Analisis Hubungan antara Status Motorik Kasar dengan Stunting Analisis Hubungan antara Status Motorik Kasar dengan Stimulasi Psikososial

82 tubuh tertentu saja dan dilakukan otot kecil tetapi memerlukan koordinasi yang cermat misalnya kemampuan untuk menggambar dan memegang suatu benda. Dari hasil analisis univariat didapatkan bawa paling banyak responden yang memiliki status motorik halus yang normal yaitu 59 orang 69.4 dibandingkan dengan responden yang memiliki status motorik halus yang terganggu yaitu 26 orang 30.6. Pada penelitian ini, responden yang paling banyak memiliki status motorik kasar yang terganggu adalah usia tiga hingga lima tahun dibandingkan dengan responden yang berusia lima hingga enam tahun. Menurut Zaviera 2008 semakin berkembangnya sistem saraf otak yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak. Hal ini sejalan dengan penelitian Mumtahanah 2004 yang menyatakan bahwa responden balita cenderung memiliki status motorik halus terganggu dibandingkan dengan balita berusia di atas lima tahun. Akibat dari anak yang memiliki motorik halus terganggu adalah ketidakmampuan mengatur keseimbangan. Anak-anak yang mengalami kesulitan dalam mengatur keseimbangan tubuhnya biasanya juga memiliki kesulitan dalam mengontrol gerakan anggota tubuh. Masalah pengaturan keseimbangan tubuh ini berhubungan dengan sistem vestibular yang akan berdampak pada kemampuan anak dalam membaca dan menulis Rumini dan Sundari, 2004. Menurut Soetjiningsih, dkk 2002 motorik kasar adalah bagian dari aktivitas motor yang melibatkan keterampilan otot-otot besar. Gerakan-gerakan seperti tengkurap, duduk, merangkak dan mengangkat leher. Berdasarkan hasil 83 analisis univariat bahwa paling banyak responden yang memiliki status motorik kasar yang normal yaitu 49 orang 57.6 dibandingkan dengan responden yang memiliki status motorik kasar yang terganggu yaitu 36 orang 42.4. Hal ini sejalan dengan penelitian Dewi dan Kartika 2010 yang menyatakan bahwa responden yang berusia lima tahun kebawah cenderung memiliki status motorik kasar terganggu dibandingkan dengan responden berusia di atas lima tahun. Menurut Adriana 2011 gangguan pada motorik kasar adalah yang berhubungan dengan perkembangan pergerakan dan sikap tubuh yaitu keterlambatan dalam keterampilan otot-otot besar seperti merangkak, berjalan, berlari, melompat atau berenang. Apabila dibandingkan dengan target program SDIDTK tingkat puskesmas yaitu presentase kasus perkembangan anak yang ditemukan sebesar 90 maka dapat disimpulkan bahwa status motorik kasar dan halus di PAUD wilayah binaan Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama masih belum merupakan masalah serius namun jika kasus motorik dibiarkan akan terus meningkat dan akan berdampak pada perkembangan anak yang lainnya seperti perkembangan kognitif, sosial dan bahasa. Oleh karena itu dari pihak Puskesmas wilayah Kecamatan Kebayoran Lama mewajibkan setiap PAUD wilayah binaannya untuk mengikuti program SDIDTK setiap tahunnya untuk memantau perkembangan anak khususnya perkembangan motorik.

6.3 Gambaran dan Hubungan Asupan Energi dengan Status Motorik Kasar dan Halus

Energi merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Pangan sumber energi adalah pangan sumber lemak, karbohidrat dan 84 protein Kemenkes RI, 2014. Konsumsi energi berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi seseorang bila ia mempunyai ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas yang sesuai dengan kesehatan jangka panjang Mustika, 2011 dalam Kemenkes RI , 2014. Pangan sumber energi yang kaya lemak antara lain lemak atau gajih dan minyak, buah berlemak alpukat, biji berminyak biji wijen, bunga matahari dan kemiri, santan, coklat, kacang-kacangan dengan kadar air rendah kacang tanah dan kacang kedele dan aneka pangan produk turunannya. Pangan sumber energi yang kaya kaya karbohidrat antara lain beras, jagung, oat, serealia lainnya, umbi- umbian, tepung, gula, madu, buah dengan kadar air rendah pisang dan kurma dan aneka produk turunannya. Pangan sumber energi yang kaya protein antara lain daging, ikan telur, susu dan aneka produk turunannya Kemenkes RI, 2014. Dari hasil penelitian pada anak usia 3-6 tahun menunjukkan bahwa paling banyak responden yang mengkonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal yaitu 54 orang 63.5 sedangkan responden yang mengkonsumsi energi di atas kebutuhan minimal yaitu 31 orang 36.5. Konsumsi energi yang masih kurang tersebut dimungkinkan karena kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi. Kualitas menunjukkan jumlah masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh dan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh, di dalam suatu susunan hidangan dan perbandingan yang satu terhadap yang lain. Dikatakan konsumsi atau asupan gizi adekuat dimana tubuh akan mendapatkan kondisi kesehatan gizi yang baik, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Sebaliknya

Dokumen yang terkait

Hubungan Asupan Protein Dan Zat Besi Dengan Status Anemia Pada Ibu Hamil Di Desa Naga Timbul Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

10 77 94

Hubungan Pemberian Stimulasi Dengan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 1-5 Tahun di Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014

5 74 101

Hubungan antara Asupan Protein dan Status Gizi Pada Balita di Puskesmas Cikidang Kecamatan Cikidang Kabupaten Sukabumi tahun 2012

0 10 53

Hubungan Asupan Zat Gizi, Stunting dan Stimulasi Psikososial dengan Status Motorik Anak Usia 3-6 tahun di PAUD Wilayah Binaan Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama Tahun 2014

19 85 149

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI, ASUPAN BESI DAN ASUPAN SENG TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS BAYI USIA Hubungan antara Status Gizi, Asupan Besi dan Asupan Seng Terhadap Perkembangan Motorik Halus Bayi Usia 7-11 Bulan di Desa Hargorejo Kecamatan Kokap

0 2 15

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI, ASUPAN BESI DAN ASUPAN SENG TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS BAYI USIA Hubungan antara Status Gizi, Asupan Besi dan Asupan Seng Terhadap Perkembangan Motorik Halus Bayi Usia 7-11 Bulan di Desa Hargorejo Kecamatan Kokap

0 6 17

SKRIPSI PERBEDAAN TINGKAT ASUPAN ENERGI, PROTEIN DAN ZAT GIZI MIKRO Perbedaan Tingkat Asupan Energi, Protein Dan Zat Gizi Mikro (Besi, Vitamin A, Seng) Antara Anak SD Stunting Dan Non Stunting Di Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 4 18

PENDAHULUAN Perbedaan Tingkat Asupan Energi, Protein Dan Zat Gizi Mikro (Besi, Vitamin A, Seng) Antara Anak SD Stunting Dan Non Stunting Di Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 5 7

NASKAH PUBLIKASI Perbedaan Tingkat Asupan Energi, Protein Dan Zat Gizi Mikro (Besi, Vitamin A, Seng) Antara Anak SD Stunting Dan Non Stunting Di Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 3 15

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN ENERGI, PROTEIN, BESI, SENG DAN STATUS GIZI DENGAN STATUS IMUNITAS ANAK BALITA DI RW VII KELURAHAN SEWU, KECAMATAN JEBRES, KOTA SURAKARTA.

0 0 7