29
Contoh: seorang pemabuk yang hidup ditengah masyarakat yang anti mabuk, pembunuhan, dan penodongan.
c. Penyimpangan individu Apabila seseorang melakukan penyimpangan dari sub-
kebudayaan yang telah mapan dan nyata-nyata menolak norma- norma tersebut, maka ia disebut sebagai menyimpang individual.
Ciri-cirinya: bertindak
sendirian, tidak
merencanakan penyimpangan dengan siapapun. Contohnya: pembunuhan yang
dilakukan sendiri, atau mencuri seorang diri. d. Penyimpangan kelompok
Kegiatan yang dilakukan kelompok secara kolektif dengan cara yang bertentangan terhadap norma-norma yang berlaku.
Contoh: sindikat teroris, gang kejahatan, mafia. Kelompok ini memiliki seperangkat norma, nilai sikap, dan tradisi-tradisi
tersendiri. Selaku anggota mafia, masing-masing berpegang teguh pada aturan main mafia.
38
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa bentuk- bentuk penyimpangan sosial dibagi menjadi empat yaitu
penyimpangan primer, skunder, individu dan penyimpangan kelompok.
3. Faktor-faktor penyebab timbulnya perilaku yang menyimpang
Pertama, Perbedaan status kesenjangan sosial antara si kaya dengan si miskin yang sangat mencolok mengakibatkan timbulnya rasa iri
dan dengki sehingga terjadilah tindak korupsi, manipulasi, dan kolusi. Kedua, Banyaknya pemuda putus sekolah drop out dan
pengangguran. Ketiga, kebutuhan ekonomi untuk serba kecukupan, tanpa harus
berusaha bersusah payah bekerja, mengakibatkan seseorang mengambil jalan pintas dengan cara mencuri, merampok, menodong, dan lain-lain.
Keempat, keluarga yang berantakan broken home dapat menyebabkan adanya penyimpangan sosial.sebagai pelampiasan, mereka
melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya negatif seperti berjudi, narkoba, miras, terjun kedalam kompleks prostitusi. Kelima, pengaruh
media massa, seperti adanya berita dan gambar-gambar serta siaran TV yang menyajikan tentang tayangan tindak kekerasan dan kriminalitas.
39
38
Sutarto,Ilmu Pengetahuan Sosial,h.158-159
39
Sutarto,Ilmu Pengetahuan Sosial,h.152
30
F. Kerangka Berpikir
Ilmu Pengetahuan Sosial yang memiliki konsep abstrak dan sulit untuk dipahami siswa tetapi dapat dikuatkan oleh berbagai asumsi dan pendapat.
Perubahan-perubahan tersebut dikarenakan seiringnya perubahan zaman dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, pengembangan pembelajaran IPS harus
melibatkan siswa untuk mencari berbagai sumber belajar siswa, selain dari guru serta harus meningkatkan hubungan antar konsep pembelajaran dengan
aplikasi dan pengalaman yang terintegrasi dengan nilai-nilai di dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat menghasilkan belajar yang optimal.
Hasil belajar merupakan kualitas kemampuan seseorang siswa yang dihasilkan melalui proses aktivitas aktif dalam membangun pemahaman
informasi dalam bentuk kemampuan kognitif, aktif dan psikomotorik. Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses pembelajaran yang optimal
cenderung mewujudkan hasil yang menyeluruh, yaitu siswa bukan hanya dituntut untuk memahami dan manguasai pembelajaran dan kemampuan
intelektual, tetapi juga mempunyai integritas moral yang baik. Sebagai usaha untuk memperoleh suatu hasil belajar yang optimal,
maka diperlukan suatu penerapan model pembelajaran yang bukan hanya sekedar menyampaikan informasi kepada siswa berupa fakta dan konsep, tapi
membutuhkan keterlibatan aktif siswa secara mental maupun fisik. Salah satu alternatif model pembelajaran efektif untuk membangun
pemahaman konsep dan siswa lebih aktif melalui soal-soal yang berupa permasalahan-permasalahan yang harus dipecahkan oleh siswa yang disajikan
oleh guru dalam pembelajaran IPS adalah model pembelajaran Problem Solving, dimana Problem Solving merupakan faktor eksternal yang memiliki
konsep belajar yang membantu guru meningkatkan pengembangan pengetahuan yang dimiliki siswa untuk bisa memecahkan suatu permasalahan
dalam pelajaran IPS dengan guru menyajikan suatu masalah dalam bentuk umum, menyajikan kembali masalah dalam bentuk operasional. Kemudian
siswa dituntut untuk menentukan strategi penyelesaian masalah yang dibentuk berupa soal-soal supaya dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan cara
mengungkapkan pendapat dari hasil jawaban yang telah ditemukan secara logis sesuai fakta-fakta yang ada. Diharapkan dengan penerapan model ini
akan memiliki pengaruh positif peserta didik yang dapat diaplikasikan pada hasil belajar.