Rumusan Masalah Pengalaman Lapangan

17 2. Menjalin hubungan kekeluargaan, apabila sebelumnya belum ada hubungan kekeluargaan. 3. Melanjutkan keteraturan dengan lahirnya anak laki-laki dan perempuan. 4. Menjaga kemurnian suatu keturunan. 5. Menghindari berpindahnya harta kekayaan kepada keluarga lain. 6. Mempertahankan atau memperluas hubungan kekeluargaan Pembatasan jodoh dalam perkawinan masyarakat di dunia ada larangan- larangan yang harus dipatuhi dalam memilih jodoh. Di dalam masyarakat Karo, seseorang itu dilarang kawin dengan saudara sekandungnya eksogami keluarga inti, sepemeren, seperibanen, sipengalon, sendalanen dan juga seseorang dilarang kawin dengan sesame marga eksogami marga. Misalnya seorang laki-laki bermerga Ginting kawin dengan merga Ginting karena mereka adalah sedarah, walupun mereka tidak saling kenal.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah fenomena perkawinan semerga pada masyarakat Karo di Desa Sugau. Pokok permasalahan ini akan dijabarkan ke dalam 2dua pertanyaan penelitian yaitu: 1. Bagaimana peroses perkawinan semerga bisa terjadi pada bangsa suku Karo di desa Sugau? 2. Bagaimana perubahan pada budaya Sangkep nggeluh dan Tutur Siwalu dalam perkawinan Semarga? Universitas Sumatera Utara 18

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah: 1. Untuk mengetahui fenomena terjadinya perkawinan semerga di desa Sugau. 2. Mengetahui faktor dan alasan penyebab terjadinya perkawinan semerga di desa Sugau. 3. Mengetahui perubahan pada budaya Sangkep nggeluh dan Tutur Siwalu dalam perkawinan semarga.

1.4.2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ada dua yaitu secara akademis dan secara praktis. Secara akademis adalah menambah kekhasan, keilmuan, dan kepustakaan bidang antropologi untuk dijadikan sebuah kajian dan pembelajaran sekaligus memperkaya literatur mengenai perkawinan semerga pada masyarakat Karo dan suku bangsa yang lain. Secara praktis, peneliti ini diharapkan dapat dijadikan informasi tentang sistem kekerabatan marga silima, sangkep nggeluh, tutur siwaluh di dalam perkawinan semerga, memberikan informasi mengenai semerga serta memberikan bahan dan masukan khususnya untuk masyarakat Karo.

1.5. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data dan gambaran yang mendalam tentang perubahan merga silima, sangkep nggeluh, dan tutur siwaluh, penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi etnografi. Etnografi merujuk pada defenisi Spradley 1997:3. Yang merupakan pekerjaan untuk mendekripsikan suatau budaya yang bertujuan untuk memahami suatu pandangan Universitas Sumatera Utara 19 hidup dari sudut pandang penduduk asli. Defenisi ini juga sejalan dengan pendapat Malinoski bahwa tujuan etnografi adalah memahami sudut pandang penduduk asli, hubungan dengan kehidupan untuk mendapatkan pandangan mengenai dunia. Untuk mendeskripsikan hal tersebut, maka peneliti melkukan penelitian lapangan sebagiamana cara untuk memperoleh dara primer dan data sekunder. Melalui pendekatan ini, nantinya diharapkan dapat membantu dalam menggali informasi sebanyak mungkin di lapangan, sehingga didapatkan data yang diinginkan. Tentunya dengan observasi dan wawancara.

