Buku Siswa Kelas XII
12
b. Ajaran Tarikat Rifa’iyah
Dakwah Kiai Ahmad Rifai diawali dengan menyelenggarakan pengajian untuk anak-anak. Namun lembaga itu kemudian berkembang menjadi majelis
pendidikan yang diikuti oleh orang-orang dewasa, baik laki-laki maupun perempuan, sehingga pengajian beliau menjadi cepat terkenal. Metodenya
adalah menterjemahkan al-Quran, al-Hadits maupun kitab-kitab karangan ulama Arab dan Aceh terlebih ke dalam bahasa Jawa sebelum diajarkan kepada
para murid. Bahkan tersurat dalam satu bait kitab Ri’ayatal Himmah, dengan ungkapan sebagai berikut:
Wajib saben alim adil nuliyan narajumah kitab Arab rinetenan supoyo wong jawi akeh ngerti pitutur saking Qur’an lan kitab – kitab
Arab jujur kaduwe wong awam enggal ngerti milahur ningali kitab Tarjamah jawi pitutur.
Artinya: Diwajibkan bagi setiap alim adil ulama akhirat untuk menejemahkan kitab Arab, agar orang jawa lebih mengerti ajaran
dari Al Quran dan kitabkitab Arab Hadits dan Ulama dengan benar sehingga orang awam mengerti dan segera melaksanakannya.
Kiai Ahmad Rifai adalah satu–satunya tokoh yang bisa memberikan uraian tentang agama Islam tanpa memakai idiom–idiom Arab dan mampu mengarang
buku dalam bahasa yang menarik karena memakai bentuk syair. Metodologi yang digunakan dalam pengajarannnya menggaunakan empat tahapan .
Keempat tahapan itu adalah: 1 Tahapan Pertama ; Seorang santri harus belajar membaca kitab tarjamah
terbatas pada tulisan Jawa. Sistem pengajaran ini dinamakan ngaji irengan, mengejakan satu persatu huruf kemudian merangkum menjadi bacaan atau
kalimat. Tingkatan ini merupakan awal dari cara membaca kitab tarjamah. Di samping itu para santri harus menghafal rukun iman dan islam, ibadah
sholat dan wiridan ” Angawaruhi Ati Ningsun…….” atau ” Sahadat Loro ”. Setelah Sholat fardlu, diwajibkan mengikuti praktek Sholat yang dipimpin
oleh lurah -pondok yang bersangkutan . 2 Tahapan Kedua ; mengaji dalil – dalil Al – Qur’an, Hadist dan pendapat Ulama’
yang terdapat pada kitab tarjamah. Dalam tahapan ini seorang lurah pondok harus menguasai ilmu tajwid al–Qur’an dan mampu mengaplikasikannya
dalam bacaan Al-Qur’an dengan benar. Pengajian tahap ini disebut ngaji abangan karena memang tulisan Arab untuk dalil adalah berwarna merah
13
Akhlak Tasawuf Kurikulum 2013
atau ABANG atau disebut juga ngaji dalil karena hanya dalil saja yang dibaca. Di samping itu santri harus hafal dan bisa serta paham tentang Syarat –
Rukun Puasa dan Sholat. 3 Tahapan Ketiga ; mengaji dalil dan makna jadi satu dari kitab – kitab tarjamah.
Tahapan ini dinamakan ngaji lafal makno belajar menerjemahkan tiap kata dalil kalimat dalil dengan bahasa jawa yang ada dibawah dalil itu . Di sini
para santri membutuhkan kejelian dalam mencari arti. 4 Tahapan Keempat
; Seorang santri diajak memahami maksud yang terkandung dalam kitab–kitab tarjamah, karena hampir setiap kalimat
mempunyai makna harfiah dan tafsiriah yang tentunya membutuhkan keterangan dan pemahaman yang dalam. Kitab–kitab tarjamah disusun
dengan formula lengkap : Kamaknanan, Kamurodan, Kasarahan,
Kamaksudan dan Kapertelanan, atau dengan kata lain ngaji maksud, ngaji sorah, ngaji bandungan, atau ngaji sorogan. Pengajian ini berupa pembacaan
dan penerangan isi kandungannya dan dilakukan oleh Syaik Kiai Ahmad Rifai sendiri di hadapan para santri dan murid pilihan. Kemudian mereka
satu persatu memcoba menirukan seperti apa kata beliau. Dalam pengajian ini diajarkan pula oleh ulama’ tentang ilmu dan amalan kesunahan yang
tidak tertulis didalam kitab – kitab tarjamahnya.
3. Tarikat Syaziliyah