110
d. Keadilan
Nilai keadilan ditunjukkan melalui sikap pamong kepada peserta didik yang tidak pilih kasih terhadap peserta didik seperti yang diungkapkan oleh
kepala sekolah berdasarkan hasil wawancara. Pada hari Rabu, 15 Juni 2015 saat peneliti menanyakan bagaimana cara kepala sekolah dan pamong
menanamkan nilai keadilan kepada peserta didik, AR mengungkapkan: “Yang saya lihat setiap hari itu pamong tidak pernah membeda-
bedakan anak. Pamong itu sudah luar biasa, mengerti setiap kebutuhan anak didiknya, baik anak yang normal maupun ABK, tidak ada pilih
kasih. Yang saya lihat dari setiap paginya, kalo saya masuk kelas itu pamong memperlakukan semua anak didiknya sama, juga dalam
pembagian kelompok.” Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan pamong pada
wawancara hari Selasa, 17 Mei 2016 saat ditanya tentang nilai keadilan, Lr memberi keterangan bahwa tidak ada pembedaan kelas unggulan, rendah,
ataupun kaya, semuanya diperlakukan sama dan untuk anak ABK ada penilaian khusus yang diberikan saat pemberian soal dan nilai, seperti
keterangannya: “Iya itu sesuai dengan porsinya masing-masing, juga di sini selalu
menerapkan seperti itu. Jadi sebetulnya kita mengelompokkan secara tidak langsung, misalnya anak yang kurang pinter atau ABK itu kita
cuma suruh menghitung 1 sampai 100 atau 200 dan anak yang pinter ngitung 1 sampai 1000, ya kita soalnya dibedakan. Nilai 7 anak A sama
anak Y itu beda, sama-sama angka 7 tapi kondisinya berbeda. Orangtua pun dikasih tahu. Di sekolah ini kita juga tidak membeda-
bedakan ada kelas unggulan, ada kelas rendahan, ada kelas setengahan, ada kelas kaya, itu engga.
” Hasil wawancara dengan pamong lainnya terlampir.
Hasil wawancara dengan pamong didukung oleh hasil wawancara
dengan peserta didik. Saat peneliti bertanya apakah bapakibu guru pilih kasih,
111
Ft menjawab, “Ga pernah, tapi kalo yang bandel ya dibilangin.”, Vn juga menjawab. “Ga pernah.” Lampiran 8.
Hasil wawancara dengan kepala sekolah, pamong dan peserta didik diperkuat dengan hasil pengamatan selama peneliti melakukan observasi.
Berdasarkan hasil pengamatan terlihat pamong tidak pilih kasih terhadap peserta didik baik yang normal maupun ABK. Pamong memberikan
kesempatan untuk memperoleh poin kepada seluruh peserta didik secara adil. Begitu juga dalam hal membentuk kelompok, pamong membagi-bagi peserta
didik secara adil, dalam setiap kelompok terdapat peserta didik yang pintar dan yang kurang Lampiran 2. Hal ini dilakukan oleh pamong agar peserta
didik yang pintar dapat mengajari temannya yang kurang. Pada hari Jumat, 03 Juni 2016 peserta didik mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karawitan.
Pamong yang mengajar karawitan tidak pilih kasih kepada peserta didik, hal ini terlihat saat peserta didik ABK juga ikut serta dan tidak ada pembedaan
perlakuan. Hasil wawancara dan observasi diperkuat dengan hasil dokumentasi kegiatan ekstrakurikuler karawitan Gambar 30 dan 31
terlampir. Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi dapat
disimpulkan bahwa pamong sudah menanamkan nilai keadilan. Pamong tidak membeda-bedakan antara peserta didik yang pintar atau kurang dan peserta
didik yang normal atau ABK baik dalam hal bekerja kelompok, kegiatan ekstrakurikuler dan perolehan poin.
112
e. Demokrasi