Metode Food Recall 24 Jam

38 motorik dimana Hurlock 2000 menjelaskan stimulasi sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi organ tubuh dan rangsangan perkembangan otak. Dimana perkembangan motorik merupakan perkembangan dari pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf dan otot yang terkoordinasi. Pada penelitian Gustiana et al 2011 dipaparkan bahwa anak pada umur 3-5 tahun mengalami status motorik kasar kurang baik lebih banyak pada anak yang jarang diberi stimulasi yaitu sebesar 56, sedangkan pada anak yang sering distimulasi yang mengalami gangguan motorik kasar hanya sebesar 24. Anak yang mengalami status motorik kasar mempunyai risiko 4,03 kali mendapatkan stimulasi yang jarang dibandingkan yang cukup, hasil ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara stimulasi dengan status motorik kasar, hasil ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara stimulasi dengan status motorik kasar. Dan pada penelitian Gardner et al 2007 dengan uji anova juga menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara stimulasi psikososial dengan perkembangan motorik pada p0.01 dan derajat kepercayaan 95. Mekanisme kerja stimulasi hingga terjadinya kontraksi atau sebuah motorik atau gerakan yaitu seperti yang dijelaskan oleh Tambayong 2001 yaitu bahwa stimulasi yang diterima dan diteruskan melalui saraf ke otak dan medulla spinalis, tempat pesan-pesan itu dianalisis, digabungkan, dibanding-bandingkan dan dikoordinasikan oleh proses yang disebut integrasi. Setelah dipilih, pesan-pesan itu diteruskan oleh saraf ke otot dan 39 kelenjar tubuh, menyebabkan otot berkontraksi atau relaksasi, dan kelenjar bersekresi atau tidak menyekresi produknya. Gambar 2.3 Gambaran Mekanisme Kerja Stimulasi

2.6.2 Pengertian Stimulasi Psikososial

Menurut Soetjiningsih 2002 stimulasi adalah sebuah rangsangan dari luar atau dari lingkungan yang merupakan hal penting dalam tumbuh kembang anak. Anak yang mendapatkan stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau tidak mendapatkan stimulasi. Dan psikososial menurut Supartini 2002 adalah peristiwa-peristiwa sosial atau psikologis yang datang dari lingkungan luar diri seseorang atau anak yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Maka dapat disimpulkan bahwa stimulasi psikososial adalah rangsangan dari peristiwa-peristiwa sosial atau psikologis yang datang dari lingkungan luar diri seseorang atau anak yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. 40

2.6.3 Home Observation for Measurement of the Environment HOME

Latifah 2007 menjelaskan salah satu metode untuk mengukur stimulasi orang tua terhadap anaknya menggunakan kuesioner HOME Home Observation for Measurement of the Environment dari Bettye M. Caldwell dan Robert H. Bradley 1983. Chandriyani 2009 menjelaskan kualitas lingkungan anak dilihat dari apakah orangtua memberikan reaksi emosi yang tepat, apakah orangtua mambu memberikan dorongan positif kepada anak, apakah orangtua memberikan suasana yang nyaman kepada anak, menunjukkan kasih sayang, menyediakan sarana tumbuh kembang dan belajar bagi anak, turut berpartisipasi dan ikut serta dalam kegiatan positif bersama anak, terlibat aktif dalam kegiatan bersama anak, dan juga apakah orangtua memberikan lingkungan fisik yang nyaman di rumah serta mengikuti kegiatan belajar. Kuesioner ini dirancang untuk mengukur kuantitas dan kualitas stimulasi dan penyediaan dukungan untuk anak di lingkungan rumah. Fokusnya adalah pada anak di dalam lingkungan, anak sebagai penerima masukan dari objek, peristiwa dan interaksi yang terjadi dalam hubungan dengan lingkungan. Kuesioner ini dirancang untuk penggunaan selama masa kanak-kanak 3-6 tahun. Kuesioner ini terdiri dari 55 buah pertanyaan yang dilakukan dengan wawancara dan observasi dan terbagi menjadi 8 sub skala yaitu: stimulasi belajar, stimulasi bahasa, lingkungan fisik, kehangatan dan penerimaan, 41 stimulasi akademik, modelling, variasi stimulasi kepada anak, dan hukuman positif Latifah, 2007. 2.7 Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Anak 2.7.1 Pengasuhan Anak Pengasuhan anak didefinisikan sebagai perilaku yang dipraktikan oleh pengasuh ibu, bapak, nenek atau orang lain dalam memberikan makanan, pemeliharaan kesehatan, stimulasi serta dukungan emosional yang dibutuhkan anak untuk tumbuh kembang, juga termasuk di dalamnya tentang kasih sayang dan tanggung jawab orang tua Rumini dan Sundari, 2004. Caldwell dan Bradley 1983 dalam Latifah 2007 menjelaskan bagian dari cara pengasuhan terhadap anak yang menentukan kualitas motorik anak adalah stimulasi psikososial. Stimulasi psikososial tidak hanya terdiri dari stimulasi sensorik namun juga meliputi stimulasi afektif. Stimulasi sensorik yaitu berperan untuk merangsang aktivitas otot sedangkan stimulasi afektif meliputi aspek sosial dan kognitif yang berperan untuk terwujudnya perkembangan motorik secara optimal.Stimulasi psikososial merupakan stimulasi yang diberikan orang tua dan keluarga yang terdiri dari memberikan kehangatan, suasana penerimaan, pemberian teladan atau contoh, pemberian pengalaman, dorongan belajar dan berbahasa serta dorongan bagi kemampuan akademik anak. 42