1.5.1. Data Primer

Data primer adalah salah satu data yang diperoleh dari observasi pengamatan dan wawancara lapangan: 1. Observasi partisipasi. Dalam observasi partisipasi, pengamatan yang dilakukan melibatkan peneliti secara langsung dalam kegiatan di lapangan yakni dengan cara ikut berpartisipasi dalam melakukan kegiatan subjek penelitian. Salah satunya ikut serta dalam kegiatan adat Mengket Rumah Mbaru 14 , Nurunken Kalak Mate 15 , Acara perjabun 16 2. Wawancara mendalam dan sebagainya yang akan dilakukan subjek penelitian dan lain sebagainya. Wawancara mendalam merupakan suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara bertatap muka atau berkomunikasi langsung dengan informan. 14 Mengket Rumah Mbaru adalah upacara yang diadakan oleh mayarakat karo saat hendak memasuki rumah yang baru. Acara ini akan melibatkan keluarga Sanggkep Nggeluh. Upacara ini tergolong sebagai peseta suak cita dan mulia, kareana upacara ini menggambarkan kesuksesaan tuan umah. 15 Nurunken Kalak Mate adalah Upacaara kematian pada masyarakat karo yang dihadiri oleh seluruh keluarga, dimana dalam upacara ini semua tingkata akan meberikan kata turut berduka cita dan nasehat-nasehat. 16 Acara perjabub adalah acara adat pernikahan pada masyarakat Karo Universitas Sumatera Utara 20 Teknik wawancara digunakan untuk mendapatkan keterangan dan penjelasan yang lebih mendalam secara lisan dari informan. Wawancara mendalam ini akan dibantu dengan pedoman wawancara agara lebih terarah. Sebelum melakukan wawancara, peneliti terlebih dahulu membuat janji dengan informan dan menentukan lokasi dilakukannya wawancara. Adapun informan yang digunakan dalam wawancara dalam penelitian ini adalah: Informan pangkal yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemuka adat Karo didesa Sugau disini peneliti mewawancarai masyarakat Karo desa Sugau yang mengetahui adat perkawinan pada masyarakay dan keturunan dari pematek kuta disini yang diwawancarai peneliti adalah orang yang paling dituakan dalam merga Purba, Tokoh agama yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah masyarakat Karo yang memeiliki jabatan sebagai pengurus dalam agama mereka seperti Pendeta, Pertua, Diaken dan tokoh agama islam, pemerhati budaya karo disini adalah orang-orang yang memeberikan sebagaian waktunya untuk menulis mengenai kebudayaan masyarakat Karo, dan kerabat dekat yang di wawancarai adalah para kalimbubu, anak beru, sukut dan anak pelaku perkawinan semerga. Selanjutnya, informasi yang didapat dijadikan sebagai pebanding dan sebagai bahan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan selanjutnya. Informan pokok Utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah delapan keluarga yang melakukan perkawinan semerga di Desa Sugau. Namun, hanya lima keluarga yang bersedia di wawancarai oleh peneliti dan Kepala desa Sugau dijadikan sebagai informan pokok kareana bagai masyarakat di desa Sugau yang ingin menikah maka pernikahan itu harus diketahu dan mendapatkan ijin dari kepala desa dan salah satu pelaku perkawinan semerga adalah kerabat dari beliau. Sehinga informan dipilih Universitas Sumatera Utara 21 karena mereka telah mengalami perkawinan semarga sehingga dan mengetahu fenomena perkawian semerga, peneliti menganggap objek penelitian paham benar mengenai masalah peneliti yang dilakukan. Informan biasa yang digunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat penduduk desa Sugau. Mereka telah mengikuti perkawinan semarga yang telah dilakukan subjek penelitian.

1.5.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumentasi yang ada pada Kantor Camat, Kepala Desa, buku kepustakaan, artikel, surat kabar, jurnal, internet, dan lain-lain. Data tersebut digunakan sebagai perlengkapan dan penyempurnaan hasil dari observasi dan wawancara. Selama proses pengumpulan data penelitian akan menggunakan rekaman, baik suara, video dan catatan lapangan fieldnote, untuk membantu mendokumentasikan hal-hal yang diteliti untuk memperkecil kemungkinan ada bagian dari pengumpulan data yang terlewatkan.

