71
5.2.7 Gambaran Stimulasi Psikososial
Dalam penelitian ini stimulasi psikososial dibagi menjadi 3 tiga kategori yaitu kurang, cukup dan baik. Seperti yang terlihat pada tabel 5.7
berikut ini:
Tabel 5.7 Distribusi Berdasarkan Stimulasi Psikososial pada Siswa PAUD
Wilayah Binaan Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama pada Tahun 2014
Stimulasi Psikososial Jumlah n
Persen
Kurang 19
22.4 Cukup
58 68.2
Baik 8
9.4
Total 85
100
Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel 5.7 diketahui lebih banyak responden yang
menerima stimulasi psikososial cukup yaitu 58 orang 68,2 dibandingkan dengan responden yang menerima stimulasi psikososial baik
yaitu 8 orang 9.4 dan responden yang menerima stimulasi psikososial kurang yaitu 19 orang 22.4.
5.2.8 Gambaran Stunting
Dalam penelitian ini stunting dibagi menjadi 2 dua kategori yaitu ya dan tidak. Seperti yang terlihat pada tabel 5.8 berikut ini:
Tabel 5.8 Distribusi Berdasarkan Stunting pada Siswa PAUD Wilayah Binaan
Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama pada Tahun 2014 Stunting
Jumlah n Persen
Ya 49
57.6 Tidak
36 42.4
Total 85
100
Sumber: Data Primer
72
Berdasarkan tabel 5.8 diketahui paling banyak responden yang memiliki status gizi pendek stunting yaitu 49 orang 57.6
dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki status gizi pendek stunting yaitu 36 orang 42.4.
5.3 Analisis Bivariat
Pada analisis bivariat, peneliti akan menghubungkan antara faktor independen terdiri dari asupan energi, protein, zat besi dan zat seng, stunting,
stimulasi psikososial dengan faktor dependen yaitu status motorik pada anak 3-6 tahun.
5.3.1 Analisis Hubungan antara Status Motorik Halus dengan Asupan Energi
Tabel 5.9 Analisis Hubungan antara Status Motorik Halus dengan Asupan
Energi pada Siswa PAUD Wilayah Binaan Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama Tahun 2014
Asupan Energi
Status Motorik Halus Total
P-value Normal
Terganggu N
N N
Kurang 29
53.7 25
46.3 54
100 0.000
Cukup 30
96.8 1
3.2 31
100
Total
59 69.4
26 30.6
85 100
Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel 5.9 diketahui dari 54 anak dengan asupan energi
kurang sebanyak 29 anak 53.7 memiliki status motorik halus normal. Sedangkan dari 31 anak dengan asupan energi cukup sebanyak 30 anak 96.8
memiliki status motorik halus normal. Dari hasil uji statistik diperoleh p-value sebesar 0.000, artinya pada α= 5 dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
yang bermakna antara asupan energi dengan status motorik halus.