sedangkan Rasio Tempat Tidur Terhadap Penduduk adalah 61 TT per 100.000 penduduk. Jumlah RSU, RS
Jiwa, RS Khusus lainnya, dan tempat tidur, serta rasio TT100.000 penduduk pada tahun 1996 - 2001 disajikan pada Tabel 33 berikut ini.
TABEL 33 JUMLAH RSU, RS JIWA, RS KHUSUS LAINNYA, DAN TEMPAT TIDUR TT
SERTA RASIO TT 100.000 PENDUDUK TAHUN 1996 - 2001
Indikator 1996 1997 1998 1999 2000 2001
Jumlah RS Umum Jumlah Tempat Tidur
Rasio TT100000 penduduk Jumlah RS Jiwa
Jumlah Tempat Tidur Rasio TT100000 penduduk
Jumlah RS Khusus Lainnya Jumlah Tempat Tidur
Rasio TT100000 penduduk 858
102.042 51,48
49 8.187
4,13 167
9.845 4,97
873 103.886
51,65 49
8.208 4,08
168 9.902
4,92 888
105.274 43,79
50 7.921
3,29 174
9.973 4,14
887 105.783
51,66 50
7.863 3,84
174 9.952
4,86 910
107.537 52,86
50 7.834
3,85 185
10.136 4,98
935 109.948
54,64 50
7.834 3,89
193 10.502
5,22
Tabel di atas memberikan informasi bahwa perkembangan jumlah sarana rumah sakit pada tahun 1996 sampai dengan tahun 2001 cenderung meningkat. Bila dilihat menurut
kepemilikannya, jumlah RS Pemerintah sebanyak 598 RS 50,7 dan jumlah RS Non Pemerintah sebanyak 581 RS 49,3. Dari seluruh rumah sakit tersebut, 935 RS 79,3
merupakan RS Umum dan 244 RS 20,7 adalah RS Khusus. Apabila dilihat distribusinya menurut provinsi, terlihat bahwa provinsi yang mempunyai rumah sakit terbanyak adalah
Jawa Tengah 165 RS dan yang paling sedikit di Provinsi Gorontalo 3 RS. Jumlah RS menurut provinsi dan pengelolanya pada tahun 2001 disajikan pada Lampiran 63.
Sementara itu perkembangan data RSU yang dikelola Depkes dan Pemda menurut kelasnya pada tahun 1991 - 2001 disajikan pada Tabel 34 berikut ini.
TABEL 34 JUMLAH RSU YANG DIKELOLA DEPKES DAN PEMDA DAN TEMPAT TIDUR
MENURUT KELAS TAHUN 1991 – 2001 KELAS
RSU 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001
Kelas A Jumlah RS 3
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
Tempat Tidur 3.041 3.450 3.452
3.496 3.481
3.610 3.534
3.559 3.856 3.810 3.702
Kelas B
Jumlah RS
24 29 33 34
41 42
54 54
59 59 60 Tempat Tidur 12.501 13.740 15.088 15.458 17.002 17.163 20.298 20.145 21.151 20.983 21.407
Kelas C
Jumlah RS
121 127 168 167
173 194
213 219
225 225 228 Tempat Tidur 20.023 19.923 22.534 22.782 22.153 23.542 22.881 23.483 23.421 23.767 24.097
Kelas D Jumlah RS 184
175 132
131 120
100 71
68 51
54 52
Tempat Tidur 11.617
10.501 6.915 7.077
6.456 5.307
3.721 3.569
3.244 2.722 2.572 Jumlah
RSU 332 335 337
336 338
340 342
345 339 342 344
Tempat Tidur 47.182 47.614 47.989 48.813 49.092 49.622 50.434 50.746 50.839 51.282 51.778
68
Tabel di atas memberikan informasi bahwa pada periode 1991 - 2001 jumlah RSU Kelas B dan Kelas C mengalami kenaikan, sedangkan jumlah RSU Kelas D justru
mengalami penurunan. Hal ini disebabkan perubahan status kelas RSU pada periode tersebut, baik dari kelas D menjadi kelas C maupun dari kelas C menjadi kelas B, di
samping memang adanya pembangunan rumah sakit baru.
