Menghindari sifat tercela Qarun

67 Akhlak Tasawuf ­ Kurikulum 2013 Ayo Mendalami Materi

1. Kisah Qarun

Allah mengutus Nabi Musa AS kepada Fir’aun dan rakyatnya, yang pada zaman itu Mesir berada di bawah kekuasan dan penindasan tiga orang durjana, yaitu Fir’aun, Qarun, dan Haman. Pada saat itu, Qarun dengan kekuatan ekonominya adalah orang yang mengerikan. Dibuktikan dengan timbunan hartanya yang bukan menjadi berkah dan kemakmuran rakyatnya namun justru menjelma jadi sumber penyengsara rakyat. Qorun hidup mewah di rumah megah dan super mewah di saat masyarakat lain hidup terimpit, miskin, menderita, dan terjajah. Kita juga mengetahui bahwa Fir’aun menjadikan harta milik Qarun untuk melestarikan dan mengukuhkan kekuasaan berikut kesombongannya dalam menindas rakyat yang tidak berdaya untuk memberikan perlawanan. Kejahatan Qarun terlihat melalui kepemilikan timbunan harta yang menumpuk dan menggunung. Harta inilah yang membuat hati Qorun buta sehingga ia bersikap sombong dan mengagungkan diri di hadapan masyarakat luas. Tidak cukup sampai di situ, Qarun juga membantu dan menyokong kekejaman Fir’aun dan pembantunya Haman dalam menindas dan menjajah rakyatnya sendiri. Qorun adalah simbol manusia yang tamak dan serakah, hingga Al-Qur’an menyiratkan, pria yang kuat pun tidak mampu membawa kuncinya. Dia terus menimbun hartanya dan tidak mau mengeluarkannya untuk membantu fakir miskin yang sedang kelaparan.

a. Menghindari sifat tercela Qarun

Qarun mamakai dan memanfatkan harta kekayaannya untuk menjauh dari jalan Allah, memerangi Nabi Musa, menghambat dan menentang dakwahnya, bahkan menuduh utusan suci itu sebagai pendusta dan tukang sihir. Agar terhindar dari sifat seperti Qorun, kita harus menjauhi sifat-sifat-sifat berikut, di antaranya, pertama, sikap bangga secara berlebihan ‘ujub yang dapat berbuah pada rasa angkuh dan kesombongan, seperti yang dilakukan Qorun. Perasaan ini berubah menjadi hasrat menguasai dan berbuat aniaya terhadap orang lain. Kebanggaan dalam konteks ini hanya mengundang siksa dan murka Allah swt. Jelasnya, ketika kaum mukmin melarang Qarun membanggakan diri, sesungguhnya Buku Siswa Kelas XII 68 yang mereka cegah adalah kebanggaan yang dibangun atas dasar kesombongan dan membuahkan kerusakan di bumi. Dengan kata lain, mereka seakan hendak berkata, “Jangan terlalu berlebihan dalam membanggakan diri agar kamu tidak dibutakan oleh rahmat dan nikmat harta sehingga membuatmu lupa memuji Allah dan bersyukur atas nikmatnya.” Berbeda dengan hal di atas, ketika seseorang merasa bahagia karena telah menjalankan perintah Allah dengan baik atau ketika menikmati, mensyukuri, dan menggunakan nikmat Allah yang ia terima di jalan yang benar, seperti membantu, fakir miskin yang kelaparan, membangun sarana ibadah, dan membiayai jihad fi sabilillah. Rasa bangga yang timbul buah dari semua aktivitas ini adalah bangga yang benar asalkan tidak disikapi secara berlebihan. Kedua, keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat. Seorang mukmin harus mampu mengatur urusan dunia dan akhirat secara proporsional. Kaum atheis- materialistis hanya terfokus pada kehidupan dunia saja, sehingga hanya berusaha mendapatkan kebahagiaan dunia saja. Inilah jalan yang ditempuh Qarun beserta orang- orang yang mengikuti jejaknya. Di sisi lain, kalangan rohaniawan beserta orang-orang yang sependapat dengan mereka terfokus terhadap urusan metafisik saja. Mereka mengingkari fitrah sebagai manusia dengan melupakan segala bentuk kebutuhan duniawi yang dalam agama tetap dibolehkan selama tidak berlebihan. Ketiga, menyikapi kebaikan secara positif. “Dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu,” saran kaum mukmin kepada Qarun. Jika dikemas dalam kalimat yang lebih luas, mungkin saran ini akan menjadi kalimat berikut, “Kekayaan yang engkau miliki adalah anugerah dari Allah Swt, jadi terimalah dan gunakan harta kekayaan itu dengan baik. Rasakan bahwa harta itu adalah nikmat yang harus disyukuri.” Keempat, banyak manusia yang tertipu dengan nikmat Allah Swt., khususnya nikmat kekayaan. Pemilik jiwa yang buta dan serakah seperti Qarun acapkali menggunakan nikmat tersebut untuk menebar kerusakan dan menyebar petaka, serta mengelola harta sesuka hati dan menjadikannya alat untuk mengumbar nafsu. Apabila akhlak mulia, perilaku yang terpuji, serta nilai-nilai luhur hanya dianggap omong kosong, dapat mengakibatkan bencana. Harta yang digunakan untuk menindas dan menyakiti sehingga hanya tinggal menunggu waktu kapan Allah Swt. membinasakan dan menghancurkannya. Orang seperti ini tidak hanya rugi dan binasa di dunia, tapi di akhirat juga ditunggu azab yang pedih. 69 Akhlak Tasawuf ­ Kurikulum 2013

b. Hikmah Menghindari Perilaku Qarun