98
didik, mengibaratkan peserta didik ada di tiga posisi yaitu sebagai teman, bos dan anak didik. Namun, pamong juga memberikan hukuman dan perintah
kepada peserta didik jika melakukan hal yang tidak baik secara berulang- ulang. Cara-cara tersebut dilakukan oleh kepala sekolah beserta pamong guna
membangun budi pekerti peserta didik sesuai dengan ajaran Ki Hajar Dewantara.
b. Metode ngerti
Dalam mengembangkan pendidikan budi pekerti pamong berusaha menanamkan pengetahuan tingkah laku dan tata krama yang baik, sopan
santun dan nilai-nilai kebaikan seperti yang disampaikan kepala sekolah berdasarkan wawancara. Pada hari Rabu, 15 Juni 2016 AR menyatakan
bahwa kepala sekolah beserta para pamong berusaha menanamkan nilai-nilai budi pekerti sesuai ajaran Ki Hajar Dewantara. AR mengatakan:
“Kami menanamkan semua. Apalagi contoh-contoh yang tua, sudah luar biasa, sudah sesuai dengan ajaran Ki Hajar Dewantoro. Nilai
kesopanan, nilai kedisiplinan, sopan santun, ramah tamah kepada orang dan nilai yang lainnya. Dan dalam setiap rapat, rasa cinta tanah
air dan suku bangsa itu kita tanamkan dengan menyanyikan lagu Jawa
sebelum memulai rapat.” Pernyataan AR didukung hasil wawancara dengan pamong. Pada hari
Selasa , 9 Juni 2016 AS mengatakan bahwa nilai-nilai yang dikembangkan seperti nilai kesopanan, menghormati guru, nilai-nilai kedisplinan dan lain-
lain. Saat peneliti menanyakan bagaimana menanamkan pengetahuan tingkah laku baik, sopan santun dan tata krama, AS menjawab,
“Biasanya anak-anak
99
sering saya beri nasehat, tapi terkadang anak itu malah bosan kalau dinasehati terus jadi kadang saya selipkan pada saat mata pelajaran tertentu seperti Pkn,
Agama, mapel Ketamansiswaan dan budi pekerti...”. Selain mengajarkan pengetahuan tingkah laku dan nilai-nilai yang
baik, Lr juga bahwa ia sering mengajak anak berdiskusi dengan topik-topik yang membangun seperti peristiwa-peristiwa sosial yang terjadi di Indonesia.
Lr mengungkapkan: “Biasanya saya sering ajak anak berdiskusi, saya bentuk kelompok dan
saya beri topik, topiknya nanti tentang hal-hal yang membangun trus nanti bangsanya jadi seperti apa dan bagaimana, seperti itu. Saya juga
kadang mengambil topik mengenai peristiwa-peristiwa sosial yang terjadi di Indonesia. Terus anak-anak langsung mengutarakan
pendapatnya masing-
masing.” Hasil wawancara dengan AS juga didapatkan data bahwa pengetahuan
hakikat hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara diajarkan dalam mata pelajaran PKn, bagaimana hidup rukun, saling menghargai walaupun berbeda-
beda suku dan keyakinan. Hasil wawancara dengan kepala sekolah dan pamong didukung
dengan hasil wawancara peserta didik. Saat peneliti bertanya pernah diajarkan bagaimana bertingkah laku baik, sopan santun dan tata krama yang baik, Ft
menjawab, “ Pernah. Kan setiap seminggu sekali ada misalnya keakhlakan, trus diajarkan tidak boleh gini, terus diajarkan kalau sesama teman harus
saling tolong
menolong. Satu
minggu sekali
ada pelajaran
ketamansis waannya, ada budi pekertinya.” Hasil wawancara dengan peserta
didik lainnya terlampir. Hasil wawancara kepala sekolah, pamong dan
100
peserta didukung oleh hasil dokumentasi berupa lembar tujuan sekolah dan slogan yang di tempel di dinding-dinding sekolah Gambar 2, 10, 11, 15.
Hasil wawancara dan dokumentasi diperkuat dengan hasil observasi. Pada hari Senin, 23 Mei 2016 saat pembelajaran di dalam kelas, pamong
mengajarkan peserta didik untuk bertingkah laku baik bertutur kata yang sopan, bagaimana sikap dan cara berbicara kepada sesama teman dan kepada
orang yang lebih tua. Hari Selasa, 24 Mei 2016, pada saat pembelajaran pamong mengajarkan peserta didik tentang semboyan Ing Ngarso Sung
Tulodho, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani. Pada hari Rabu, 25 Mei 2016 di sela-sela kegiatan pembelajaran pamong menyisipkan
pengetahuan kepada peserta didik bahwa tangan tidak boleh berada di bawah akan tetapi di atas yang artinya tidak boleh meminta-minta tetapi harus lebih
sering memberi Lampiran 2. Berdasarkan
hasil wawancara,
dokumentasi dan
observasi disimpulkan bahwa metode ngerti dilakukan dengan cara menanamkan
pengetahuan tingkah laku yang baik dan sopan santun, tata krama yang baik, nilai-nilai budi pekerti sesuai ajaran Ki Hajar Dewantara, dan hakikat hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
c. Metode ngrasa