86
seperti biskuit, ciki, kue bolu dan permen sehingga dapat mempengaruhi status motorik halus dan kasar siswa. Hal ini terbukti dari hasil analisis statistik,
didapatkan bahwa 46,3 siswa yang memiliki status motorik halus terganggu juga mempunyai asupan energi yang kurang.
Menurut Adriana 2011 gerak atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu serta dilakukan
oleh otot-otot kecil. Sedangkan menurut Soetjiningsih, dkk 2002 motorik kasar adalah bagian dari aktivitas motor yang melibatkan keterampilan otot-otot besar.
Otot tersebut dikendalikan oleh neurotransmitter yang dipengaruhi oleh energi sehingga menghasilkan gerak motorik. Energi berfungsi mempengaruhi zat
kimia yang ada di otak yang disebut neurotransmitter yang bertugas dalam menghantarkan impuls dari satu saraf ke saraf yang lainnya sehingga
menghasilkan gerak motorik Georgieff, 2001. Hal tersebut didukung oleh penelitian Susanty et al 2012 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara asupan energi dengan status motorik kasar dan halus. Demikian juga penelitian Kartika 2002 menunjukkan ada hubungan antara energi dengan
status motorik kasar dan halus. Semakin rendah asupan energi maka semakin rendah kemampuan motorik kasar dan halusnya.
Disimpulkan bahwa kondisi asupan energi pada siswa PAUD wilayah binaan puskesmas kecamatan Kebayoran Lama merupakan masalah gizi yang
serius yaitu terdapat 54 orang 63.5 jika dibandingkan dengan kebijakan dan strategi pangan dan gizi nasional periode 2011-2015 diantaranya adalah
tercapainya konsumsi zat gizi sebesar 74,47 dan dari hasil uji bivariat
87
menujukkan bahwa asupan energi secara signifikan berhubungan dengan status motorik kasar p=0,00 p0,05 dan status motorik halus p=0,00 p0,05. Oleh
karena itu pihak PAUD diharapkan dapat memberikan edukasi kepada orang tua atau pengasuh siswa berupa penyuluhan mengenai bahan pangan apa saja yang
mengandung energi yang adekuat dan memberikan simulasi kepada orang tua tentang bagaimana cara memenuhi kebutuhan energi dalam sehari dengan tepat
yang dibutuhkan oleh anak sesuai umur masing-masing anak.
6.4 Gambaran Asupan Protein dan Hubungannya dengan Status Motorik Kasar dan Halus
Protein adalah salah satu makronutrien yang memiliki peranan penting dalam pembentukan biomolekul. Protein merupakan makromolekul yang
menyusun lebih dari separuh bagian sel. Protein menentukan ukuran dan struktur sel, komponen utama dari enzim yaitu biokatalisator berbagai reaksi
metabolisme dalam tubuh Kemenkes RI, 2014. Pangan sumber protein hewani meliputi daging, telur, susu, ikan, seafood
dan hasil olahannya. Pangan sumber protein nabati meliputi kedele, kacang- kacangan dan hasil olahannya seperti tempe, tahu dan susu kedele. Secara umum
mutu protein hewani lebih baik dibanding protein nabati Kemenkes RI, 2014. Mutu protein makanan ditentukan salah satunya oleh komposisi dan jumlah asam
amino esensial. Pangan hewani mengandung asam amino lebih lengkap dan banyak dibanding pangan nabati, karena itu pangan hewani mempunyai mutu
protein yang lebih baik dibandingkan pangan nabati Gibney, 2002.
88
Dari hasil penelitian pada anak usia 3-6 tahun menunjukkan bahwa paling banyak responden yang mengkonsumsi protein di bawah kebutuhan minimal
yaitu 51 orang 60 sedangkan responden yang mengkonsumsi protein di atas kebutuhan minimal yaitu 34 orang 40.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hermina dan Prihatini 2010 konsumsi protein pada anak balita umur 24-59 bulan di
Indonesia masih dibawah standar angka kecukupan gizi dengan hasil rata-rata menggunakan pengukuran recall 1 x 24 jam sebesar 111,5.
