Makna Ertutur ADAT ISTIADAT PERKAWINAN MASYARAKAT KARO

42

BAB III ADAT ISTIADAT PERKAWINAN MASYARAKAT KARO

3.1. Makna Ertutur

Setiap suku bangsa mempunyai kekerabatan sendiri dan merupakan ciri khas dari suatu suku bangsa. Setiap upacara adat tidak terlepas dari sistem kekerabatan yang ada dan setiap suku. Begitu juga dengan masyarakat Karo, yang juga memiliki sistem kekerabatan sendiri. Kerabat Kade-kade 23 “Kalak Karo pagi adi ertutur labo pernah sungkunina ja kam erdahin, ise gelarndu. Leben kari sunkunina kai merga, beru, ntah bere-bere kai kam” jika ada orang Karo berkenalan dengan orang lain maka memiliki pengertian yang sangat luas, baik atas dasar hubungan darah maupun hubungan yang disebabkan karena suatu keluarga menikahi keluarga lainnya. Sejak dahulu masyarakat Karo telah terikat oleh adat istiadat yang merupakan warisan dari leluhur. Rasa kekeluargaan atau ikatan kekerabatan pada masyarakat Karo sangat kuat, dalam pengertian ini jarang terjadi pelanggaran terhadap ketentuan- ketentuan adat istiadat yang berkaitan dengan sistem kekerabatan Tarigan 2007:107. Dalam sistem kekerabatan pada masyarakat Karo dikenal ertutur. Sarjani Tarigan 2007:108 mengatakan ertutur dapat diartikan sebagai cara dalam memperkenalkan diri agar mengetahui posisi dan kedudukan seseorang terhadap masyarakat Karo lainnya. Pada saat ertutur, biasanya ditanyakan asal kampung, merga bagi anak laki-laki, dan beru bagi anak perempuan, sehingga akhirnya menemukan identitas mereka. Hal ini juga sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan Dahlan Purba 48 tahun: 23 Kade-kade adalah istilah yang digunakan oleh masyarakat karo dalam menyebutkan saudara maupun kerabatnya. Universitas Sumatera Utara 43 yang pertama kali ditanyakan adalah merga dan bere-bere” wawancara 27 Oktober 2014. Merga, beru, dan bere-bere merupakan tanda garis keturunan seseorang dan juga merupakan penentu dalam hubungan keluarga antara satu orang dengan orang lainnya. Hal ini dapat diketahui, dengan ertutur pada masyarakat Karo yang sesuai dengan adat istiadat. Budaya ertutur dalam masyarakat Karo Tarigan,2007:101, memiliki enam lapisan ertutur yang dikenal dalam masyarakat Karo, yaitu mergaberu, bere-bere, binuang 24 , kempu 25 , kampoh 26 , soler 27 . Untuk lebih jelasnya, perhatikan bagan kekerabatan di bawah ini. Bagan 1 Sistem Kekerabatan Dalam Masyarakat Karo Kampoh Sole Binuang Kempu Laki-laki perempuan Merga Bere-bere Anak Sumber: Buku Orang Karo Diantara Orang Batak, 2004:122 Hal yang sama juga ditemukan peneliti di desa Sugau diaman masyarakat desa tersebut menggunakan ertutur dalam menarik kekerabatan dengan orang lain. Hal ini 24 Binuang adalah bere-bere ayah atau beru nenek kita dari ayah. 25 Kampoh adalah beru dari nenek ayah. 26 Kampoh adalah bere-bere dari ibu atau beru nenek kita dari ibu. 27 Sole adalah bere-bere nenek ibu. Universitas Sumatera Utara 44 dapat terlihat ketika peneliti berkenalan dengan Jonatan Purba, hal yang pertama kali ditanyakan oleh Jonatan Purba kepada peneliti merga dan bere-bere dari peneliti. Namun, hal yang berbeda ditemukan peneliti ketika berkenalan dengan para pemuda di desa Sugau Mereka tidak mengetahui cara ertutur sebagian dari mereka hanya tau kalau jika berbeda merga adalah impal 28

3.2. Sangkep nggeluh