Indeks Antropometri Pengaruh Status Gizi berdasarkan Tinggi Badan Menurut Umur TBU terhadap Status Motorik

27 pembesaran sel otak yang amat pesat, juga masih terjadi pembelahan sel otak untuk melanjutkan 23 jumlah sel otak yang telah ternbentuk pada saat anak lahir. 3. Periode ketiga, Usia 3-6 tahun adalah masa kritis ketiga. Pada usia ini pertumbuhan dan perkembangan juga berlangsung pesat untuk melanjutkan dan memantapkan potensi yang sudah dibangun pada usia sebelumnya. Menurut Rumini dan Sundari 2004 prinsip perkembangan motorik adalah perkembangan motorik tidak akan terjadi sebelum matangnya sistem syaraf dan otot yaitu pada periode prenatal dimana perkembangan motorik akan terjadi sebelum periode prenatal dan berlangsung saat sistem syaraf mengalami perkembangan yaitu anak pada usia 0-6 tahun. Namun Zaviera 2008 menjelaskan semakin berkembangnya sistem saraf otak yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak. variasi siswa di PAUD wilayah Kecamatan Kebayoran Lama juga pada usia 3- 6 tahun sehingga populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah anak usia 3-6 tahun. Pada penelitian Kartika et al 2002 didapatkan anak usia 3-5 tahun mengalami perkembangan motorik kasar lebih rendah pada anak yang mengalami stunting dibandingkan dengan anak yang tidak stunting, dimana anak yang mengalami stunting mempunyai risiko 6 kali lebih besar mengalami gangguan perkembangan motorik kasar 28 dibandingkan dengan anak dengan status gizi normal. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara stunting dengan perkembangan motorik kasar pada anak usia 3-5 tahun. Hal yang serupa juga dibuktikan pada penelitian Olney et al 2007 bahwa anak di daerah Zanzibari, Afrika Timur yang stunting memiliki skor Total Motor Activity TMA atau jumlah aktivitas motorik lebih rendah dan membutuhkan waktu yang lama dalam melakukan gerakan-gerakan perpindahan. Sedangkan pada penelitian Susanty 2012 bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara derajat stunting dengan perkembangan motorik halus dan kasar anak

Dokumen yang terkait

Hubungan Asupan Protein Dan Zat Besi Dengan Status Anemia Pada Ibu Hamil Di Desa Naga Timbul Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

10 77 94

Hubungan Pemberian Stimulasi Dengan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 1-5 Tahun di Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014

5 74 101

Hubungan antara Asupan Protein dan Status Gizi Pada Balita di Puskesmas Cikidang Kecamatan Cikidang Kabupaten Sukabumi tahun 2012

0 10 53

Hubungan Asupan Zat Gizi, Stunting dan Stimulasi Psikososial dengan Status Motorik Anak Usia 3-6 tahun di PAUD Wilayah Binaan Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama Tahun 2014

19 85 149

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI, ASUPAN BESI DAN ASUPAN SENG TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS BAYI USIA Hubungan antara Status Gizi, Asupan Besi dan Asupan Seng Terhadap Perkembangan Motorik Halus Bayi Usia 7-11 Bulan di Desa Hargorejo Kecamatan Kokap

0 2 15

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI, ASUPAN BESI DAN ASUPAN SENG TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS BAYI USIA Hubungan antara Status Gizi, Asupan Besi dan Asupan Seng Terhadap Perkembangan Motorik Halus Bayi Usia 7-11 Bulan di Desa Hargorejo Kecamatan Kokap

0 6 17

SKRIPSI PERBEDAAN TINGKAT ASUPAN ENERGI, PROTEIN DAN ZAT GIZI MIKRO Perbedaan Tingkat Asupan Energi, Protein Dan Zat Gizi Mikro (Besi, Vitamin A, Seng) Antara Anak SD Stunting Dan Non Stunting Di Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 4 18

PENDAHULUAN Perbedaan Tingkat Asupan Energi, Protein Dan Zat Gizi Mikro (Besi, Vitamin A, Seng) Antara Anak SD Stunting Dan Non Stunting Di Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 5 7

NASKAH PUBLIKASI Perbedaan Tingkat Asupan Energi, Protein Dan Zat Gizi Mikro (Besi, Vitamin A, Seng) Antara Anak SD Stunting Dan Non Stunting Di Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 3 15

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN ENERGI, PROTEIN, BESI, SENG DAN STATUS GIZI DENGAN STATUS IMUNITAS ANAK BALITA DI RW VII KELURAHAN SEWU, KECAMATAN JEBRES, KOTA SURAKARTA.

0 0 7