115
Akhlak Tasawuf Kurikulum 2013
ahli fiqh berpendapat sebaliknya. Mereka berargumentasi berdasarkan beberapa hadits Rasulullah Saw. yang sekalipun dengan redaksi yang berbeda-beda tapi
semuanya menyatakan bahwa; mengucapkan salam dilakukan terlebih dahulu sebelum meminta izin assalam qabl alkalam kepada tuan rumah. Meminta izin
bisa dengan kata-kata, dan bisa pula dengan ketukan pintu atau tekan tombol bel atau cara-cara lain yang dikenal baik oleh masyarakat setempat. Bahkan salam itu
sendiri bisa juga dianggap sekaligus sebagai permohonan izin. Menurut Rasulullah saw., meminta izin maksimal boleh dilakukan tiga kali. Apabila
tidak ada jawaban seyogyanya yang akan bertamu kembali pulang. Jangan sekali- kali masuk rumah orang lain tanpa izin, karena di samping tidak menyenangkan
bahkan mengganggu tuan rumah, juga dapat berakibat negatif kepada tamu itu sendiri. Rasulullah saw. bersabda:
ْنِإَف اًث َاَث ْمُكُدَحَأ ُنِذْأَتْسَي َمَلَسَو ِهْيَلَع َُلا َل َص ِلا ُلوُسَر َلاَق : َسوُم ِبَأ ْنَع
دواد وبا هاور ْعِجْ َر ْلَف َاِإَو َُل َنِذُأ
Artinya: “Dari Abu Musa : Rasulallah saw bersabda : jika seseorang diantara kamu telah meminta izin tiga kali, lalu tidak diizinkan, maka hendaklah dia kembali.” H.R.
Abu Dawud
Di samping meminta izin dan mengucapkan salam, hal lain yang perlu diperhatikan oleh setiap orang yang bertamu sebagai berikut:
1. Jangan bertamu sembarang waktu,
2. Kalau diterima bertamu, jangan terlalu lama sehingga merepotkan tuan rumah.
Setelah urusan selesai segeralah pulang. 3.
Jangan melakukan kegiatan yang menyebabkan tuan rumah terganggu 4.
Kalau disuguhi minuman atau makanan hormatilah jamuan itu. Bahkan Rasulullah saw. menganjurkan kepada orang yang puasa sunah sebaiknya
berbuka puasanya untuk menghormati jamuan; 5.
Hendaklah pamit pada waktu mau pulang.
c. Nilai Positif Akhlak Bertamu
Agama Islam telah mengajarkan bagaimana sikap seorang muslim yang sedang bertamu ke rumah sahabat, kerabat ataupun orang lain. Apabila prinsip-prinsip
bertamu ditegakkan secara baik, maka akan melahirkan manfaat yang besar bagi orang yang bertamu ataupun orang yang kedatangan tamu. Di antara manfaat
Buku Siswa Kelas XII
116
tersebut yaitu; Pertama, bertamu secara baik dapat menumbuhkan sikap toleran terhadap
orang lain dan menjauhklan sikap paksaan, tekanan, intimidasi dan lain-lain. Islam tidak mengenal tindakan kekerasan. Bukan saja dalam usaha menyakinkan orang
lain terhadap tujuan dan maksud baik kedatangan, tapi juga dalam tindak laku dan pergaulan dengan sesama manusia harus dihindarkan cara-cara paksaan dan
kekerasan. Kedua, Islam memandang setiap orang mempunyai persamaan dan kesesuaian
dalam berbagai aspek dan kepentingan. Karena itu dengan bertamu ataupun bertandang, seorang akan mempertemukan persamaaan ataupun kesesuaian,
sehingga akan terjalin persahabatan dan kerjasama dalam menjalani kehidupan. Ketiga, bertamu sebagai pendekatan approach terhadap semua orang yang
berada dalam wilayah konflik tertentu. Karena dengan bertamu orang akan semakin terbuka dan bertegur sapa untuk mencari titik temu terhadap berbagai masalah
yang dihadapi. Dengan bertamu seorang akan melakukan diskusi yang baik, sikap yang sportif dan elegan terhadap sesamanya.
Keempat, bertamu sebagai media berdakwah, meningkatkan kualitas diri setiap muslim. Orang yang bertamu dalam menyampaikan kabar dan kebenaran yang
diyakini secara terbuka, demikian pula tuan rumah dapat memahami kabar dan berita kebenaran yang disampaikan seorang tamu. Karena itu bertamu dianggap sebagai
sarana yang efektif untuk berdakwah dan menciptakan kehidupan masyarakat yang bermartabat.
d. Membiasakan Akhlak Bertamu
Sesungguhnya bertamu sebagai kegiatan yang cukup baik. Dengan bertamu seorang dapat menemukan berbagai manfaat, baik berupa wawasan, pengalaman
berharga ataupun dapat menikmati segala bentuk penyambutan tuan rumah. Bertamu sebagai kebiasaan yang harus dilestarikan untuk menciptakan persaudaraan dan
kerukunan hidup umat manusia. Menurut ungkapan Al-Qur’an, sebaiknya orang yang bertamu tidak memaksa
masuk pada saat tidak ada orang di rumah, atau ditolak oleh tuan rumah, karena hal ini lebih baik bagi orang yang akan bertamu. Apabila orang yang bertamu tidak
memaksakan kehendaknya, maka lebih menjaga nama baiknya dan kehormatan dirinya. Kalau dia mendesak terus untuk bertamu, dia akan dinilai kurang memiliki
akhlaq, terlebih lagi jika masuk padahal tidak ada orang di rumah, bisa jadi tamu dituduh bermaksud mencuri.
117
Akhlak Tasawuf Kurikulum 2013
Allah berfirman:
ْۖاوُعِجۡرٱَف ْاوُعِجۡرٱ ُمُكَل َليِق نِ ۖۡمُكَل َنَذۡؤُي ٰ َتَح اَهوُلُخۡدَت َلَف اٗدَحَأ ٓاَهيِف ْاوُدِ َت ۡمَل نِإَف
٨ ٞميِلَع َنوُلَمۡعَت اَمِب ُ َلٱَو ۚۡمُك َل ٰ َكۡزَأ َوُه
Artinya:“Dan jika kamu tidak menemui seorangpun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu, “Kembalilah”
maka hendaklah kamu kembali, itu lebih suci bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan
.” Q.S. an-Nūr24: 28 Al-Qur’an memberikan isyarat yang tegas, betapa pentingnya setiap orang yang
bertamu dapat menjaga diri agar tetap menghormati tuan rumah. Setiap tamu harus berusaha menahan segala keinginan dan kehendak baiknya sekalipun, jika tuan
rumah tidak berkenan menerimanya. Ketika tuan rumah telah siap untuk menerima kadatangan tamu, maka seorang
tamu harus tetap konsisten menjaga sikap yang baik, bahkan harus selalu mengikuti kehendak tuan rumahnya. Bukan sebaliknya seorang yang bertamu malah mengatur
tuan rumah dengan berbagai keinginan yang menyusahkan. Demikian pula apabila kegiatan bertamu telah usai, maka seorang yang bertamu harus meninggalkan kesan
yang baik dan menyenangkan bagi tuan rumah. Karena itu haram hukumnya orang yang bertamu meninggalkan kekecewaan ataupun kesusahan bagi tuan rumah.
5.
ADAB MENERIMA TAMU MIMA TAMU
a. Pengertian Akhlak Menerima Tamu