Dalam rangka mengetahui seberapa jauh upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit tercapai, telah dilakukan pengembangan sistem akreditasi rumah sakit yang dimulai
sejak tahun 1996. Telah dilakukan akreditasi terhadap rumah sakit, baik yang dikelola pemerintah, swasta, BUMN, maupun TNI-POLRI. Sampai dengan Desember 2000 telah
dinyatakan lulus akreditasi 5 pelayanan sebanyak 312 rumah sakit dari 1.145 rumah sakit yang ada 27,2. Apabila dilihat dari kepemilikan, maka rumah sakit pemerintah yang
telah lulus akreditasi tersebut adalah 181 dari 416 rumah sakit 44, swasta 115 dari 550 rumah sakit 20,9, BUMN 13 dari 68 rumah sakit yang ada 19,1, TNI-POLRI
3 dari 111 rumah sakit yang ada 2,7. Untuk rumah sakit swasta, yang terbanyak lulus akreditasi 5 pelayanan adalah di wilayah DKI Jakarta, diikuti DI Yogyakarta, dan Bali.
Pada umumnya rujukan dilaksanakan dari unit pelayanan kesehatan pemerintah atau swasta ke RS Pemerintah RSURSUD yang lebih lengkap baik sumber daya
manusia, fasilitas, maupun sarananya. Secara nasional rujukan dari unit pelayanan kesehatan yang kurang lengkap SDM dan fasilitassarana kesehatannya ke unit yang lebih
lengkap melebihi 5, sedangkan rujukan sebaliknya kurang dari 5. Tetapi apabila dilihat per provinsi sangat bervariasi. Persentase rujukan dari bawah terbanyak adalah di
Provinsi Bengkulu 19,9, dan paling sedikit adalah di Kalimantan Selatan 1,3. Persentase rujukan dari atas terbanyak di Provinsi Kalimantan Timur 1,7 sedangkan
yang sedikit 0,1 adalah Sumatera Utara, Jambi, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Papua.
3. Kepuasan Penduduk Yang Memanfaatkan Pelayanan Kesehatan
Di antara penduduk yang berobat jalan, hanya sebesar 33,4 yang berobat jalan ke Puskesmas dan Puskesmas Pembantu, 27,5 ke dokter praktek, 7,1 ke rumah sakit,
27,5 ke petugas kesehatan, dan 3,5 ke pengobatan tradisionalPolindesPosyandu. Meskipun angka rata-rata kunjungan per hari di Puskesmas pada tahun 1996
sudah cukup tinggi 108 kunjunganPuskesmashari, namun saat ini tidak sedikit Puskesmas yang kunjungan rata-ratanya per hari di bawah 10 orang.
Pemanfaatan rumah sakit juga diukur dengan Bed Occupancy Rate BOR, Length of Stay LOS, Turn Over Interval TOI, Bed Turn Over BTO, Net Death Rate
NDR, dan Gross Death Rate GDR. Secara nasional rata-rata BOR sebesar 55, LOS adalah 5 hari, TOI 4 hari, BTO
40 kali, NDR 18 pasien per 1.000 pasien keluar, dan GDR 37 pasien per 1.000 pasien keluar. Rincian menurut provinsi, hampir seluruh BOR, LOS, TOI, BTO, NDR, dan
GDR di rumah sakit mendekati angka rata-rata nasional. Terlihat bahwa BOR tertinggi adalah untuk rumah sakit di Kalimantan Timur sebesar 64.8, sedangkan yang
terendah di Bengkulu sebesar 41,5, sementara itu LOS hampir merata, TOI yang tertinggi di Bengkulu 7 hari dan yang terendah di Lampung 3 hari.
Persentase penduduk yang akses pada pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan rawat inap pada 1 tahun terakhir secara nasional tahun 2001 yang terbanyak
pada rumah sakit pemerintah 37,94, rumah sakit swasta 34,26, dan rumah bersalin