1.5.3. Analisis Data

Analisis data merupakan suatu peroses pengaturan data yang diorganisir dalam suatu bentuk atau kategori. Data yang diperoleh dari lapangan akan peneliti analisis secara kualitatif Moleong 17 17 . Dalam hal ini peneliti melakukan pengelompokan data ke dalam kategori-kategori tertentu dan mencari cara hubungan-hubungan data tersebut. Peroses analisia data ini diawali dengan cara mengumpulkan data-data dari lapangan berupa dasil observasi maupun wawancara serta data-data yang diperoleh dari studi kepustakaan yang mengambarkan fenomenan parkawinan semerga pada masyarakat Karo di desa Sugau, Kce. Pancur Batu, Kab. Deli Serdang. www.metodekualitatif,des2012.html, diakses 10 Desember 2014 Universitas Sumatera Utara 22 Kemudian peneliti mengatorikan data tersebut berdasarkan kategori-kategori yang terkandung dalam data tersebut. Kemudian hasil analisis tersebut dipaparkan dalam laporan hasil penelitian berupa skripsi.

1.6. Pengalaman Lapangan

Hari pertama 22 oktober 2014, peneliti mulai kelapangan dengan tujuan untuk mengantarkan surat izin penelitian ke desa Sugau. Hal pertama yang dilakukan peneliti dengan mendatangi kantor Kepala Desa Sugau. Namun, di dalam kantor tersebut peneliti tidak menemukan satu orang pun berada dalam kantor tersebut. Sehingga peneliti menanyakan kepada warga yang berdekatan rumahnya dengan kantor Kepala Desa. Warga itu berkata kepada peneliti: “Kepala Desanya sedang pergi ke kantor kecamatan, dan biasanya beliau tidak kembali lagi kekantor jika sudah jam 12.00 WIB” Peneliti merasa kecewa karena telalu siang untuk pergi kekantor Kepala Desa. Peneliti memutuskan untuk melanjutkan penelitian kerumah Kepala Desa. Karena peneliti menduga bahwa keluarga dari Kepala Desa masih berada di rumah. Ketika peneliti sampai didusun II Durin Pitu. Peneliti menanyakan alamat rumah Kepala Desa kepada warga. Warga menyarankan peneliti untuk menjumpai sekretaris yang bernama Josep Barus 32 tahun, karena beliau sedang berada di jambur. Sesampainya peneliti di jambur, peneliti langsung menyapa sekretaris tersebut. Peneliti memberikan surat izin lapangan tersebut. Beliau mengatakan kepada peneliti bahwa alamat penelitian salah. Ternyata peneliti membuat alamat di desa Durin Pitu. Sedangkan nama desa secara administrasi adalah Desa Sugau. Namun masyarakat desa sering menyebut desa ini dengan desa Durin Pitu atau desa Simpang Durin Pitu. Universitas Sumatera Utara 23 Peneliti menyampaikan tujuannya datang ke desa Sugau. Sehingga beliau menyuruh peneliti untuk datang pada hari senin tanggal 27 oktober 2014. Josep Barus memberikan alasan kepada peneliti mengapa datang pada hari senin. Josep Barus mengatakan. “Nanti hari senin aja datang ke sini lagi, agar saya mendata dulu berapa jumlah warga yang melakukan perkawinan semarga dan saya juga menyampaikan surat ini kepada kepala desa”wawancara, 25 Oktober 2014 Pada tanggal 27 oktober 2014, peneliti datang kembali ke desa Sugau dan peneliti langsung menuju ke rumah Kepala Desa. Peneliti mendapati kepala desa Dahlan Purba 48 tahun sedang sarapan dengan keluarga, sehingga beliau mengajak peneliti untuk sarapan bersama, namun peneliti mengatakan bahwa dia sudah sarapan dari Kota Medan. Sesudah beliau siap sarapan, beliau menjumpai peneliti. Peneliti menyampaikan tujuannya datang ke desa Sugau. Lalu beliau menanyakan surat izin penelitian lapangan kepada peneliti. Peneliti mengatakan bahwa surat izin penelitian sudah terlebih dahulu beliau sampaikan kepada sekretaris desa pada hari sabtu tanggal 25 Oktober 2014. Beliau mengatakan kepada peneliti bahwa beliau belum menerima surat dari sekretaris desa. Beliau menanyakan kembali apa tujuan peneliti datang ke desa Sugau. Peneliti menceritakan tujuanya untuk meneliti sistem kekerabatan pada masyarakat Karo yang melakukan perkawinan semerga. Peneliti