Kekurangan protein murni pada stadium berat menyebabkan kwashiorkor pada anak-anak di bawah lima tahun. Kekurangan protein ditemukan secara
bersamaan dengan keurangan energi yang menyebabkan kondisi yang dinamakan marasmus. Sindroma gabungan antara dua jenis kekurangan ini
dinamakan KEP Kurang Energi Protein Almatsier, 2001. Georgieff 2001 menjelaskan protein merupakan perkursor untuk
neurotransmitter yang mendukung perkembangan otak. Dimana Asam amino tirosin merupakan jenis asam amino yang berhubungan dengan mekanisme gerak
motorik yang berfungsi sebagai neurotransmitter. Westermack et al 2000 menjelaskan neurotransmitter bertugas dalam menghantarkan impuls dari satu
saraf ke saraf yang lainnya sehingga menghasilkan gerak motorik. Dari hasil uji Chi-square, didapat bahwa asupan protein secara signifikan
berhubungan dengan status motorik halus dan kasar pada siswa PAUD wilayah binaan Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama tahun 2014 Pvalue 0,000. Hal
tersebut dapat terjadi karena siswa dengan status motorik halus dan kasar yang
89
terganggu cenderung karena asupan protein yang kurang yang disebabkan oleh mutu protein. Mutu protein adalah protein dengan nilai biologi tinggi atau
bermutu tinggi dimana protein yang mengandung semua jenis asam amino esensial dalam proporsi yang ses uai. Mutu protein beberapa bahan makanan
diantaranya adalah telur, susu sapi, ikan, daging sapi, beras tumbuk, kacang tanah, beras giling, gandum utuh, jagung, kacang kedelai dan biji-bijian
Almatsier, 2001. Sedangkan bahan makanan yang dikonsumsi responden cenderung bahan makanan seperti sayuran hijau, daging ayam, mie, tahu dan
tempe sehingga dapat mempengaruhi status motorik halus dan kasar siswa. Hal ini terbukti dari hasil analisis statistik, didapatkan bahwa 49 siswa
yang memiliki status motorik halus terganggu juga mempunyai asupan protein yang kurang. Dan didapatkan bahwa 66,7 siswa yang memiliki status motorik
kasar terganggu juga mempunyai asupan protein yang kurang. Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian Susanty et al 2012 yang menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara asupan protein dengan status motorik halus dan kasar.
Dan pada penelitian Antoni 2005 juga menunjukkan proporsi bayi yang mengalami keterlambatan perkembangan motorik sebagian besar pada bayi
dengan asupan kurang dari AKG yaitu sebesar 85 dengan menggunakan analisis statistik dengan uji Chi-square yang menunjukkan adanya hubungan
antara asupan protein dengan perkembangan motorik bayi p 0.05. Disimpulkan bahwa kondisi asupan protein pada siswa PAUD wilayah
binaan puskesmas kecamatan Kebayoran Lama merupakan masalah gizi yang
90
serius yaitu terdapat 50 orang 61 jika dibandingkan dengan kebijakan dan strategi pangan dan gizi nasional periode 2011-2015 diantaranya adalah
tercapainya konsumsi zat gizi sebesar 74,47 dan dari hasil uji bivariat menujukkan bahwa asupan protein secara signifikan berhubungan dengan status
motorik kasar p=0,00 p0,05 dan status motorik halus p=0,00 p0,05. Oleh karena itu pihak PAUD diharapkan dapat memberikan edukasi kepada orang tua
atau pengasuh siswa berupa penyuluhan mengenai bahan pangan apa saja yang mengandung protein yang adekuat dan memberikan simulasi kepada orang tua
tentang bagaimana cara memenuhi kebutuhan protein dalam sehari dengan tepat yang dibutuhkan oleh anak sesuai umur masing-masing anak.
6.5 Gambaran Asupan Zat Besi dan Hubungannya dengan Status Motorik
Kasar dan Halus
Besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia dan hewan, yaitu sebanyak 3-5 gram di dalam tubuh manusia
dewasa. Meskipun luas, namun masih mengalami kekurangan zat besi yang sangat berpengaruh terhadap produktifitas kerja, penampilan kognitif dan sistem
kekebalan tubuh Almatsier, 2001. Sumber besi dalam makanan hewani adalah daging, hati, unggas dan ikan
sedangkan dalam makanan nabati adalah kacang-kacangan dan hasil olahannya, sayuran hijau dan rumput laut. Besi dalam makanan hewani terdapat dalam
bentuk hem, sedangkan yang terdapat di dalam nabati dalam bentuk non-hem. Ketersediaan biologis besi dalam bentuk hem lebih tinggi daripada besi non-hem
Soetardjo dkk, 2011.