Keterbatasan Penelitian Gambaran Status Motorik Halus dan Kasar
84
protein Kemenkes RI, 2014. Konsumsi energi berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi seseorang bila ia mempunyai
ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas yang sesuai dengan kesehatan jangka panjang Mustika, 2011 dalam Kemenkes RI , 2014.
Pangan sumber energi yang kaya lemak antara lain lemak atau gajih dan minyak, buah berlemak alpukat, biji berminyak biji wijen, bunga matahari dan
kemiri, santan, coklat, kacang-kacangan dengan kadar air rendah kacang tanah dan kacang kedele dan aneka pangan produk turunannya. Pangan sumber energi
yang kaya kaya karbohidrat antara lain beras, jagung, oat, serealia lainnya, umbi- umbian, tepung, gula, madu, buah dengan kadar air rendah pisang dan kurma
dan aneka produk turunannya. Pangan sumber energi yang kaya protein antara lain daging, ikan telur, susu dan aneka produk turunannya Kemenkes RI, 2014.
Dari hasil penelitian pada anak usia 3-6 tahun menunjukkan bahwa paling banyak responden yang mengkonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal yaitu
54 orang 63.5 sedangkan responden yang mengkonsumsi energi di atas kebutuhan minimal yaitu 31 orang 36.5. Konsumsi energi yang masih kurang
tersebut dimungkinkan karena kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi. Kualitas menunjukkan jumlah masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh
dan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh, di dalam suatu susunan hidangan dan perbandingan yang satu terhadap yang lain. Dikatakan
konsumsi atau asupan gizi adekuat dimana tubuh akan mendapatkan kondisi kesehatan gizi yang baik, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Sebaliknya
85
konsumsi yang kurang baik kualitas dan kuantitasnya akan memberikan kondisi kesehatan gizi kurang atau kondisi defisit Sediaoetama, 2000.
Hal ini sejalan dengan penelitian Hendrawan 2003 yang menyatakan bahwa ada hubungan anatara asupan energi dengan kualitas pangan yang
dikonsumsi. Pada Penelitian Suhardjo 2007 juga menyatakan bahwa kualitas serta kuantitas pangan berperan besar dalam asupan kalori seseorang.
Kekurangan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan kurang dari energi yang dikeluarkan, sehingga tubuh akan mengalami keseimbangan
energi. Akibatnya berat badan kurang dari berat badan seharusnya. Bila terjadi pada bayi dan anak-anak akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan.
Gejala yang ditimbulkan pada anak-anak adalah kurang perhatian, gelisah, lemah, kurang bersemangat dan penurunan daya tahan terhadap penyakit infeksi
Mustika, 2011 dalam Kemenkes RI, 2014. Dari hasil uji Chi-square, didapat bahwa status asupan energi secara
signifikan berhubungan dengan status motorik halus dan kasar pada siswa PAUD wilayah binaan Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama tahun 2014 Pvalue
0,000. Hal tersebut dapat terjadi karena siswa dengan status motorik halus dan kasar yang terganggu cenderung karena menurut pengamatan peneliti
berdasarkan data recall 3 x 24 jam responden, rendahnya asupan energi pada siswa PAUD dikarenakan umumnya jenis makanan yang dikonsumsinya tidak
bervariasi dan kebanyakan makanan yang dikonsumsi oleh responden bukan makanan yang mengandung sumber energi yang adekuat tetapi jenis makanan
yang bersumber dari karbohidrat, baik dari makanan utama maupun kudapannya
86
seperti biskuit, ciki, kue bolu dan permen sehingga dapat mempengaruhi status motorik halus dan kasar siswa. Hal ini terbukti dari hasil analisis statistik,
didapatkan bahwa 46,3 siswa yang memiliki status motorik halus terganggu juga mempunyai asupan energi yang kurang.
Menurut Adriana 2011 gerak atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu serta dilakukan
oleh otot-otot kecil. Sedangkan menurut Soetjiningsih, dkk 2002 motorik kasar adalah bagian dari aktivitas motor yang melibatkan keterampilan otot-otot besar.
Otot tersebut dikendalikan oleh neurotransmitter yang dipengaruhi oleh energi sehingga menghasilkan gerak motorik. Energi berfungsi mempengaruhi zat
kimia yang ada di otak yang disebut neurotransmitter yang bertugas dalam menghantarkan impuls dari satu saraf ke saraf yang lainnya sehingga
menghasilkan gerak motorik Georgieff, 2001. Hal tersebut didukung oleh penelitian Susanty et al 2012 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara asupan energi dengan status motorik kasar dan halus. Demikian juga penelitian Kartika 2002 menunjukkan ada hubungan antara energi dengan
status motorik kasar dan halus. Semakin rendah asupan energi maka semakin rendah kemampuan motorik kasar dan halusnya.
Disimpulkan bahwa kondisi asupan energi pada siswa PAUD wilayah binaan puskesmas kecamatan Kebayoran Lama merupakan masalah gizi yang
serius yaitu terdapat 54 orang 63.5 jika dibandingkan dengan kebijakan dan strategi pangan dan gizi nasional periode 2011-2015 diantaranya adalah
tercapainya konsumsi zat gizi sebesar 74,47 dan dari hasil uji bivariat