merasa sangat senang berbicara dengan Kepala Desa karena beliau sangat ramah. Peneliti merasakan data dari Kepala Desa sudah mulai mendalam. Sudah sekitar 1 jam berlalu pembicaraan dengan beliau, beliau mengajak peneliti untuk berbicara di warung kopi. Universitas Sumatera Utara 24 Sesampainya di kedai kopi, peneliti merasa sangat senang karena beliau begitu ramah terhadap pendatang. Beliau memberikan minum kepada peneliti. Ketika peneliti sedang berbicara dengan beliau, datanglah Jonatan Purba 52 tahun abang kandung dari beliau. Jonatan Purba menanyakan kepada beliau siapa yang sedang minum bersama beliau. Beliau berkata; “Enda mahsiswa arah USU nari, penelitian tena jenda mengenai kalak perkawinan semarga bas kuta enda”ini mahasiswa dari USU yang ingin melakukan penelitian di desa kita mengenai perkawinan semarga”wawancara dengan D. Purba 27 Oktober 2014 Jonatan purba mengajak peneliti untuk berbicara dan ertutur. Jonatan Purba mengatakan kepada peneliti agar peneliti memangil dia sebagai bengkilakila 18 Karena peneliti tertarik dengan apa yang dikatakan Jonatan Purba, maka peneliti semakin semangat untuk melakukan penelitian. Setelah sekitar 1 jam peneliti , karena dari ayahnya sampai dengan keluarganya telah menjadi anak beru dari merga ginting. Jonatan Purba memberikan tanggapan mengenai perkawinan semerga yang ada di desa Sugau ini. Tanggapan Jonatan Purba yang paling disukai peneliti adalah ketika beliau berkata kepada peneliti. “orang-orang yang melakukan perkawinan semerga tidak memiliki rasa malu, kadang-kadang mereka merasa bangga menunjukkan kalau dia telah menikah dengan turangnya meskipun sebagian masyarakat dulu belum bisa menerima mereka. Namun, karena keluarga mereka tidak melakukan apa-apa, sehingga masyarakat tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka yang melakukan perkawinan semerga jarang sekali terjadi keributan dalam keluarga ini” wawancara 27 Oktober 2014 Peneliti menayakan apa sebab dari hal tersebut, Jonatan Purba mengatakan: “karena mereka takut jika terjadi masalah dalam keluarga ini maka tidak ada keluarga yang mau menjadi penengah dalam masalah keluarga tersebut”wawancara 27 Oktober 2014. 18 Bengkilakila adalah suami dari saudara permpuan ayah beserta seluruh saudaranya dan juga untuk anak beru yang satu tingkatan dengan ayah Universitas Sumatera Utara 25 berbicara dengan Kepala Desa. Beliau menyuruh peneliti untuk pergi kantor Kepala Desa untuk menjumpai sekretaris desa untuk mengambil data-data yang diperlukan oleh peneliti. Dari hasil wawancara dengan Dahlan Purba dan Jonatan Purba, peneliti belum mendapatkan data yang memadai. Pada sore hari, peneliti sangat percaya diri untuk melakukan penelitian selanjutnya. Peneliti kembali datang ke rumah Dahlan Purba dan berharap agar beliau mangantar peneliti pergi ke rumah pelaku perkawinan semerga. Sesampainya di rumah Modal Gurusinga 52 tahun pelaku perkawinan semerga, beliau langsung kembali ke rumahnya. Peneliti menyampaikan tujuan datang ke rumah informan. Pertama kali peneliti melihat informan, peneliti merasa kurang nyaman, karena beliau selalu menunjukan sikap yang kurang menerima peneliti, peneliti menganggap Modal Gurusinga tersinggung dari perkataan peneliti. Hal ini terlihat sejak istri beliau menanyakan apa tujuan kedatangan peneliti. Modal Gurusinga mengatakan: “Ini ada mahasiswa datang dan ingin berbicara dengan kita. karena kita berbeda dengan masyarakat Karo yang lainnya, terutama karena kita malakukan perkawinan semarga”wawancara 27 Oktober 2014. Setelah beberapa menit wawancara berjalan, informan tetap berbicara yang kurang mengenakan kepada peneliti. Sehingga peneliti merasa masih takut untuk melakukan wawancara yang lebih mendalam. Jam terus berputar menunjukkan waktu sudah larut malam, dan peneliti pun ingin pulang ke Medan. Pada tanggal 