Pasu-pasu Kerja Nereh Empo Pesta Adat Perkawinan

68 keluarga laki-laki dan selanjutnya ditentukan berapa besaran mas kawin yang harus dibayar oleh keluarga laki-laki kepada keluarga perempuan dan menentukan waktu dan tempat acara kerja nereh empo yang dimana dulunya untuk menentukan besar mas kawin dan menentukan acara kerja nereh empao dilaksanakan pada acara nganting manuk dan sekarang acara tersebut telah disatukan waktunya. Di desa Sugau acara maba belo selambar dan nganting manuk dilaksanakan pada siang hari dan juga akan diakhiri dengan makan bersama yang telah disiapkan oleh keluarga si laki-laki.

3.6.3 Pasu-pasu

Pasu–pasu merupakan tahap acara perkawinan masyarakat Karo yang berasal diadopsi dari ajaran agama kepercayaan yang di miliki masyarakat Karo. Acara pasu- pasu dilakukan untuk mengikat pengantin perempuan dan pengantin laki-laki kedalam satu janji dengan satu kepercayaan agama dan mendapatkan pengakuan dari agama yang merekan percayai. Di desa Sugau tahap perkawinan juga bertujuan untuk mengikat pengantin laki-laki dan pengantin perempuan kedalam satu janji dengan satu kepercayaan agama dalam keluarga tersebut dan untuk mendapatkan pengakuan dari pihak agama. Di desa Sugau acara pasu-pasu dilaksanakan pada sore hari, satu hari sebelum kerja nereh empoa. Bagi masyarakat desa Sugau yang beragama Kristen acara pasu-pasu akan dilaksanakan digereja dengan tukar cincin dan bagi masyarakat yang beragama islam acara tersebut bias dilaksanakan di masjid dan dirumah pengantin perempuan dengan acara ijab Kabul.

3.6.4. Kerja Nereh Empo Pesta Adat Perkawinan

Pada hari yang telah ditentukan waktu nganting manuk, diadakanlah pesta adat perkawinan. Hal itu sama dengan sangkep nggeluh dari kedua belah pihak yang hadir, Universitas Sumatera Utara 69 untuk memulihkan pesta perkawinan ini. Ada pun acara yang dilakukan dalam kerja nereh empo ini meliputi nangketken ose, ngelangkah, ertebe-tembe 46 , pedalan ulu emas 47 46 Ertembe-tembe diman kata ini berarti memberikan nasehat yang maknaya diaman setiap sangkep nggeluh akan memberikan nasehat kepada keluarga yang lagi membuat acara adat. 47 Perdalan ulu mas dimana kata ini terdiri dari dua pengetian perdalan artinya berjalan, memebrikan dan membayar dan ulu mas adalah hutang adat. Jadi makna dari perdalan ulu mas adalah membayarkan hutang adat kepada Kalimbubu , aturan dalam acara ini akan diatur oleh anak beru, dan semua sangkep nggeluh akan berdiri untuk memberikan kata sambutan dan nasehat kepada pengantin. Akan tetapi pernikahan tidak dianggap lengkap sebelum pembayaran mahar adat dilakukan dan peseta dilaksanakan. Pada perayaan peseta ini, penyerahaan mahar pernikahan dilakukan oleh suatu kelompok yang terdiri dari 25-35 anggota keluarga yang berkumpul bersama dalam suatu kelompok yang besar dari para tamu yang diundang Ginting,2014:52. Di desa Sugau mahar yang harus diberikan pengantin laki-laki kepada pengantin perempuan di sesuaikan dengan permintaan keluarga pengantin perempuan, segala biaya yang dikeluarkan di acara terlaksananya acara kerja nereh empo ditanggung oleh pengantin laki-laki. Pemberian terdiri dari kelompok kalimbubu, anak beru dan sukut. Kalimbubu membuat presentasi simbolik berupa barang perabotan rumah tangga, dan berbagai barang yang dipakai secara praktis, seperti ayam, bersa dan telur. Leo Jonatan Ginting 2014:53 menyebutkan bahwa bagi masyarakat Karo, ayam memiliki makna ritual, yaitu sebagai korban sajian dan digunakan untuk meramal. Beras sebagai makanan poko masyarakat Karo dan kekuatan dalam tendi jiwa adalah merupakan symbol kehidupan, seperti halnya dengan telur sebagai symbol kesuburaan. Dalam hal ini, kalimbubu menekankan peranannya sebagai “Tuhan yang kelihatan” yakni sumber berkah dari dunia. Universitas Sumatera Utara 70 Hal yang berbeda ditemukan peneliti di desa Sugau dimana barang-barang yang berupa peralatan rumah tangga tersebut sekarang ini digantikan dengan uang. Informan Herlita Br Ginting 34 tahun mengatakan. “Alasan masyarakat desa Sugau menggantikan barang-barangluah tersebut menjadi uang, agar keluarga pengantin baru tersebut dapat membelikan barang yang mereka perlukan dengan menggunakan uang tersebut dan ada juga keluarga yang menggunakan uang tersebut menjadi modal dalam membuat usaha”. Wawancara,34 Januari 2015 Tetap hal berbeda ditemukan peneliti ketika barang tersebut memiliki makna nilai ritual seperti ayam, telur dan beras dimana barang-barang tersebut tetap dipertahankan oleh masyarakat desa Sugau dan barang tersebut akan digunakan sewaktu dalam acara mukul. Gambar 3 Sukut mendengarkan nasehat dari kalimbubu Sumber: Dokumen pribadi,2014 Universitas Sumatera Utara 71

3.6.5. Mukul