2.7.2 Gizi

Anak yang mengalami kekurangan gizi dapat menyebabkan isolasi diri, yaitu mempertahankan untuk tidak mengeluarkan energi yang banyak dengan mengurangi kegiatan interaksi sosial, aktivitas, perilaku eksploratori, perhatian dan motivasi. Pada keadaan ini, anak menjadi tidak aktif, apatis, pasif dan tidak mampu bekonsentrasi. Akibatnya anak dalam melakukan kegiatan eksplorasi terhadap lingkungan fisik di sekitarnya hanya mampu sebentar saja. Hal ini jika dibiarkan berlanjut akan menghambat perkembangan motoriknya Rumini dan Sundari, 2004. Keadaan kurang gizi juga berhubugan dengan keterlambatan perkembangan motorik, dalam hal ini panjang badan atau tinggi badan terhadap umur. Apabila keadaan kurang gizi diperbaiki dengan pemberian asupan makanan yang adekuat maka perkembangan motorik bertambah baik. Sebaliknya apabila keadaan kurang gizi diperparah dengan pemberian asupan makanan yag tidak adekuat maka perkembangan motorik bertambah buruk. Keadaan ini dapat disimpulkan bahwa perkembangan motorik berhubungan erat dengan keadaan gizi Husaini, 2002.

2.7.3 Lingkungan anak

Lingkungan anak adalah tempat dimana pengasuh mempraktikkan pengetahuan yang dipunyainya dalam kehidupan sehari-hari serta hubungan emosional anggota keluarga lainnya, tetangga dan masyarakat, semuanya berakumulasi dalam membentuk kualitas tumbuh kembang anak Rumini dan Sundari, 2004.

Dokumen yang terkait

Hubungan Asupan Protein Dan Zat Besi Dengan Status Anemia Pada Ibu Hamil Di Desa Naga Timbul Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

10 77 94

Hubungan Pemberian Stimulasi Dengan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 1-5 Tahun di Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014

5 74 101

Hubungan antara Asupan Protein dan Status Gizi Pada Balita di Puskesmas Cikidang Kecamatan Cikidang Kabupaten Sukabumi tahun 2012

0 10 53

Hubungan Asupan Zat Gizi, Stunting dan Stimulasi Psikososial dengan Status Motorik Anak Usia 3-6 tahun di PAUD Wilayah Binaan Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama Tahun 2014

19 85 149

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI, ASUPAN BESI DAN ASUPAN SENG TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS BAYI USIA Hubungan antara Status Gizi, Asupan Besi dan Asupan Seng Terhadap Perkembangan Motorik Halus Bayi Usia 7-11 Bulan di Desa Hargorejo Kecamatan Kokap

0 2 15

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI, ASUPAN BESI DAN ASUPAN SENG TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS BAYI USIA Hubungan antara Status Gizi, Asupan Besi dan Asupan Seng Terhadap Perkembangan Motorik Halus Bayi Usia 7-11 Bulan di Desa Hargorejo Kecamatan Kokap

0 6 17

SKRIPSI PERBEDAAN TINGKAT ASUPAN ENERGI, PROTEIN DAN ZAT GIZI MIKRO Perbedaan Tingkat Asupan Energi, Protein Dan Zat Gizi Mikro (Besi, Vitamin A, Seng) Antara Anak SD Stunting Dan Non Stunting Di Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 4 18

PENDAHULUAN Perbedaan Tingkat Asupan Energi, Protein Dan Zat Gizi Mikro (Besi, Vitamin A, Seng) Antara Anak SD Stunting Dan Non Stunting Di Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 5 7

NASKAH PUBLIKASI Perbedaan Tingkat Asupan Energi, Protein Dan Zat Gizi Mikro (Besi, Vitamin A, Seng) Antara Anak SD Stunting Dan Non Stunting Di Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 3 15

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN ENERGI, PROTEIN, BESI, SENG DAN STATUS GIZI DENGAN STATUS IMUNITAS ANAK BALITA DI RW VII KELURAHAN SEWU, KECAMATAN JEBRES, KOTA SURAKARTA.

0 0 7