28 Oktober 2014, pagi-pagi sekali informan pergi ke desa Sugau untuk melanjutkan kembali penelitian. Namun melihat situasi hari senin dimana salah seorang informan perkawinan semerga yang tidak suka dengan peneliti, sehingga Universitas Sumatera Utara 26 peneliti merasa malas untuk pergi malakukan penelitian dengan informan yang lainnya. Pada sore hari, informan mendapat SMS dari salah satu sahabatnya. Sahabatnya ini mengajak informan untuk pergi ke desa sekitar kecamatan Pancur Batu untuk membeli satu ekor anak anjing. Sehingga peneliti mengajak sahabatnya pergi ke desa tempat penelitiannya. Setelah sesampainya di desa, peneliti lebih dahulu mengajak sahabatnya untuk melakukan penelitian ke rumah Santi br Sinuraya. Sesampainya dirumah dan bertemu dengan Santi br Sinuraya, peneliti langsung mengungkapkan apa tujuan peneliti datang kerumah informan. Informan ini sangat ramah dan baik sehingga peneliti pun merasa sangat nyaman dalam melakukan wawancara. Sehingga wawancara yang berlangsung terarah. Sekitar jam 21.00 WIB hujan turun sehingga peneliti tidak dapat pulang. Informan mengatakan: “Tidur disini aja dulu, besok pagi aja pulang ke Medan, hujannya sangat deras”wawancara,28 oktober 2014 Pada tanggal 29 Oktober 2014 sekitar jam 09:00 WIB, ketika Santi Br Sinuraya lekas pergi keladang untuk bekerja, peneliti melihat suami informan sedang membawa sisa-sisa makanan yang banyak. Peneliti menanyakan untuk apa sisa-sisa makanan tersebut. Informan mengatakan: “Banyak anjing kita diladang dan sekitar satu bulan yang lalu salah satu induk anjing kita melahirkan lagi”wawancara,29 oktober 2014 Pada sore hari, peneliti datang bersama sahabatnya, dimana sahabat peneliti tersebut sedang mencari seekor anak anjing. Peneliti pun ikut ke ladang untuk melihat anak anjing tersebut. Peneliti merasa sangat senang karena informan memberikan salah satu anak anjingnya kepada peneliti tanpa biaya dari peneliti. Universitas Sumatera Utara 27 Pada tanggal 30 Oktober 2014, peneliti melanjutkan penelitiannya pada pagi hari. Hal pertama yang dilakukannya adalah mengunjungi rumah Nd.M.br Gurusinga 76 tahun. Sesampainya di rumah informan dan bertemu dengannya, peneliti langsung menyampaikan tujuan peneliti datang ke rumah informan tersebut. Peneliti merasa sangat bahagia melihat informan yang begitu ramah terhadap peneliti. Informan menceritakan ketika pertama kali informan melakukan perkawinan semerga di desa Sugau: “Sewaktu kami masih pertama kali erteman-teman 19 , sudah di larang oleh kedua belah pihak keluarga kami. Namun, karena kami saling mencintai, kami tetap pada keinginan membina hubungan keluarga yang bahagia. Pada awal pernikahan kami, masyarakat Sugau tidak menerima kami dan menyebutkan kami dengan sebutan Ikan Bado. 20 Setelah peneliti selesai melakukan wawancara dengan Nd.M.br Gurusinga, peneliti memutuskan untuk melanjutkan penelitian dengan menemui tokoh masyarakat dan tokoh agama. Jadi, yang pertama kali dijumpai oleh informan adalah tokoh agama bernama Pdt.R Sembiring. Informan ini sangat ramah dan sedikit melawak dalam berbicara, sehingga peneliti merasa sangat senang terhadap informan, karena informan suka memberikan lelucon dalam wawancara. Dari informan ini, Namun kami sabar menerima hal tersebut. Karena kami juga merasa bahwa kami telah melanggar perkawinan masyarakat Karo. Setelah beberapa tahun, ketika kami memasuki rumah baru, anak beru kami berinisiatif untuk membuat acara untuk membayar sanksi dan hutang adat”wawancara 30 Oktober 2014 Peneliti sangat merasa sedih mendengar cerita perjuangan hidup keluarga informan. Wawancara yang terjadi dengan informan ini sangat terarah sesuai dengan apa yang diharapkan. 19 Erteman-teman adalah istilah yang digunakan oleh orang tua untuk mengatakan seorang laki-laki dan perempuan yang memuliki setatus pacaran. 