Maba Belo Selambar dan Nganting manuk

66 sekarang ini berbeda makna dimana dulunya nangkih bermakna mengenalkan perempuan kepada keluarga laki-laki dan keluarga laki-laki akan mengenakan perempuan ke anak beru laki-laki agar membicarakan lebih lanjut hubungan anak mereka. Namun sekarang nangkih bermakna seorang laki-laki dan perempuan pergi meninggalkan orang tua mereka untuk menikah dan membina keluarga, hal yang menyebabkan mereka pergi dari rumah orang tua mereka disini mungkin disebabkan banyak hal seperti tidak adanya restu dari orang tua mereka. Sehingga dengan bergantinya makna dari kata nangkih tersebut masyarakat desa Sugau tidak melaksanakan acara nangkih lagi dalam tahap perkawinan masyarakat Karo di desa tersebut.

3.6.2. Maba Belo Selambar dan Nganting manuk

Maba belo selambar adalah upacara melamar perempuan menurut adat masyarakat Karo Prinst,2007:88. Tujuannya adalah untuk menanyakan kesediaan perempuan, orang tua, Sembuyak, Anak beru, dan Kalimbubu terhadap lamaran tersebut dan jika lamaran disetujui maka akan ditentukan tanggal nganting manuk namun pada zaman sekarang maba belo selambar dilakukan berbarengan dengan nganting manuk. Acara maba belo selambar ini dilakukan pada malam hari setelah selesai makan. Oleh karenanya dalam acara maba belo selambar ini tidak ada acara makan bersama. Acara nganting manuk adalah suatu acara yang diadakan sebagai kelanjutan maba belo selambar untuk membicarakaan tentang kelanjutan mas kawin Prinst,2007:89.. Namun, saat ini nganting manuk sudah disamakan harinya dengan Maba belo selambar, dimana pada waktu Maba belo selambar akan dibicarakan Universitas Sumatera Utara 67 tentang besarnya gantang tumba unjuken mas kawinganti gigeh yang harus diterima oleh pihak perempuan. Untuk itu, dalam acara ini harus hadir sangkep nggeluh keluarga dekat dari masing-masing pihak, gantaken tumbaunjuken mereka untuk dicari berapa kesepakatan, biasanya setiap daerah akan memiliki gantaken tumba yang berbeda. Setelah selesai membicarakan gantaken tumbaunjuken, maka pembicaraan dilanjutkan mengenai hari pelaksanaan pesta dan ose. Maksudnya, dimana pesta akan dilakukan, pukul berapa, ose yang akan dipakai oleh pengantin, orang tua, sembuyak, dan tanda-tanda untuk anak beru. Dimana acara maba belo selambar dan nganting manuk ini telah dilaksanakan bersamaan, dilaksanakan pada waktu sore hari dan ditempat si perempuan. Segala kegiatan acara akan diatur oleh pihak anak beru, anak beru yang akan menyampaikan maksud dari kalimbubunya kepada anak beru laki-laki, dan anak beru perempuan juga akan menyampaikan maksud kedatangan keluarga laki-laki kepada kalimbubunya Sitepu,1996125. Setelah selesai acara, anak beru laki-laki akan menghidangkan makanan kepada keluarga perempuan sebagai tanda kesepakatan yang telah terjadi. Akan tetapi, dewasa ini kedua acara ini diadakan siang hari atau sore hari, yang bertempat ditempat tinggal orang tua siperempuan yang akan diakhiri dengan makan bersama yang telah disiapkan oleh keluarga laki-laki. Hal yang hampir sama juga ditemukan peneliti di desa Sugau tahap maba belo selambar dimana acara ini telah disatukan waktunya dengan nganting manuk. Maba belo selambar dan nganting manuk dilakukan di kampung perempuan, dimana didalam acara tersebut perempuan dan laki-laki akan dikenalkan kepada seluruh tamu undangan setelah acara pengenalan selesai maka perempuan akan dilamar oleh Universitas Sumatera Utara 68 keluarga laki-laki dan selanjutnya ditentukan berapa besaran mas kawin yang harus dibayar oleh keluarga laki-laki kepada keluarga perempuan dan menentukan waktu dan tempat acara kerja nereh empo yang dimana dulunya untuk menentukan besar mas kawin dan menentukan acara kerja nereh empao dilaksanakan pada acara nganting manuk dan sekarang acara tersebut telah disatukan waktunya. Di desa Sugau acara maba belo selambar dan nganting manuk dilaksanakan pada siang hari dan juga akan diakhiri dengan makan bersama yang telah disiapkan oleh keluarga si laki-laki.

3.6.3 Pasu-pasu