40
2.5.2. Sarana Jalan
Sarana jalan di desa Sugau, kondisinya sangat baik dan desa ini dikelilingi oleh dua jalan raya, yaitu Jalan Jendral Djamin Ginting dan Jalan Simalingkar B,
sehingga masyarakat desa Sugau sangat mudah untuk berpergian ke daerah lain dalam melakukan perdangangan. Disamping jalan terdapat jurang yang sangat berbahaya,
perumahan, pasar, kebun binatang, dan perkebunan masyarakat. Sampai sekarang, jalan ini merupakan jalan yang paling dekat bagi masyarakat
Karo Gugung untuk berpergian ke kota Medan, dan kedua jalan ini merupakan sarana bagi masyarakat dalam melakukan aktifitas sehari-hari untuk menjual hasil pertanian
masyarakat, dan berbagai kegiatan ekonomi lainnya. Jalan Simalingkar B merupakan jalan alternative untuk menuju kota Medan jika terjadi kemacetan di jalan Djamin
Ginting.
2.5.3. Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan yang terdapat di desa Sugau ini sudah mencukupi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel Sarana dan Prasarana Kesehatan
NO Jenis SaranaPrasarana Kesehatan
Jumlah 1
Pos Pelayanan Terpadu 1
2 Dokter
3 Bidan Desa
4 4
Mantri 1
Sumber Data: Kantor Kepala Desa Sugau, 2014
Universitas Sumatera Utara
41
2.5.4. Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan merupakan sarana yang paling penting bagi masyarakat untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan taraf kehidupan. Sarana pendidikan di
desa Sugau ini hanya memiliki 2 unit sekolah negri dan 1 pesantren, yaitu SD Negeri Sugau 1013011, SMP Negeri 1 Atap Sugau, dan 1 Pesantren Modern.
Sedangkan, untuk tingkat Sekolah Menengah UmumSMU tidak ada didesa Sugau dan hanya ada di kecamatan Pancur Batu. Untuk melanjutkan sekolah ke
jenjang yang lebih tinggi lagi, mereka melanjutkan ke daerah Pancur Batu, Kota Medan dan Kota Pakam.
Universitas Sumatera Utara
42
BAB III ADAT ISTIADAT PERKAWINAN MASYARAKAT KARO
3.1. Makna Ertutur
Setiap suku bangsa mempunyai kekerabatan sendiri dan merupakan ciri khas dari suatu suku bangsa. Setiap upacara adat tidak terlepas dari sistem kekerabatan
yang ada dan setiap suku. Begitu juga dengan masyarakat Karo, yang juga memiliki sistem kekerabatan sendiri. Kerabat Kade-kade
23
“Kalak Karo pagi adi ertutur labo pernah sungkunina ja kam erdahin, ise gelarndu. Leben kari sunkunina kai merga, beru, ntah bere-bere
kai kam” jika ada orang Karo berkenalan dengan orang lain maka memiliki pengertian yang sangat
luas, baik atas dasar hubungan darah maupun hubungan yang disebabkan karena suatu keluarga menikahi keluarga lainnya.
Sejak dahulu masyarakat Karo telah terikat oleh adat istiadat yang merupakan warisan dari leluhur. Rasa kekeluargaan atau ikatan kekerabatan pada masyarakat
Karo sangat kuat, dalam pengertian ini jarang terjadi pelanggaran terhadap ketentuan- ketentuan adat istiadat yang berkaitan dengan sistem kekerabatan Tarigan 2007:107.
Dalam sistem kekerabatan pada masyarakat Karo dikenal ertutur. Sarjani Tarigan 2007:108 mengatakan ertutur dapat diartikan sebagai cara dalam
memperkenalkan diri agar mengetahui posisi dan kedudukan seseorang terhadap masyarakat Karo lainnya. Pada saat ertutur, biasanya ditanyakan asal kampung,
merga bagi anak laki-laki, dan beru bagi anak perempuan, sehingga akhirnya menemukan identitas mereka. Hal ini juga sesuai dengan yang dikemukakan oleh
informan Dahlan Purba 48 tahun:
23
Kade-kade adalah istilah yang digunakan oleh masyarakat karo dalam menyebutkan saudara maupun kerabatnya.
Universitas Sumatera Utara