20 Ikan Bada adalah ikan gabus yang memilik sifat memakan anaknya sediri jadi pengunaan makna kata ikan bado untuk mengambarkan orang tua yang menikah dengan anaknya atau mereka yang melakukan perkawinan semerga. Universitas Sumatera Utara 28 peneliti mendapatkan data yang cukup mendalam. Selesainya melakukan wawancara, peneliti melanjutkan penelitian ke tokoh masyarakat yang bernama Togong Purba 75 tahun. Informan ini memiliki wawasan yang sangat luas dan menerima perubahan terhadap masyarakat Karo. Hal ini dibuktikan melalui perkataanya yang diberikan informan mengenai perkawinan semarga; “Orang tua di desa ini tidak mengajarkan lagi cara bertutur yang baik. Hal ini disebabkan karena orang tuanya juga tidak mengetahui cara bertutur. Hal yang sangat disesalkan akibat dari para pemuda yang tidak mengetahui cara bertutur. Sehingga menimbulkan tidak adanya sopan santun kepada orang yang lebih tua. Dan hal yang paling tidak saya fikirkan, masyarakat di desa ini melakukan perkawinan semarga. Namun hal ini harus di terima oleh masyarakat karena keluarga mereka tidak melarang”wawancara 30 Oktober 2014 Pada tanggal 31 Oktober 2014, peneliti melanjutkan penelitiannya dan berkeinginan untuk tinggal di desa tersebut, karena pada tanggal 1 November 2014, ada pernikahan salah satu warganya. Peneliti memilih untuk tinggal di rumah Santi br Sinuraya, karena peneliti sangat nyaman tinggal di rumah informan. Santi br Sinuraya akan menjadi sembuyak dalam acara adat pernikahan tersebut, sehingga peneliti mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh Santi br Sinuraya dalam acara tersebut. Pada tanggal 1 November 2014, peneliti merasa heran melihat Modal Gurusinga dijadikan sebagai orang tua penadingen 21 21 Orang tua penadingen adalah orang tua angkat sebuah keluarga, diman orang tua angkat in harus memiliki merga dan beru dari isti yang sama dengan istrinya.contohnya seorang perempuan beru karo-karo, beber Tarigan maka orang tua penadingennya haru suminya bermerga Karo-karo dan isterinya beru Tarigan pihak pria, sehingga muncul pertanyaan dalam benak peneliti mengapa Modal Gurusinga bisa menjadi orang tua penadingen dari pihak pria. Peneliti menanyakan hal tersebut kepada salah satu kerabat yang masih termasuk anggota dekat keluarga tersebut. Beliau mengatakan: Universitas Sumatera Utara 29 “Sewaktu mereka mengket rumah, anak beru dari Modal Gurusinga mengganti beru istrinya dengan beru ibunya dan membuat orang tua penadingen istrinya”wawancara, 1 november 2014 Dalam acara pernikahan, peneliti ikut mengambil bagian dalam kelompok anak beru dan peneliti ikut serta membagikan makanan kepada tamu undangan. Peneliti sangat merasa senang terhadap anak beru pesta, karena anak berunya sangat baik terhadap peneliti. Pada tanggal 3 November 2014 peneliti kembali ke desa Sugau untuk melakukan penelitian. Karena peneliti merasa bahwa data yang didapatkan oleh peneliti belum memadai. Peneliti memutuskan akan tinggal di desa Sugau sampai pada tanggal 6 November. Peneliti memilih untuk tinggal di rumah Santi br.Sinuraya. hal ini dilakukan peneliti agar peneliti dapat beradaptasi terhadap masyarakat sekitar dan mendapat data yang lebih mendalam. Banyak kegiatan yang dilakukan oleh peneliti selama 4 hari seperti peneliti ikut memanen buah kelapa sawit dan ikut dengan Simon Sembiring untuk mengambil air nira air pohon aren. Namun ada hal yang sangat menyenangkan bagi peneliti, ketika peneliti diajak oleh pemuda desa Sugau untuk pergi berekreasi ke Sembahe sambil memanggang ikan. Begitulah pengalaman peneliti selama di lapangan dalam meneliti perkawinan semarga di desa Sugau. Ada suka dan duka yang dialami oleh peneliti. Ada juga sebagian masyarakat yang tidak ingin diwawancarai oleh peneliti. Dan ada juga masyarakat yang senang kedatangan peneliti. Universitas Sumatera Utara 30

