Perkawinan Ideal Menurut Masyarakat Karo

74

3.7. Perkawinan Ideal Menurut Masyarakat Karo

Pada masyarakat banyakan suku bangsa di dunia, ada perkawinan yang menjadi prefensi umum, yang artinya ada perkawinan yang sangat diinginkan oleh sebagian besar pada warga masyarakat dan dianggap perkawinan ideal.Koentjaraningrat, 1981:92 Masyarakat Karo juga mengenal perkawinan ideal yaitu perkawinan antara orang-orang rimpalber-impal ialah antara anak laki-laki dari saudara perempuan dan anak perempuan dari saudara laki-laki. Umumnya perkawinan pada masyarakat Karo, merupakan suatu perantara yang tidak hanya mengikat seorang laki-laki dengan seorang perempuan, tetapi juga mengikat dalam suatu hubungan tertentu, kerabat dari kaum laki-laki dengan kerabat dari kaum perempuan. Perkawinan seperti ini dianggap baik sebab memperbaharui hubungan kalimbubu dengan anak beru yang sudah terjalin sebelumnya. Demikianlah banyaknya masyarakat di dunia, ada prefensi untuk kawin dengan cross-cousin adalah dengan anak saudara perempuan ayah atau anak saudara laki-laki ibu. Tetapi pada masyarakat Karo, perkawinan yang dilakukan adalah dengan cross-cousin dari matrilateral dan tidak pernah dilakukan dengan cross-cousin dari pihak ayah, karena dianggap masih sedarah. Pandangan bahwa anak laki-laki dari saudara perempuan dan anak perempuan dari saudara laki-laki merupakan pasangan yang ideal juga tercermin dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Karo. Seperti bagan dibawah ini. Universitas Sumatera Utara 75 Bagan 3 Bagan: Perkawinan yang ideal pada masyarakat Karo Sumber: Dokumen pribadi Begitu idealnya perkawinan dengan impalnya maka sering sekali seorang dari orang tua melontarkan godaan terhadap seorang perempuan dan mempermainkan seorang perempuan kecil agar menangis, informan Herlita br Ginting 34 tahun mengatakan kepada peneliti: “Aku sangenda rayu-rayu bibik ku” saya kemarin dirayu-rayu oleh bibik saya”.wawancara, 30 Oktober 2014. Informan menerangkan lebih detil mengenai rayuan yang dulu dilontarkan bibiknya kepadanya. “Git kam impaldu ah nak ku, adi git kam pagi kubere upah du man bandu juma ah sada ras la pedah kam pagi ku juma, kami aja pagi kujuma ras kila du. Kena pagi ras impal du rumah aja nak ku.” ” apakah kamu mau menikah dengan sepupumu, jika kamu terima akan saya berikan ladang sebagai hadiah dan jika kalian udah menikah nanti Kakek dan Nenek Ibu dan Ayah Nande ras Bapa Laki-laki Anak Perempuan Paman dan Bibik Mama ras Mami Laki-laki Anak Perempuan Menikah Universitas Sumatera Utara 76 kalian tidak usah pergi keladang. Bibik dan kila saja nanti yang mencari nafkah. Kalian dirumah saja. wawancara, 30 Oktober 2014. Menurut Masri Singarimbun dalam Teridah Bangun 1986:121, bahwa masyarakat Karo sangat menyetujui perkawinan seperti diatas, hal ini merupakan tanda bahwa keluarga-keluarga dari pasangan tersebut mempunyai hubungan yang baik sebagaimana seharusnya hubungan anak beru dan kalimbubu. Karena begitu idealnya perkawinan seorang laki-laki dengan perempuan yang impal, sehingga seorang ibu merasa mempunyai kewajiban moral untuk berusaha agar salah satu anak laki-lakinya menikah dengan salah seorang anak perempuan dari saudara laki-laki dengan anak laki-laki dari saudara perempuan. Dorongan oleh kerabata agar anak laki-laki menikah dengan impalnya juga didorong oleh alasan ekonaomi berupa mengawasi harta warisan ladang dan sawah agar tetap menjadi milik kerabat sendiri, namun dengan terjadinya perkawinan dengan kerabat lain dikhawatisakan berpotensi pembagian harta warisan sehinga harta warisan tidak akan dikelola oleh kerabat sendiri. Alasan bagi orang tua menikahkan anaknya dengan impalnya adalah selain agar hubungan kekerabatan antara keluarga tetap terpelihara, saling menghormati karena sang menantu akan menganggap mertua sebagai orang tua, sebab mertua masih ada hubungan darah dengan ibu bagi anak laki-laki dan hubungan darah dengan ayah bagi pihak perempuan, dan mertua juga menganggap bahwa keluarga tersebut adalah anaknya sehingga seorang mertua tidak akan segan-segan membantu keluarga tersebut dalam kebutuhan keluarga tersebut tanpa mencampur lebih jauh persoalan yang timbul didalam keluarga tersebut. Jika seoranga anak menikah dengan impalnya sering diberikan perilaku khusus oleh orang tua berupa pemberian lebih pada waktu Universitas Sumatera Utara 77 pembagian harta warisan, karena sebelum pembagian harta warisan biasanya keluarga ini telah menguasai harta tersebut. Biasanya orang yang menikah dengan impalnyakelompok kekerabatan sedarah, mereka mampu mengendalikan diri untuk menciptakan kerukunan rumah tangga, walaupun sering terjadi masalah dalam keluarga tersebut.

3.8. Larangan Perkawinan Pada Masyarakat Karo