100
mengukur tinggi badan anak yaitu setiap satu bulan sekali dan diarsipkan dalam buku perkembangan siswa.
6.8 Gambaran Stimulasi Psikososial dan Hubungannya dengan Status Motorik
Kasar dan Halus
Menurut Soetjiningsih 2002 stimulasi adalah sebuah rangsangan dari luar atau dari lingkungan yang merupakan hal penting dalam tumbuh kembang
anak. Anak yang mendapatkan stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau tidak mendapatkan
stimulasi. Dan psikososial menurut Supartini 2002 adalah peristiwa-peristiwa sosial atau psikologis yang datang dari lingkungan luar diri seseorang atau anak
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Maka dapat disimpulkan bahwa stimulasi psikososial adalah rangsangan dari peristiwa-
peristiwa sosial atau psikologis yang datang dari lingkungan luar diri seseorang atau anak yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Dari hasil penelitian pada anak usia 3-6 tahun menunjukkan bahwa diketahui lebih banyak responden yang menerima stimulasi psikososial cukup
yaitu 58 orang 52,9 dibandingkan dengan responden yang menerima stimulasi psikososial baik yaitu 8 orang 9,4 dan responden yang menerima stimulasi
psikososial kurang yaitu 19 orang 22,4. Hal ini sejalan dengan penelitian Salimar, dkk 2009 bahwa anak usia 3-6
tahun pada keluarga miskin di kabupaten Bogor yang kurang menerima stimulasi psikososial dari orang tua sebesar 49,3, cukup sebesar 26 dan baik sebesar
24,7 dengan menggunakan kuesioner HOME Inventory.
101
Menurut Soetjiningsih 2002 stimulasi adalah sebuah rangsangan dari luar atau dari lingkungan yang merupakan hal penting dalam tumbuh kembang
anak. Anak yang mendapatkan stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau tidak mendapatkan
stimulasi. Dari hasil uji Chi-square, didapatkan bahwa stimulasi psikososial secara
signifikan berhubungan dengan status motorik halus dan kasar pada siswa PAUD wilayah binaan Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama tahun 2014 Pvalue
0,011. Hal tersebut dapat terjadi karena siswa dengan status motorik halus dan kasar yang terganggu cenderung karena stimulasi psikososial yang diberikan
keluarga kurang disebabkan oleh kurangnya keluarga menyediakan alat bermain sebagai penunjang kegiatan stimulasi seperti bola, buku-buku, boneka, alat musik
dan kurangnya perhatian orang tua terhadap anak sehingga dapat mempengaruhi status motorik halus.
Menurut Supartini dan Soetjiningsih 2002 Stimulasi psikososial adalah rangsangan dari peristiwa-peristiwa sosial atau psikologis yang datang dari
lingkungan luar diri seseorang atau anak yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Status motorik sangat berkaitan erat dengan stimulasi
yang diberikan oleh pengasuh kepada anak. Kesempatan untuk menggerakkan semua anggota tubuh perlu mendapat stimulasi sehingga akan mempercepat
tercapainya kemampuan motorik Departemen Kesehatan RI, 2009. Hal ini dapat disimpulkan bahwa stimulasi berperan terhadap perkembangan motorik dimana
Hurlock 2000 menjelaskan stimulasi sangat penting untuk mengoptimalkan
102
fungsi-fungsi organ tubuh dan rangsangan perkembangan otak. Dimana perkembangan motorik merupakan perkembangan dari pengendalian gerakan
jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf dan otot yang terkoordinasi. Hal ini terbukti dari hasil analisis statistik didapatkan bahwa 49 siswa yang
menerima stimulasi psikososial kurang 57,9 dan cukup 24,1 dari keluarga memiliki status motorik halus terganggu.
Hal ini sejalan dengan penelitian Gustiana et al 2011 bahwa anak pada umur 3-5 tahun mengalami status motorik halus dan kasar kurang baik lebih
banyak pada anak yang jarang diberi stimulasi psikososial yaitu sebesar 56, sedangkan pada anak yang sering distimulasi psikososial yang mengalami
gangguan motorik halus hanya sebesar 24. Anak yang mengalami status motorik halus mempunyai risiko 4,03 kali mendapatkan stimulasi psikososial
yang jarang dibandingkan yang cukup, hasil ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara stimulasi psikososial dengan status motorik halus, hasil ini
menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara stimulasi psikososial dengan status motorik halus. Pada penelitian Gardner et al 2007 dengan uji anova juga
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara stimulasi psikososial dengan perkembangan motorik halus pada p0.01 dan derajat kepercayaan 95.
Disimpulkan bahwa dari hasil uji bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara stimulasi psikososial dengan status motorik
kasar p=0,003 p0,05 dan dengan status motorik halus p=0,011 p0,05 pada siswa PAUD wilayah binaan puskesmas kecamatan Kebayoran Lama. Oleh
103
karena itu dari Pihak PAUD sebaiknya memberikan saran kepada orang tua agar lebih rajin mengenalkan macam bentuk kepada anak melalui waktu makan.