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1. Sejarah Desa Sugau

Nama desa secara administrasi disebut desa Sugau, masyarakat sering menyebut desa ini dengan nama Simpang Durin Pitu. Simpang Durin Pitu dibuat karena dahulunya di simpang desa ini ada tujuh pohon durian yang besar, sehingga masyarakat yang datang ke desa ini menyebutnya dengan Simpang Durin Pitu. Menurut salah seorang masyarakat desa Sugau, Bpk.Jonatan Purba 52 tahun mengatakan: “Nama desa Simpang Durin Pitu dibuat karena dahulu ditemukan tujuh pohon durian besar disimpang itu, sehingga setiap masyarakat yang datang selalu mengatakan dengan sebutan Durin Pitu, masyarakat desa yang berjualan ke kota juga selalu mengatakan bahwa dia tinggal di Durin Pitu. Hal seperti ini sering terjadi pada masyarakat Karo, karena kebiasaan masyarakat Karo apa yang menonjol dari sebuah tempat akan dijadikan sebuah nama Wawancara, 27 Oktober 2014. Pada tahun 1938, penduduk desa Durin Pitu belum ada yang menetap di desa tersebut, mereka datang hanya untuk bercocok tanam berladang, setelah mereka panen mereka pulang ke desa asalnya masing-masing dan setelah sampai waktunya untuk membersihkan dan menanam lagi, maka mereka datang kembali ke desa Durin Pitu. Ladang yang digarap oleh masyarakat adalah lahan perkebunan kelapa sawit pada zaman penjajahan Nippon penjajahan Jepang. Setelah Indonesia merdeka tahun 1945, semua lahan perkebunan dari penjajahan akan digarap kembali oleh rakyat Indonesia berdasarkan perintah Presiden RI SoekarnoHatta, dengan adanya perintah Presiden, masyarakat Karo datang dan Universitas Sumatera Utara