Ruang Lingkup Lembaga PAUD

25 Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak berdasarkan Indeks TBU Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas Z-Score Tinggi Badan Umur Anak Sangat Pendek -3 SD Pendek -3 SD sd -2 SD Normal -2 SD sd 2 SD Sumber: Kemenkes RI, 2011 Indeks TBU memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan sebagai berikut Supariasa, 2002: a. Kelebihan 1. Baik untuk menilai status gizi masa lampau. 2. Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa. b. Kekurangan 1. Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun. 2. Pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak sehingga diperlukan dua orang untuk melakukannya. 3. Ketepatan umur sulit didapat.

2.4.3 S tunting

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Berdasarkan karakteristik tersebut, maka indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu Supariasa, 2002. Menurut penjelasan Hurlock 2000 status gizi lampau yaitu stunting berkaitan erat dengan status motorik karena status motorik merupakan 26 perkembangan dari pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf dan otot yang terkoordinasi sehingga pengendalian tersebut berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan masa yang ada pada waktu lahir. Kaitan status motorik dengan status gizi lampau juga dijelaskan oleh Georgieff 2001 dimana ketidakmampuan untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan optimal merupakan keadaan malnutrisi kronik juga berkaitan dengan perkembangan otak anak. Hal ini disebabkan oleh adanya keterlambatan kematangan sel-sel saraf terutama di bagian cerebellum yang merupakan pusat koordinasi gerak motorik sehingga koordinasi sel saraf dengan otot menjadi kurang baik. Menurut Herawati 2009 tahapan perkembangan sel dan jaringan saraf dalam otak dibagi menjadi beberapa tahap, diantaranya adalah: 1. Periode pertama sekitar masa kehamilan 32 minggu dan periode kedua sekitar anak berumur 15 bulan. Gizi yang cukup selama kehamilan akan menghasilkan bayi dengan berat otak dan jumlah sel otak yang optimal. Pada saat lahir 23 jumlah sel otak telah terbentuk tapi berat otak baru mencapai sepertiganya. Hal ini memberikan indikasi bahwa sebagian besar pembelahan sel otak terjadi pada saat janin dalam kandungan. Dalam kandungan, sel-sel otak janin bertambah banyak dengan kecepatan sekita 250 ribu sel setiap menit. 2. Periode kedua yang paling krusial paska kelahiran terjadi pada usia dini khususnya pada usia 0-2 tahun. Pada masa ini selain terjadi 27 pembesaran sel otak yang amat pesat, juga masih terjadi pembelahan sel otak untuk melanjutkan 23 jumlah sel otak yang telah ternbentuk pada saat anak lahir. 3. Periode ketiga, Usia 3-6 tahun adalah masa kritis ketiga. Pada usia ini pertumbuhan dan perkembangan juga berlangsung pesat untuk melanjutkan dan memantapkan potensi yang sudah dibangun pada usia sebelumnya. Menurut Rumini dan Sundari 2004 prinsip perkembangan motorik adalah perkembangan motorik tidak akan terjadi sebelum matangnya sistem syaraf dan otot yaitu pada periode prenatal dimana perkembangan motorik akan terjadi sebelum periode prenatal dan berlangsung saat sistem syaraf mengalami perkembangan yaitu anak pada usia 0-6 tahun. Namun Zaviera 2008 menjelaskan semakin berkembangnya sistem saraf otak yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak. variasi siswa di PAUD wilayah Kecamatan Kebayoran Lama juga pada usia 3- 6 tahun sehingga populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah anak usia 3-6 tahun. Pada penelitian Kartika et al 2002 didapatkan anak usia 3-5 tahun mengalami perkembangan motorik kasar lebih rendah pada anak yang mengalami stunting dibandingkan dengan anak yang tidak stunting, dimana anak yang mengalami stunting mempunyai risiko 6 kali lebih besar mengalami gangguan perkembangan motorik kasar

Dokumen yang terkait

Hubungan Asupan Protein Dan Zat Besi Dengan Status Anemia Pada Ibu Hamil Di Desa Naga Timbul Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

10 77 94

Hubungan Pemberian Stimulasi Dengan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 1-5 Tahun di Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014

5 74 101

Hubungan antara Asupan Protein dan Status Gizi Pada Balita di Puskesmas Cikidang Kecamatan Cikidang Kabupaten Sukabumi tahun 2012

0 10 53

Hubungan Asupan Zat Gizi, Stunting dan Stimulasi Psikososial dengan Status Motorik Anak Usia 3-6 tahun di PAUD Wilayah Binaan Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama Tahun 2014

19 85 149

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI, ASUPAN BESI DAN ASUPAN SENG TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS BAYI USIA Hubungan antara Status Gizi, Asupan Besi dan Asupan Seng Terhadap Perkembangan Motorik Halus Bayi Usia 7-11 Bulan di Desa Hargorejo Kecamatan Kokap

0 2 15

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI, ASUPAN BESI DAN ASUPAN SENG TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS BAYI USIA Hubungan antara Status Gizi, Asupan Besi dan Asupan Seng Terhadap Perkembangan Motorik Halus Bayi Usia 7-11 Bulan di Desa Hargorejo Kecamatan Kokap

0 6 17

SKRIPSI PERBEDAAN TINGKAT ASUPAN ENERGI, PROTEIN DAN ZAT GIZI MIKRO Perbedaan Tingkat Asupan Energi, Protein Dan Zat Gizi Mikro (Besi, Vitamin A, Seng) Antara Anak SD Stunting Dan Non Stunting Di Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 4 18

PENDAHULUAN Perbedaan Tingkat Asupan Energi, Protein Dan Zat Gizi Mikro (Besi, Vitamin A, Seng) Antara Anak SD Stunting Dan Non Stunting Di Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 5 7

NASKAH PUBLIKASI Perbedaan Tingkat Asupan Energi, Protein Dan Zat Gizi Mikro (Besi, Vitamin A, Seng) Antara Anak SD Stunting Dan Non Stunting Di Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 3 15

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN ENERGI, PROTEIN, BESI, SENG DAN STATUS GIZI DENGAN STATUS IMUNITAS ANAK BALITA DI RW VII KELURAHAN SEWU, KECAMATAN JEBRES, KOTA SURAKARTA.

0 0 7